What's wrong?

40 3 1
                                    

(What?)
"Gak semua pertanyaan akan berakhir dengan jawaban. Sama seperti pertemuan, gak selamanya membawa kebahagiaan"
_________________________

 Sama seperti pertemuan, gak selamanya membawa kebahagiaan"_________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****
Hari ini, anggap saja sudah 2 minggu aku menjumpai mereka. Aku tak tahu siapa yang bosan, intinya aku merasa perbedaan yang nyata. Semua berlalu seperti biasa, aku mulai merasa jika rasa spesial telah hilang, aku membenci suasana ini.

"Ada yang mau keluar lagi?"

Dengan wajah yang jelas tak seperti biasanya.

"Fungsinya buat group apa kalau mulai pada keluar satu demi satu?"

Aku membenci sikap bodo amat mereka.

"Kalau ada masalah cerita, gak usah tiba-tiba out. Ini untuk kesekian kalinya ya. Bubarin aja kalau gini"

Oke mereka membuatku kesal untuk semua kebahagiaan yang kudapat dari mereka juga, beberapa hari lalu tepatnya.

"Gak ada yg mau jawab? Mulai bodo amat? Gue tau lu semua nyimak"

Aku keluar dari sana.

Aku berfikir ini akhir. Kebahagiaan yang baru saja hampir aku dapat, hilang begitu saja bahkan sebelum aku genggam.

"Gak bisa diharapin sama sekali, nyesel gue kenal lu semua. Kirain gue bakal bahagia. Taunya tetap aja kecewa"

Aku melempar ponselku ke kasur yang masih berantakan. Tak lama sebelum berdering.

"Ya? Kenapa Bi!"

Jawabku ketus. Aku mendengar samar suara nafas Bintang yang seakan berubah.

"Lu kenapa Dan? Kok judes banget"

Aku kembali terdiam

"Baru aja beberapa hari lalu lu cerita tentang kebahagiaan. Dan sekarang lu balik gini lagi"

"Langsung aja Bi, mau apa? Kok nelpon gue?"

Aku bisa membayangkan ekspresi wajahnya dari sini. Dia dengan wajah menganga nya yang lucu.

"Ya Allah Dan. Gak jadi"

Menutup telpon begitu saja.

Bintang mungkin marah. Tapi itu bukan dia. Aku tak pernah melihat dia marah meski hidungnya sempat patah olehku. Aku pernah menjadikanya pelampiasan ketika aku benar-benar jatuh.

"Terserah Lu Bintang. Gak ada waktu buat gue merasa gak enakan ke elu. Gue sendiri lagi gak enak"

Aku merebahkan tubuhku dengan mata tajam memandangi langit-langit kamarku. Patah hati tersakit ketika berharap kepada sosok yang bahkan belum kau jumpai sama sekali.

Aku yang menyakiti diriku sendiri. Aku kira ini akhir kesepianku.

****

Tok tok..!!!
Pintu terketuk dengan lembut namun berulang. Mentari kini telah memberi semburat jingga pada cakrawala.

Virtual (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang