Extra: The Future

1.9K 169 39
                                    

22 Juli 2020

Sangat sulit bagi mereka menjelaskan dan meyakinkan orang-orang bahwa selama ini mereka menghilang dan terjebak di dunia pararell. Jelas tidak ada orang yang percaya.

Orangtua mereka pun tidak peduli mereka hilang dan terjebak di mana, yang penting sekarang mereka telah kembali dengan selamat.

Hari pertama kembali ke kampus rasanya sangat berbeda. Mereka merasa seperti murid baru yang baru saja pindahan. Semuanya terasa asing.

Untuk tugas film mereka, Mina sangat amat terpaksa melakukan perubahan besar dari naskahnya karena sembilan temannya sudah tidak bisa ikut melanjutkan syuting lagi.

Seluruh warga Universitas Seoul tempat mereka menempa ilmu turut merasakan kehilangan atas meninggalnya sembilan mahasiswa di sana. Untuk itu, kampus mengadakan upacara khusus untuk mendoakan arwah mereka.

"Padahal tahun depan kita udah lulus, tapi ... mereka pergi duluan."

Yugyeom tersenyum miris karena lagi-lagi terpikirkan teman-temannya yang entah kini sedang melakukan apa di atas sana.

"Mereka udah lulus, Gyeom," ujar Jaehyun. "Mereka udah lulus dari ujian hidup yang berat. Gak dapat gelar, tapi reward yang mereka dapat lebih istimewa dari cuma sekadar gelar."

Mingyu terkekeh, "Rasanya gue masih gak percaya sama apa yang udah kita lewatin kemarin. Masih gak percaya dari dua satu, kita nyisa berduabelas. Bisa gitu, ya ... angkanya kebalik."

"Mereka itu orang-orang hebat dan semua orang harus mengingat mereka, sih," sahut Seokmin.

Hening. Mereka hanya mengangguk, menyetujui semua ucapan mereka masing-masing. Tentang teman-temannya yang telah berjuang dan berkorban selama mereka terjebak di dunia palsu seminggu kemarin.

Para gadis merasakan kehilangan yang lebih mendalam. Terutama atas kepergian Eunwoo yang sangat di luar perkiraan mereka.

Eunwoo menjadi yang terakhir pergi. Rasanya seperti pria itu meninggalkan mereka setelah tugasnya sebagai ketua selesai. Setelah ia melindungi semua temannya selagi ia bisa.

"Sayang banget sama Enu," ujar Yuna seraya menatap foto Eunwoo yang dihiasi oleh kalung bunga.

Jihyo mengangguk, "Sayang semuanya juga. Cuma ... gue bener-bener gak nyangka Enu ikut pergi. Kenapa orang sebaik dia harus pergi."

"Kalau gak ada Enu, kita di sana bukannya berusaha untuk bebas, tapi pasti cuma bisa ngeluh, dan berantem. Tanpa Enu, gue yakin kita semua pasti gak ada yang selamat," balas Rose.

"Chaeyeon juga," sahut Eunha. "Una ikut sedih kalau lihat Jaehyun begitu. Mukanya tegar tapi matanya sendu banget, gak tega gue lihatnya."

Lantas mereka menoleh, mencuri pandang ke arah para lelaki—lebih tepatnya ke arah Jaehyun.

Mata pria itu nampak terlihat lebih merah dan bengkak dibanding yang lainnya. Bahunya tidak setegap biasanya. Jaehyun terlihat lelah.

Bahkan, bukan hanya Jaehyun. Mereka semua juga sama. Lelah fisik juga batin.

"Mingyu juga lemes banget. Dia masih merasa bersalah soal Jungkook sama Eunwoo," celetuk Rose.

Pada dasarnya, meskipun mereka selamat dengan fisik yang baik-baik saja, nyatanya di dalam diri mereka sama sekali tidak baik-baik saja.

Hati dan pikiran mereka masih tidak bisa lepas dari kejadian seminggu kemarin. Di mana mereka harus berkali-kali menyaksikan satu per satu temannya pergi.

📝📝📝

"Kenapa kamu ngelakuin hal ini, Kak?"

Miyeon tidak bisa menahan dirinya lebih lama lagi untuk bertanya.

Mina—lebih tepatnya Sana, temannya yang dulu hanyalah seorang roh kini tengah tersenyum menatapnya.

"Karena harus, Yeon," balas Sana. "Bukan cuma aku aja. Temen-temen aku yang ikut meninggal kayak aku juga ngelakuin hal yang sama. Begitu pun temen-temen kamu yang meninggal itu. Mereka juga akan ngelakuin hal yang sama ke angkatan berikutnya."

"Angkatan berikutnya?" Miyeon mengernyit tak habis pikir.

Sana tersenyum miris, "Semua ini bukan pure kemauan aku, Yeon. Ini semacam permainan kutukan. Gak akan berhenti. Setiap dari kami yang mati, pasti akan bunuh angkatan berikutnya buat ngumpulin nyawa, dan menetap di tubuh salah satu korbannya."

Miyeon terbelalak. Ia benar-benar tidak menyangka jika alasan di balik terjadinya semua permasalahan ini karena adanya sebuah kutukan.

"Kakak pun korban," imbuh Sana. "Aku kejebak bareng sama sebelas temen aku yang lain sehabis rapat sampai malam di kampus dan semua itu terjadi."

Setelahnya hening. Miyeon hanya diam, tidak membalas. Mina sendiri, alias Sana, juga merasa tidak ada yang harus ia ceritakan lagi. Semua detailnya, biarlah ia simpan dalam ingatannya sendiri. Tidak perlu Dibagi-bagi.

Namun seketika Sana teringat, bagaimana nasib teman-temannya yang juga telah meninggal seperti dirinya. Apakah mereka sudah menemukan tubuh baru saat ini?

Mungkinkan mereka akan bertemu lagi, meski dengan tubuh orang lain?

"Jadi ... semuanya masih akan tetap berlanjut ke angkatan berikutnya?"

Sana mengangguk atas pertanyaan Miyeon, "Iya. Tapi mungkin bukan dari mahasiswa kampus ini lagi."

Lagi-lagi Miyeon hanya terdiam setelah mendengar jawaban dan penjelasan dari Sana.

"Aku balik ke aula duluan, ya. Biar temen-temen kamu gak curiga kalau Mina udah bukan dirinya lagi."

.
.
.
.
.

Dahlah segini aja. Dengan demikian, Shels menyatakan bahwa Escape officially tamat! Yeay!! Baksu baksu!

So ... kalian semua yang punya pertanyaan, boleh drop langsung aja di komen. Next part, Shels bakal jelasin semuanya biar kalian lebih jelas dan paham sama teori Escape.

Kalau pertanyaan kalian banyak, bisa ditulis per nomor gitu, yak. Misal,

1. Kenapa Eunwoo harus mati?
2. Kenapa harus 10 yang mati?

Kayak gitu ... biar aku enak baca dan bikin listnya, biar gak kelewat juga^^

Selain komen pertanyaan, bolehlah ... kasih komen pendapat kalian soal cerita ini juga hehe. Kritik maupun saran Shels sangat menerima, asal dengan pemilihan kata yang baik, ya :)

Okay, see you, babai~

Escape | 97L [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang