26. Hal bodoh

178 26 4
                                    

"Bastah, kau belum menjawab pertanyaan kami waktu itu!"

Nike menatap Bastah dengan tatapan menuntut hal sama dengan yang disebutkan oleh Seth.

"Pertanyaan apa?" Tanya Bastah balik. Saat ini ia sedang fokus menajamkan busur panah yang baru saja dibuatkan oleh Pamannya tadi sore.

"Mengenai penakluk yang kau temui," jawab Nike.

"Oh. Dia itu seorang laki-laki seperti kalian. Tatapannya tajam sekaligus sayu, ia juga membawa tas yang mungkin berisi obat-obatan sebab ketika aku berjalan di jalan yang sama dengannya, bau itu mengudara."

"Apa dia sakit?" Tanya Seth penasaran.

Bastah berhenti sejenak dan menatap Seth. "Kurasa begitu. Para penakluk saat ini berbeda dengan dulu yang langsung berada di Pusat Kota. Kalian terpisah-pisah dan tidak ada pendamping sama sekali, padahal itu yang paling penting supaya tahu jenis sihir apa yang bisa kalian pinjam nantinya. Dan bisa saja Penakluk yang bertemu dengan ku itu mengalami hal lebih buruk daripada kalian sehingga harus membeli begitu banyak obat untuk memulihkan kondisinya."

"Pusat kota? Apa maksudmu memasuki sebuah gedung bertuliskan Lassey yang terbuat dari tembaga dan dilapisi oleh emas? Berdekatan dengan sebuah museum dan toko butik terkenal?" Tanya Nike seraya memicingkan matanya, berusaha berpikir keras.

Bastah terdiam dan menatap Nike terkejut, ia lantas mengangguk membenarkan. "Bagaimana kau bisa tahu?"

Suasana menjadi hening sejenak. Nike belum membuka suara, ia malah berekspresi seakan-akan sedang memikirkan sesuatu.

"Kurasa sejak awal, kami diberikan ingatan para Penakluk terdahulu oleh Pemerintah dunia kami. Hanya saja jika tempat atau kejadian yang pernah di alami maupun dikunjungi oleh Penakluk dahulu tidak berkaitan dengan yang kami alami saat ini, maka hal itu semacam tidak berguna. Selain itu, saat aku tersadar, ada semacam suara yang sangat bising memenuhi telinga ku," jelas Nike mencoba mengatakan pendapatnya kepada Bastah.

Seth yang menyimak akhirnya mengangguk paham. "Maksudmu adalah ingatan itu harus dipancing terlebih dahulu?"

"Ya, mungkin begitu. Contohnya saja saat Bastah membahas mengenai Pusat Kota, ingatan tentang hal itu tiba-tiba saja berputar di dalam kepalaku."

"Tapi sepertinya tidak semua informasi diberikan kepada kalian. Buktinya saat aku menyinggung aturan di dunia ku, kalian berdua tidak bereaksi apapun malahan ikut menghujat," ujar Bastah ikut memberikan pendapatnya.

Seth dan Nike mengangguk setuju. Memang sepertinya mereka tidak dibekali informasi sepenuhnya, entah apa alasannya.

"Bukankah pembahasan awal kita tentang Penakluk lain yang ditemui oleh Bastah? Kenapa sampai melenceng ke hal lain?"

Seth menatap kedua pemuda dihadapannya dengan tatapan bingung.

"Entahlah, bukankah Nike yang memulainya?"

Bastah menunjuk Nike dan kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda tadi.

"Aku? Itu kan perbuatan kau," sanggah Nike tidak terima.

Bastah tersenyum sangat tipis bahkan hampir tidak terlihat.

"Kejadian berikutnya setelah aku melihat Penakluk itu adalah."

Dengan sengaja, Bastah menggantung ucapannya. Wajah Nike dan Seth lantas berubah penasaran.

"Tidak ada interaksi yang lebih selain kami yang berpapasan," jawab Bastah mengakhiri pembahasan pada topik yang sedang mereka perbincangkan.

SCHOOL SECRET | RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang