𝐴𝑙𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑚𝑢𝑠𝑖𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑟 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑗𝑖𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔.
______sᴇᴄʀᴇᴛ______
Paparan sinar matahari membuat keringat membahasi diri. Poli mengelap keringat yang terus bercucuran, ia sedang menjalani hukuman karena terlambat Sekolah. Ia tidak tahu kalau hari ini Sekolah masuk lebih awal dari hari sebelumnya.
Bukan hanya dia, ada dua orang dari kelas akhir yang juga kena hukum. Poli tidak sempat melihat papan nama di seragam mereka karena sedang di awasi oleh petugas keamanan.
Hari ini juga ada pemeriksaan kembali atas kasus Zen. Sudah berjalan hampir satu minggu namun belum ditemukan jejak sama sekali. Hanya gudang terbengkalai di taman belakang Sekolah, terdapat bercak darah dan langsung dijadikan salah satu bukti penyelidikan. Padahal bisa saja itu darah orang lain, secara Sekolah ini juga sangat ramai akan pembullyan.
Tidak jarang ada siswa kalangan beasiswa yang sering izin akibat terluka. Poli tahu semua itu. Ketua kesiswaan alias Samael sudah menjelaskan semuanya. Disini yang punya jabatan akan berkuasa.
"Manusia menyembah jabatan," gumam Poli saat kembali teringat pada cerita Samael.
"Kau bilang apa?" Tanya seseorang tepat di samping Poli. Dia adalah Senior yang di maksud oleh Poli.
"Oh bukan apa-apa," jawab Poli tersenyum tidak enak.
Senior itu mengangguk mengerti. "Aku Heimdall, salam kenal."
"Poli. Salam kenal juga, Senior."
Heimdall tersenyum dan mengangguk. Ia senang bisa berkenalan dengan adik kelas walau di waktu dan tempat yang salah.
"Keringatmu sangat banyak. Tapi santai saja, sebentar lagi hukuman akan selesai." Heimdall menatap Poli sambil menunduk. Faktor perbedaan tinggi cukup jauh.
Poli hanya tersenyum sembari menatap ke atas tepat pada matahari yang sedang terik-teriknya. Sebentar lagi, setelah hukuman berakhir, dia akan mengajak Nike ke perpustakaan untuk menyalin materi dan meminta pemuda asal Jepang itu menjelaskan beberapa.
Tidak masuk pelajaran akibat kena hukum terasa aneh. Padahal Poli terkenal sangat disiplin sejak masih kanak-kanak. Pasti nanti dia di ejek oleh Nike. Sungguh memalukan.
Sekitar sepuluh menit kemudian, hukuman telah berakhir bertepatan dengan jam istirahat pertama. Lantas Poli melambaikan tangannya saat melihat Nike keluar dari kelas dengan buku di tangannya.
"Wah, Poli si anak disiplin mendapat hukuman gara-gara terlambat? Sungguh hal menakjubkan!" Ujar Nike lengkap dengan senyuman mengejeknya.
Rasanya Poli ingin membenamkan wajah itu ke tanah terdalam saja.
"Jangan banyak bicara! Ayo pergi ke perpustakaan, kau membawa buku milikku juga, kan?" Tanya Poli diangguki oleh Nike.
Kedua pemuda itu berjalan menuju perpustakaan.
______sᴇᴄʀᴇᴛ______
Hari ini Osiris tidak pergi ke kantin, begitu pun dengan Samael. Mereka berdua berencana menghabiskan waktu di perpustakaan, sekaligus Samael ingin memberi arahan singkat mengenai pola hidup baik bagi Osiris agar dia tidak depresi dan stres. Anggap aja Samael sebagai psikiater Osiris.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL SECRET | Revisi
Fiksi PenggemarSekolah magis. Apa ada hal seperti itu di dunia ini? Tentu kalimat itu adalah hal yang pertama kali orang tanyakan saat mendengar hal berbau magis. Fakta mengenai magis sangat asing dan tidak banyak orang mengenal ataupun percaya pada hal seperti...