Selena Handerson.
Aku duduk bosan sambil sesekali memainkan kakiku diatas meja. Sudah lebih dari 3 jam aku menunggu suamiku selesai rapat. Ini hari ke-7 setelah kabar gembira itu. Setelah kejadian mengharukan antara aku dan justin. Aku terkekeh pelan membayangkan bagaimana air mata justin menetes tepat menyentuh pipiku. Sungguh itu sangat menyentuh dan menggemaskan.
"Maaf, aku pikir rapatnya hanya satu jam." Aku tersentak dari lamunanku lalu menoleh kearah pintu dan menemukan pria tampan itu berjalan mendekatiku dengan seorang wanita tinggi semampai dibelakangnya.
"Tidak apa-apa." Balasku tersenyum lalu berdiri mendekati suamiku yang sangat tampan mempesona. Aku bisa melihat tatapan kagum pada suamiku dimata gadis itu. Hey bitch! He's MINE.
"Ini assistenku selama Mr. Smith berada diluar negeri untuk melanjutkan gelar profesinya." Justin menoleh kebelakang. "Sel, kenalkan. Ini Jazmyn Gilbert." Wanita yang bernama jazmyn itu maju sedikit lalu mengulurkan tangannya tepat dihadapanku. "Dan jazmyn, ini istriku. Selena." Ia tersenyum lalu aku mengulurkan tanganku. Hei, liat wajah mesum didepanku. Membuatku ingin muntah.
"Senang berkenalan denganmu, Mrs. Watson" Ucapnya. Aku tersenyum ramah lalu mengangguk. "Aku sering melihat perusahaan keluargamu masuk kejajaran perusahaan tersukses bulan ini." Ia bersikap ramah sambil sedikit membungkuk hormat kepadaku. Apa itu semacam pujian sekretaris atau ... kau tau maksudku kan?
"Itu semua karena ayahku." Jazmyn kembali mengangguk, setelah itu aku merasakan sebuah tangan melingkar dipinggang rampingku. Kau lihat itu? Aku tau kau mengagumi suamiku.
"Aku akan keluar sebentar, kau kabari aku jika ada perubahan jadwal lagi." Justin mengintrupsi lalu mengamit pinggangku lebih dekat dan menggiringku berjalan bersamanya.
Aku menoleh kebelakang dan melihat wajah gadis itu mendelik jengkel kearah punggung kami. Ia masih tetap tersenyum sambil memperhatikan tangan justin yang berada dipinggangku. Aku tersenyum lalu ikut melingkarkan tanganku pada pinggang justin.
"Kenapa kau tersenyum?"
"Tidak ada. Hanya merasa senang." Ucapku tanpa menoleh kearah justin.
"Aku tau alasan kau senang." Aku tertarik atas ucapannya lalu menoleh. Aku mengernyitkan keningku membuat justin mengangguk. "Kau berhasil menghancurkan hati assistenku. Aku tau." Justin berucap acuh, membuatku terkekeh dan menyenderkan kepalaku pada bahu bidangnya.
"Kau semakin pengertian."
----
Aku memainkan jemariku tepat diatas paha. Aku dan justin sedang berada didalam mobil menuju kerumah orang tuaku, kami melakukan ini karena belum sempat memberitahu kabar kehamilanku kepada mereka. Aku sudah siap untuk mendengarkan rangkaian ceramah dari kedua orang tuaku.
"Kenapa kau pucat?" Aku menoleh kesamping lalu menghembuskan nafas berat.
"Kau tau kalau mommy akan membunuhku habis-habisan hari ini." Aku menutup wajahku geram. "Bagaimana bisa aku lupa mengabari orang tuaku sendiri? Dasar bodoh!!"
Aku mendengar kekehan khas seorang Justin Watson setelahnya. "Memangnya sejak kapan kau jenius?" Sindiran halus namun mematikan. Dasar pria patung es.
"Mana pernah aku jenius, apalagi sejenius dirimu!" Ucapku sarkistik membuat justin menoleh lalu kembali tertawa.
"Kau benar. Tidak pernah." Jelasnya meluruskan lalu kembali fokus pada jalanan sambil sesekali menggelengkan kepala.
Aku mengusap perutku dan sedikit melirik kearah justin. "Jika kau lahir nanti, kau harus lihat seberapa buruknya tingkah laku ayahmu pada ibu. Ibu harap kau tak akan seperti ayahmu." Justin langsung menoleh kearahku dan menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE
Fanfiction[Sequel of About 'US'] [#1 in FanFiction 22/02/2015] Ketika kehamilan sang istri menguji kesabaran sang suami. Ketika ujian datang silih berganti, pada akhirnya perasaan untuk saling memiliki terasa begitu nyata.