Justin menengadah ke langit-langit rumah sakit didepan ruang inap sang istri. Sesekali pria itu mengusap wajahnya lalu sedikit meringis merasakan perasaan sakit pada bagian kiri perutnya. Lagi-lagi justin tidak bisa berpikir jernih dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Setelah pertanyaan selena setelah ia siuman, pertengkaran besar serta rasa bersalah justin semakin menjadi-jadi. Perlakuan wanita itu padanya berhasil menyentil perasaan sakit itu semakin dalam.
"Justin.." Mandy berlari beriringan dengan Bryan diikuti oleh Alex dan juga Anna setelahnya. Pria itu langsung mendongak ketika mendapati kedua orang tuanya juga orang tua selena hadir setelah ia memberikan kabar tentang kejadian yang baru saja kami alami. "Bagaimana keadaan selena dan bayinya? Dia baik-baik saja?" Raut cemas dari wajah ibu dan ayah selena hanya mampu membuat justin bungkam tanpa kata.
Pria itu memang sempat menceritakan semuanya pada ibu kandungnya dan mungkin selama diperjalanan Anna memberikan kabar ini dengan lebih tenang sehingga sepertinya dapat diterima oleh kedua orang tua selena. Tanpa menunggu lagi, Bryan langsung menarik tangan Mandy untuk masuk kedalam ruangan tepat dihadapan mereka. Sedikit melirik sinis kearah justin, akhirnya kedua orang paruh baya itu masuk dengan sendirinya.
"Bayimu akan baik-baik saja, son. Selena akan mengerti setelah dia tenang nanti." Kali ini Alex mengambil duduk tepat disamping sang putra. Anna juga ikut mengambil tempat disisi kiri justin hingga pria itu kini berada ditengah-tengah.
"Emosi wanita yang baru saja melahirkan itu lebih sensitif daripada saat tengah hamil. Jadi, selena hanya butuh ketenangan sekarang. Apalagi ini menyangkut dengan buah hatimu, dia pasti kaget dan terluka. Dia membutuhkanmu, justin. Pelan-pelan ya." Ibunya mengusap bahu sang putra dengan sayang. Tanpa bisa dicegah lagi, airmata mengalir dengan sendirinya. Sang ibu yang melihat anak laki-lakinya yang biasa tegarpun tak bisa menahan airmata yang sejak tadi ia tahan untuk keluar. Dengan meraup bahu tegas sang putra yang bergetar, Anna memeluk putranya dengan erat seraya menatap sang suami dengan tatapan sedih. "Kau harus kuat demi istri dan anakmu." Kali ini hanya anggukan singkat yang dibalas oleh jusin sambil terus mengeratkan pelukan pada sang ibu.
"Bolehkah daddy melihat anakmu?"
----
Didalam ruangan itu hanya terdengar suara isakan lumayan keras dari wanita yang masih terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit. Sudah ratusan kali ia berusaha menghapus air mata sialan yang terus mengalir dengan deras, tapi hasilnya nihil. Air mata itu semakin jatuh mengalir tanpa henti.
Percakapannya dengan sang suami kembali terngiang dikepalanya, sakit hatinya mendengar apa yang di jelaskan oleh sahabatnya dan dilanjutkan oleh sang suami. Sakit hatinya mengingat kejadian apa yang berhasil membuat semuanya semakin berantakan. Janda dan putrinya serta suaminya adalah pelaku yang menyebabkan bayinya tersiksa sesuai dengan cerita yang ia dengar dari sang Dokter yang tak lain adalah sahabatnya sendiri. Tyler.
Selena membuka mata dengan pelan dan merasakan sakit disekujur badannya. Ia merasakan genggaman tangan yang lumayan erat serta kecupan-kecupan kecil diatasnya. Selena yakin siapa yang melakukan itu karena entah kenapa jantungnya berdetak dengan sangat kencang membuatnya yakin bahwa yang bisa melakukan itu hanya suaminya.
"Bee." Ia bergumam pelan lalu setelah itu melihat pria dengan wajah pucat pasi tersenyum lembut kerahnya. Ia mencoba melepas oksigenku lalu mencium keningku lama.
"Bayi kita?" Justin tampak sedikit terkejut lalu menghilangkan senyum lembutnya tadi berganti dengan raut kecemasan membuat wanita itu langsung histeris setelahnya. "BAYIKU KEMANA?!"
"Aku akan panggilkan dokter dulu." Justin sedikit terseok-seok berlari keluar ruangan lalu beberapa menit setelahnya dokter masuk dengan dua perawat yang mengikuti.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE
Fanfiction[Sequel of About 'US'] [#1 in FanFiction 22/02/2015] Ketika kehamilan sang istri menguji kesabaran sang suami. Ketika ujian datang silih berganti, pada akhirnya perasaan untuk saling memiliki terasa begitu nyata.