Pagi ini hujan deras mengguyur kota besar yang berdiri di salah satu Negara terkenal di dunia. Jalanan menjadi banyak genangan air akibatnya. Padahal semalam bintang-bintang bergembira menyambut musim panas. Entah kenapa tiba-tiba saja hujan. Seakan langit sedang tahu akan berita yang beredar malam tadi.
Melalui berita dari awak media yang telah meliput di tempat kejadian terjadi, anak dari seorang pengusaha di nyatakan koma. Penyebab hal tersebut juga sama sekali tidak di ketahui.
Dokter yang menangani menyatakan tidak ada luka luar maupun dalam yang membahayakan nyawa anak pengusaha itu. Namun, entah mengapa dia tiba-tiba mengalami koma. Melalui beberapa tes yang nanti akan dilaksanakan demi memastikan kondisi anak pengusaha itu, dokter berjanji akan melakukan semua kemampuannya. Mengerahkan usaha terbaiknya.
Terbitnya berita tersebut oleh wartawan pagi ini membuat semua semakin memanas. Belum lagi berita hilangnya remaja sekolahan yang merupakan anak pengusaha ternama masih memanas.
Ditengah keributan media internet itu, ada seorang pemuda yang sedang berjalan pelan menuju stasiun bus. Ia memakai pakaian serba hitam dilengkapi topi berwarna senada. Ia tidak membawa apapun ditangannya, hanya sebuah surat kabar yang beberapa menit lalu terbang menghantam wajah tampannya.
Pemuda itu lantas menduduki kursi stasiun. Entah apa yang sedang ia tunggu, padahal tidak ada jadwal pemberhentian bus dijam segini.
Pemuda yang berusia kisaran 20-an itu menatap surat kabar dan membacanya dengan teliti. Senyum tipis tersungging begitu ia mendapati sebuah berita menggemparkan.
Kesaksian oleh anak tiri pengusaha mengenai kondisi saudaranya.
"Sebentar lagi, kalian sudah melanggar jalan takdir. Balasan sesuai akan segera datang."
______sᴇᴄʀᴇᴛ_______
Heimdall menghela napas beberapa kali saat melihat lawan bicara sibuk dengan sebuah barang yang tidak bisa dibilang baru.
Ia adalah Bram. Saudara jauh dari sahabatnya.
Bram fokus pada komputer usang yang masih menampilkan bahasa berbeda. Ia sudah menelusuri pada web mengenai artian bahasa tersebut, namun kata yang muncul selalu saja tulisan eror. Tidak frustrasi, Bram masih menelusuri dan mencoba berbagai cara untuk menerjemahkan bahasa pada komputer tersebut.
"Ayolah, Bram. Biarkan saja hal itu, kita tidak bisa memecahkannya. Kau saja yang sangat ahli dalam bidang teknologi tidak bisa berkutik untuk menerjemahkannya." Heimdall berujar sambil menghela napas panjang.
Bram menoleh sekilas. "Aku memang belum bisa, bukan berarti tidak. Lagi pula tujuanmu kesini bukan untuk mengusik ku, kan? Pergilah bersama Thoth sana!"
"Pergi dengannya sama saja menyerahkan tubuhku pada monster neraka. Aku tidak mau membiarkan tubuhku seakan dipukul-pukul oleh berbagai alat olahraga yang menyebalkan."
"Di neraka ada monster? Wah, aku baru tahu. Ku pikir hanya ada para algojo disana."
Heimdall tersenyum sekilas. "Disana bukan hanya ada monster dan algojo, tetapi juga para siluman serta iblis yang bersemayam dan melakukan tugasnya dalam menghukum perilaku manusia di dunia ini."
"Kau berbicara seakan pernah berkunjung ke neraka saja," sahut Bram tertawa kecil.
Ia menganggap ucapan Heimdall sebagai guyonan semata. Lagipula, mana mungkin ada orang yang pernah ke neraka dan mengetahui segala isinya. Terkecuali mereka bukan orang melainkan salah satu penghuni dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL SECRET | Revisi
أدب الهواةSekolah magis. Apa ada hal seperti itu di dunia ini? Tentu kalimat itu adalah hal yang pertama kali orang tanyakan saat mendengar hal berbau magis. Fakta mengenai magis sangat asing dan tidak banyak orang mengenal ataupun percaya pada hal seperti...