Move

34 5 2
                                    

(Move)
"Setidaknya kau tak pernah berhenti bergerak meski didepanmu masih menjadi sebuah misteri"
_________________________

(Move)"Setidaknya kau tak pernah berhenti bergerak meski didepanmu masih menjadi sebuah misteri"_________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****
Sehari sebelum tepat seminggu bertemu mereka. Ini akan sedikit membosankan karna hanya seputar Group Chat di setiap harinya. Seperti itulah, mau gimana lagi. Kita terlalu terpencar jauh untuk bertemu secara nyata. Maksudku bukan seperti mimpi malam kemarin.

Aku sebenarnya percaya, jika bertemu itu hal yang agak sedikit mustahil. Bukan karna jarak tapi personal masing-masing yang aku takut akan berubah sebelum hari itu tiba. Anggap saja ini seperti permainan untuk mepertahankan sesuatu yang kamu anggap berarti. Jujur saja aku mulai menyayangi mereka. Tapi yang bertemu online tidak bisa kita harapkan lebih.

"Hari-hari gue sedikit lebih berwarna sejak tak sengaja menjumpai mereka."

Aku terduduk diam didepan cermin wastafel kafe sembari merapikan kemejaku.

"Fiuhhhh..Senin yang melelahkan. Besok gak kerasa udah puasa aja."

Aku menghela nafas cepat sembari menggulung lengan kemejaku.

Hari ini kafe lebih rame dari hari-hari biasanya. Aku mungkin akan sangat sibuk dan tak mustahil akan lembur lebih lama dari biasanya.

"El, kok lu senyum-senyum sendiri?"

Bintang menepuk pundak ku. Aku menoleh dengan ekspresi yang berubah agak kaget.

"Udah lama gak liat lu senyum Dan"

Bersandar tepat di sampingku dengan nampan berisi waffle bertoping es krim vanila yang mulai meleleh diatasnya.

"Lu jatuh cinta? Sama siapa? Katanya gak mau pacaran lagi?"

Seketika ia menjadi jurnalis dadakan, hingga melupakan makanan untuk pengunjung yang sudah kelaparan dimeja nya.

"Itu anterin dulu makanan orang, ntar dipecat bos lu. Gue aduiin ni"

"Dih cepu banget lu, kasih tau dulu kenapa."

"Anterin dulu, ntar gue ceritaiin"

"BTW, manis banget lu kalau senyum Dan, cocok buat pengganti gula batu"

"Alasan gue gak mau senyum didepan lu"

Dia tertawa dengan kepala agak menggeleng. Aku kembali ke counter, dimana telah ada beberapa list minuman yang harus aku racik.

" Gila ni, mau puasa bukanya tobat. Malah pesan Old Fashioned, mocktail aja kenapa sih"

Cocktail memang terkenal sebagai minuman beralkohol namun versi lebih ringannya saja yang ada disini. Bisa dipaksa tutup kalau sampai terang-terangan ada yang mabuk setelah keluar dari kafe.

"Dan udah belum?"

"Sabar Bi, Angostura bitters gatau ditaroh dimana sama Dirly."

Dirly Almara, Bartender satunya yang baru saja pulang sesaat setelah aku tiba.

Virtual (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang