(Dawn)
"Yang kuharap tentang fajar, berikan kebahagiaan hingga kau kembali esok hari dan aku berharap untuk seterusnya"
_________________________****
Terlalu pagi untuk aku terbangun. Biasannya di jam segini aku masih terlelap dalam lelahku. Maksudnya, aku hampir menangis setiap tengah malamku. Dan itu membuatku lelah dengan kepala sakit dipagi harinya.13 April 2021
Puasa pertama telah tiba, dan pertama kalinya pula aku melaluinya sendirian. Benar-benar hanya aku dan duka serta sakit yang kusimpan sendirian. Aku tak percaya siapun untuk sekarang, bahkan diriku sendiri.Kau pasti tahu bagaimana rasanya kehilangan rasa percaya dari orang yang sudah kau berikan kepercayaan penuh. Hanya bisa menyalahkan diri sendiri dan mulai membenci semua yang ada padamu.
"Uhmm.. Untung sebelum tidur udah baca niat"
Aku menatap ponselku yang menyala redup.
"Lagian kalau gue sahur juga yang ada lemes seharian kek yang udah-udah"
Aku memang aneh, disaat banyak yang mengeluh karna kesiangan, aku justru sengaja melewatinya. Lupakan saja.
"Gak ada off sama sekali, masa iya harus tetap kerja dipuasa pertama"
Terduduk dengan wajah lemas. Lalu mulai meraih ponsel dan membuka perbincangan di group Whats App.
Ada yang mencariku?
Ada beberapa yang memention ku dan menanyakan tentang apa aku kesiangan karna tak muncul disaat mereka sedang rame disana.Ternyata bukan hanya group itu saja, aku mendapatkan Spam dari beberapa member yang ada disana. Dan tentunya dari orang yang lebih dulu aku kenal.
"Huhuhuhu.. terharu, spam banyak banget"
Novi dengan spam nya yang memenuhi chat pribadiku dengan nya. Beberapa pesan gak penting dan panggilan yang tak terjawab.
"Ya Allah, segitunya dia Spam. Gue terharu"
Aku merasa ada yang peduli meski aku enggan mengakuinya.
Mereka sedikit memberi warna untuk hidupku yang terlalu monochrome.
****
Anggap saja hari berlalu seperti biasanya. Jujur aku bosan dan lebih dari sekedar 5 huruf yang membuat jemu itu. Sesaat lagi magrib akan segera tiba, aku masih berkutat dengan gelas-gelas yang harus segera diisi mocktail karna telah banyak yang duduk manis dikursinya untuk berbuka. Vibes Ramadhan terasa begitu nyata namun tak bagiku yang menggapnya tak jauh berbeda dengan hari-hari biasanya."Bi, ini udah. Lu antar ke meja nomor 5, sama sekalian ambilin gue air mineral di meja kasir"
Bintang dengan cekatan menghampiri.
"Buat apa Dan?"
"Buat nyiram muka lu Bi"
"Dih orang serius, lagi puasa jangan emosi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Virtual (HIATUS)
RomantizmRasa sakit dengan tingkat luka yang berbeda. Pejuang tawa yang berusaha mencari ketenangan untuk percaya, jika hidup masih akan tetap berarti sampai benar-benar berakhir. Diantara malam ada jiwa rapuh yang berusaha bertahan. Aidan, pemuda yang sed...