Selena melihat kearah belakang ketika justin membukakan pintu untuk jessica dan putrinya. Sesekali selena menyentakkan kaki ke dashboard hanya untuk menarik perhatian orang-orang yang tengah sibuk dibelakang karena harus dengan pelan-pelan membawa holy turun karena gadis kecil itu tengah tertidur.
"Tunggu sebentar, aku bawa holy kedalam dulu." Entah untuk siapa kata-kata itu, yang jelas pria tampan itu sudah berjalan lebih dulu diikuti oleh jessica setelahnya.
Selena mendengus kesal menatap sepasang manusia dengan gadis kecil dalam gendongan sang pria yang terlihat nyaman. Selena tidak habis pikir bagaimana bisa justin tidak mengerti dengan perasaannya saat ini, kurang jelas apa ia menunjukkan bahwa saat ini ia benar-benar tidak menyukai wanita ular itu.
"Maaf lama." Selena langsung menoleh ketika seseorang memegang bagiannya sedikit lalu beralih melajukan mobil kerumah mereka yang terletak tepat disebelah rumah musuh bebuyutan selena.
"Lama? Tidak. Tidak lama sama sekali." Selena berkata sarkitis dan itu menyadarkan justin dengan nada suara yang digunakan oleh sang istri.
"Jessica kesusahaan untuk menggendong holy kedalam. Aku hanya membantu."
"Aku tidak bertanya. Aku juga tidak keberatan. Terserah kau saja." Justin lagi-lagi menoleh dan menggelengkan kepala ketika selena menghambur keluar lebih dulu ketika mobil sudah terparkir sempurna dipekarangan yang akan dilanjutkan oleh Max nanti ke garasi rumah.
"Apa baik-baik saja?" Max bertanya seolah-olah sadar apa yang tengah terjadi. Bagi Max dan ibunya, Marry. Ini adalah hal biasa setelah lama mengenal sepasang suami istri ini. Selena yang mudah merajuk dan Justin yang terbilang cuek.
"Biasa. Cemburu lagi." Max hanya mengangguk dan membiarkan Tuan rumah itu masuk dan mengurusi urusannya sendiri.
Justin melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah dan disambut dengan lirikan dari Marry yang telah ia anggap sebagai pengganti ibunya dirumah ini. Marry hanya mengangkat sepasang sepatu dan tas jinjing yang sebelumnya dipakai oleh selena.
"Sudah biasa." Justin meringis merasa tak enak hati lalu menepuk bahu marry pelan.
"Maafkan istriku." Anggukan dari Marry membuat justin sedikit mendesah pelan lalu berjalan menuju kamar dilantai bawah yang sudah resmi mereka tempati ketika usia kandungan selena berumur 3 bulan.
"Buka pintunya." Justin berucap tegas dari luar membuat wanita yang berada didalam itu beringsut sedih. Justin sampai kapanpun tidak akan pernah mengerti dirinya sama sekali.
"KAU TIDUR DILUAR SAJA!" Selena bersorak dari dalam dibalas dengan gedoran bertubi-tubi dari justin
"BUKA!" Suara lantang itu berhasil menyentak selena dan membuat wanita itu langsung berjengit kaget terduduk ditepi ruangan. "Kau tidak mendengarku?!"
Tidak cukup dalam hitungan semenit, pintu bercat putih itu sudah berhasil mencium lantai kamar. Bunyi sepatu justin yang berjalan mendekat kearah selena, membuat wanita itu menggeleng tak ingin didekati.
"Pergi kau sana! Aku benci padamu! Kau selalu saja menyakitiku, berulang kali kau berjanji tidak akan membuatku menangis. Pada akhirnya selalu kau yang melakukannya! Selalu kau yang menghancurkan segalanya!" Selena meluruh menatap justin yang menjulang tunggi didepannya dengan pandangan membunuh. Ia tidak bisa lagi menahan segalanya saat ini. Rasanya ia ingin mati tercekik jika harus menahan perasaan cemburu dan dihadiahi oleh sikap cuek justin selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE
Fanfiction[Sequel of About 'US'] [#1 in FanFiction 22/02/2015] Ketika kehamilan sang istri menguji kesabaran sang suami. Ketika ujian datang silih berganti, pada akhirnya perasaan untuk saling memiliki terasa begitu nyata.