Extra: About Miyeon

1.5K 173 24
                                    

Cho Miyeon. Seorang gadis yang terlihat biasa namun sebenarnya luar biasa. Semua orang melihat Miyeon sebagai gadis yang aneh. Mengapa? Karena Cho Miyeon suka bicara sendiri.

Gadis itu memiliki seorang teman di saat orang lain bahkan tidak mau berdekatan dengannya. Temannya itu tidak terlihat, makanya ia dikira aneh karena suka berbicara sendiri.

Sejak kecil, Miyeon sulit sekali mendapatkan teman. Ketika ia kecil, orang-orang takut melihatnya. Lalu, ketika ia dewasa sekarang, orang-orang risih melihatnya.

Miyeon sendiri merupakan anak yang memiliki kepribadian tertutup. Ia merasa baik-baik saja tanpa memiliki teman hingga akhirnya ia kuliah.

Setelah masuk ke dunia perkuliahan, Miyeon menyadari jika memiliki teman itu sangat diperlukan karena dapat membantu dirinya untuk berkembang. Tapi sayangnya, mendapat teman di kampus tidak lebih mudah dari mendapat teman di sekolah.

Awalnya, semua baik-baik saja. Miyeon mendapatkan cukup banyak teman dan dia jelas merasa senang. Tapi ketika hari di mana ia tertangkap berbicara sendiri dan mengaku jika memiliki teman imajinasi, teman-temannya mulai menjauhinya.

Hal itu bermula karena ada temannya yang melihat dirinya berbicara sendiri. Lantas, besok harinya muncul berita mengenai dirinya di mading dan juga forum kampus.

Karena hal itu, bukan hanya orang-orang di jurusannya saja yang membicarakannya, tapi hampir seisi kampus—dari semua jurusan. Setiap ia melewati lorong kampus, ada saja orang yang menatapnya dengan tatapan aneh.

Setelah itu, Miyeon kembali harus berjalan sendirian. Ke mana-mana sendirian. Mengerjakan semua tugas sendiri dan sangat susah baginya mendapatkan teman jika ada tugas secara berkelompok.

📝📝📝

Segalanya dimulai saat kampusnya mengadakan sebuah perlombaan besar. Membuat film pendek secara berkelompok tentunya. Karena ini perlombaan besar, pembagian kelompoknya pun besar.

Dalam satu kelompok tidak hanya berisi mahasiswa yang berasal dari kelas atau jurusan yang sama. Kelompoknya diacak dan mahasiswa dari jurusan apa saja dapat bergabung bersama.

Seperti apa yang Miyeon duga, tidak ada yang mau mengajaknya untuk masuk ke kelompok mereka. Ia hanya bisa diam menunggu dosen sendiri yang menempatkan dirinya di kelompok mana.

Tapi siapa sangka jika di detik akhir, ada seorang gadis imut yang menghampirinya dan mengajaknya untuk bergabung dengan kelompok gadis imut itu—Jung Eunha.

"Beneran aku boleh gabung?" Miyeon merasa ragu, jadi ia ingin memastikan.

Eunha mengangguk, "Iya boleh. Mereka gak akan nolak kalau Una yang minta. Ayo ikut ke sana."

Dengan riang gembira, Eunha menarik pergelangan Miyeon untuk ikut dengannya—menghampiri belasan muda-mudi yang berkumpul di pojok auditorium.

Sebagai mahasiswa psikologi, Miyeon tentu bisa melihat dan membaca ekspresi setiap orang-orang yang tergabung dalam kelompok itu.

Ada yang menampilkan ekspresi riang untuk menyambutnya bergabung. Ada yang berekspresi datar namun tak merasa terganggu dengan kedatangannya. Sisanya, tentu adalah orang-orang yang dengan terang-terangan menunjukkan ekspresi tak suka padanya.

Seperti apa yang dikatakan oleh Eunha, tidak ada yang berseru protes atas keputusan gadis imut itu mengajak Miyeon ke dalam kelompok mereka.  Mungkin sebelum mengajaknya, Eunha sudah lebih dulu menjelaskan alasannya pada yang lain.

Mereka duduk melingkar—membuat sebuah lingkaran besar.

"Ketua kelompoknya Eunwoo aja kali, ya?" celetuk Lisa.

Escape | 97L [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang