Selena menatap suaminya dalam diam. Pria itu kini tengah sibuk menata makan siang untuk selena diatas meja.
Seketika pikiran selena langsung melayang pada saat tatapan mereka bertemu tadi diruang khusus bayi mereka, hati selena rasanya sedikit berbunga-bunga dengan tatapan apa yang ia terima dari sang suami. Perasaan cinta yang pernah ia rasakan sebelumnya kembali terasa saat itu.
Namun lagi-lagi semua sirna, setelah melihat siapa yang berada disamping suaminya saat itu. Selalu saja wanita itu yang menghancurkan moodnya setiap kali ia ingin berbaikan dengan suaminya. Sekali lagi, ketika ia melihat bagaimana bayinya terkulai lemas dibox bayi, emosi langsung mencuat dan hanya menyisakan rasa benci didalam dadanya yang bergemuruh. Tanpa menunggu, ia langsung menyuruh tyler untuk mengantarnya kembali kekamar.
Dan disinilah selena, setelah terjebak dengan ibunya ketika baru masuk kekamar yang memberikan ceramah agar tidak terlalu dekat dengan Tyler. Akhirnya, ia lebih memilih tertidur dan baru terbangun setelah merasakan ada seseorang yang mengusap bagian puncak kepalanya. Dan pria itulah yang pertama kali muncul saat matanya terbuka sempurna.
Selena kembali tersadar ketika mendengar bunyi sandal yang berjalan mendekat. Wanita itu langsung saja mengalihkan tatapannya kembali ke layar televisi, bersikap acuh dengan kehadiran justin.
"Makan dulu." Justin langsung mengarahkan satu sendok bubur menuju mulut selena yang langsung dibuka tanpa penolakan. Justin tersenyum manis. Betapa ia merindukan istrinya ini, setelah hampir 2 hari istrinya itu selalu menjaga jarak atau bahkan sampai histeris tak karuan ketika melihat dirinya.
"Mom kemana?" Pertanyaan selena berhasil menghentikan laju tangan justin untuk mengangkat sendok menuju mulut selena untuk yang ke-3 kalinya. Pria itu merasa tertohok dengan pertanyaan selena barusan. Entah kenapa, perasaannya mengatakan bahwa selena tidak ingin berlama-lama satu ruangan dengannya.
"Mom menemani daddy seminar. Sepertinya malam nanti akan kesini kembali."
"Lama sekali." Gumaman kecil itu masih terdengar oleh justin. Pria itu bersikap pura-pura tuli sambil melanjutkan kegiatannya menyuapi selena.
"Orang tuaku juga akan datang sebentar lagi." Hanya deheman singkat yang diberikan selena. Jadi ini rasanya. Rasanya diabaikan oleh seseorang yang kita cintai. Sakit. Pedih. Dan pepatah mengatakan bahwa Roda itu berputar sekarang tengah dialami pria tampan yang tengah menatap istrinya sendu.
"Sudah."
"Baru setengah, sel."
"SUDAH." Justin diam dan mengangguk. Menaruh piring bekas bubur tadi lalu menarik gelas kaca dan menolong selena untuk minum. "Tolong panggilkan tyler."
Justin mengernyit tidak suka. "Untuk apa? Ia akan memeriksamu malam nanti." Selena menatap justin sebentar lalu terkekeh.
"Bukan urusanmu. Kalau kau tidak mau, aku bisa memanggilnya lewat ini." Ia menunjuk telephone yang terletak diatas kepalanya lalu memencet nomor panggilan perawat. "Bisa panggilkan dokter Tyler? Ada sesuatu yang aku butuhkan." Dibalas dengan keinginannya, senyuman selena langsung melebar lalu menutup panggilan itu setelahnya.
Justin menatap istrinya lama, hal itu sukses membuat selena salah tingkah. "Apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku padamu?" Selena sedikit menatap justin lalu terkekeh meremehkan.
"Tidak ada yang bisa kau lakukan setelah apa yang kau perbuat." Wanita itu meneliti cincin berlian dijari manis sebelah kanannya lalu mengusap pelan. "Tidak ada lagi yang dapat dipertahankan. Kau bebas sekarang. Surat cerai kita sudah disiapkan oleh pengacara pribadiku. Mungkin akan sampai kerumah ki-kau beberapa hari lagi." Itu bohong. Pengacara pribadi apa yang selena punya, karena semua masalah hukum hanya justin yang mengaturnya. Termasuk pengacara pribadi mereka. Dan tentu justin tidak sebodoh selena.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE
Fanfiction[Sequel of About 'US'] [#1 in FanFiction 22/02/2015] Ketika kehamilan sang istri menguji kesabaran sang suami. Ketika ujian datang silih berganti, pada akhirnya perasaan untuk saling memiliki terasa begitu nyata.