MINE #11

6.4K 315 83
                                    

Justin masuk kedalam kamar utama dengan perasaan kesal tiada tara. Bagaimana bisa istrinya itu tidak mengetahui sama sekali akal bulus laki-laki sok tampan tadi padanya. Selena seakan tidak peduli dengan tatapan yang diberikan lelaki itu kepadanya dan itu sukses membuat justin meradang hingga rasanya kepala itu hampir meledak.

"Bee." Selena merengek sambil sesekali menghentakkan kakinya kesal lalu memukul-mukul pintu kamar keras. "Kenapa dirobek kertasnya, ha?!"

"Sudah aku bilang kau tidak butuh kertas itu lagi." Selena menggeleng tak terima melihat tingkah laku suaminya yang masih bersifat seenaknya sambil melepaskan satu persatu kancing kemeja lalu beralih pada celana dasar yang ia kenakan.

"Bee. Dia itu sahabatku. Kau tidak perlu cemburu seperti itu." Akhirnya setelah lama berbicara dengan punggung tegas itu, selena akhirnya melihat wajah lelah yang tercetak jelas pada wajah suaminya, hal itu membuat selena menggigit bibir merasa bersalah.

"Lalu? Kenapa? Kau tidak suka aku cemburu padamu? Bukankah ini yang kau inginkan selama ini? Aku yang perhatian dan posesif padamu?" Selena mengangguk lalu menggeleng dan mengangguk sekali lagi kegiatan itu berulang kali terjadi sampai akhirnya terdengar helaan nafas justin di ujung ranjang. "Terserah kau saja."

"Tidak, tidak bee." Selena berjalan mendekat lalu mengalungkan tangannya tepat pada lengan kekar milik lelaki itu. "Maaf ya. Aku suka kau yang seperti ini. Terlihat menggemaskan dan sexy." Mata yang dikedipkan berulang kali berharap sang suami lebih tenang setelahnya, sepertinya gagal menjadi harapan selena.

Karena Justin hanya menatap sekilas pada sang istri lalu melepaskan pegangan tangan selena pada lengannya. "Tidak usah dibahas lagi. Aku mau istirahat." Justin langsung mengambil tepat disisi kiri meninggalkan selena yang masih duduk di tepi ranjang sambil menatap suaminya geli. Entah kenapa, senyuman selena mengembang dengan sendirinya. Seumur-umur pernikahan mereka, ini kali pertama justin begitu menunjukkan sisi cemburunya yang begitu kentara sehingga membuatnya merasa sangat dicintai.

Mengikuti langkah suaminya, selena juga ikut berbaring disisi kanan lalu mengamit tangan justin yang terletak disampingnya. Menyatukan jari-jari mereka, menggenggam tangan justin erat lalu mengarahkan ke mulutnya dan mengecup tangan justin berulang kali.

"Kau sangat menggemaskan jika seperti ini. Kau tau?" Selena mendongak untuk menatap wajah justin yang masih menutup mata seolah tidak peduli dengan apa yang dikatakan sang istri. "Kau pasti sangat-sangat mencintaiku kan?" Lagi-lagi selena terkekeh lalu mengecup bahu justin yang terbuka sesekali.

"Hm."

"Baiklah. Aku tidak akan menemui tyler jika tidak bersamamu. Tapi, pleaseee bee. Aku ingin dia yang menjadi obgyn-ku. Aku yakin dia akan memberikan service terbaiknya untukku, lagipula aku bisa bebas bertanya padanya." Mendesah pelan justin menunduk untuk dapat melihat wajah memelas selena. Istrinya itu ada benarnya juga, mengingat jadwal dr. Rebecca yang padat memang susah sekali untuk mereka berkonsultasi akhir-akhir ini. Dan sepertinya kedatangan pria itu sedikit membantu.

"Harus denganku." Selena langsung mendongak dan mata mereka beradu dengan pancaran berbinar penuh cinta satu sama lain. Selena terkekeh lalu memeluk justin dengan erat walaupun sedikit terhalang oleh perut selena yang semakin membesar mengingat usia kandungannya akan masuk trisemester ke-3.

"Aku sayang padamu." Itu saja sudah cukup untuk justin menghilangkan rasa lelah dan perasaan emosinya tadi. Ia hanya bergumam lalu ikut membaringkan posisi tidurnya menghadap selena, memeluknya erat lalu sesekali mengusap perut buncit selena sayang.

"Aku juga." Kecupan dikening selena menjadi penghantar tidur mereka malam ini. Semua permasalahan hanya butuh dengan komunikasi dari hati kehati dan pasti akan menemukan solusi, lebih baik seperti ini.

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang