(Pain)
"Rasa sakit terdalam ketika kau mampu tersenyum dalam luka yang mengangga lebar"
_________________________****
Drrrrrt....
Drrrrrrrrt...Ponselnya bergetar sejak tadi dengan nada dering yang terdengar nyaring.
Drrrrt..
Drrrrrrrt...
Tuuuuuuuut..Tanpa respon hingga akhirnya berhenti dengan sendirinya.
Tak lama notifikasi Whatsapp muncul pada beranda ponselnya. Matanya melirik pesan yang tak asing baginya.
"Hei, malam ini free gak, gue mau pake lu. Harga sama kan"
Wajahnya datar dengan bibir yang agak bergetar menahan amarah.
"Ayolah..Malam ini aja, gue lagi butuh lu banget ini Bey"
Sejak kejadian di group tadi, Aldrich tampak menunjukan raut kekecewaan dengan mata agak sembab dan tatapan kosong.
Ponselnya kembali berdering dengan nomor yang sama sejak beberapa saat yang lalu.
"Lu jangan ganggu gue Bangsat"
"Heii lu kenapa Bey, lagi PMS lu. Ayolah kita senang-senang sekarang"
"Persetan dengan lu, gue gak mau"
Aldrich melempar ponselnya hingga menghantam tembok kamar yang agak berbeda dari biasanya. Ya, ini kost tempat ia melarikan diri dari masalah yang terus mengejarnya. Dia yang terlihat dingin dengan sikap super cuek ternyata menyimpan masalah begitu besar. Hari-harinya tak kalah suram jika ingin dibandingkan dengan Aidan yang bisa dibilang bernasib sama. Masa remaja yang ternoda dengan sisi gelap yang menjerumuskan nya.
"Arrrgh.. Gue capek terus-terusan seperti ini"
Tampak ia menjambak keras rambutnya dengan teriakan dan air mata yang kembali jatuh. Ia telah beberapa hari tak pulang kerumah karna berselisih dengan Ayah nya. Ia selalu merasa dibedakan dengan sang kakak dan juga tuntutan lain yang membuatnya seperti sekarang.
"Gue kira bakal dapat penyemangat baru sejak kenal mereka, tapi kenapa gue justru kian menderita saja"
Aldrich tampak benar-benar kacau dengan masalahnya yang telah memuncak.
"Gue lelah, gue ingin ini semua berakhir, gue ingin mati"
Kata-kata klasik yang sering terucap, namun tak segera terlaksana dengan harapan akan ada kebahagiaan dikemudian hari. Lebih tepatnya masih ada rasa takut untuk pergi.
****
Sedikit tentang Aldrich, setidaknya yang aku tahu sejak awal mengenalnya. Sosok pendiam yang agamais dan sempat membuatku minder dengan pengetahuanya tentang Islam. Namun dia hanya mencoba menghapus kesalahan yang telah berlalu. Dia mencoba memperbaiki diri dengan harapan akan lepas dari jeratan masalah yang mengikatnya sejak lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Virtual (HIATUS)
RomanceRasa sakit dengan tingkat luka yang berbeda. Pejuang tawa yang berusaha mencari ketenangan untuk percaya, jika hidup masih akan tetap berarti sampai benar-benar berakhir. Diantara malam ada jiwa rapuh yang berusaha bertahan. Aidan, pemuda yang sed...