27. Peristiwa

178 29 10
                                    

"Bagaimana kau bisa melakukan itu?"

Nike menatap Bastah dengan tatapan terkejut. Ia membulatkan matanya dengan mulut yang menganga.

Bastah tersenyum kecil melihat ekspresi Nike, "ini kemampuan istimewa yang aku dapatkan dari Kakek ku."

"Wah, apa beliau bisa melubangi tanah untuk menanam seperti kau?" Tanya Nike dengan raut penasaran.

Lelaki berusia 16 tahun itu mendekat ke arah Bastah dan duduk di sebuah gundukan tanah. Ia sangat antusias memandang aktivitas Bastah yang dengan cepat melubangi tanah-tanah untuk tempat penanaman bibit jagung. Bukan secara manual, namun dengan sihir.

"Beliau bahkan bisa menumbuhkan tanaman dengan cepat. Tapi aku tidak bisa, karena aku adalah darah campuran, bukan keturunan penyihir asli," jelasnya.

Nike mengangguk mengerti. "Berarti dalam silsilah keluargamu, pernah terjadi pernikahan beda ras, kan? Sehingga bisa membuat reaksi tubuh terhadap sihir jadi melemah," tanya Nike.

Ia memahami situasi dengan cepat. Bastah kembali dibuat kagum oleh pemahamannya.

"Benar sekali! Kakek adalah seorang penyihir dan beliau menikah dengan Nenek yang merupakan seorang manusia biasa."

Bastah kembali menyentuh tanah dan tepat pada saat itu, jalur gundukan tanah tempat akan di sebarnya bibit sukses berlubang dengan kedalaman selaras dan jarak yang antar satu lubang ke lubang lain sama besar.

"Luar biasa!" Puji Nike sembari bertepuk tangan meriah.

"Sekarang giliran kau yang menabur benihnya," ujar Bastah menatap Nike.

"Aku tidak punya kemampuan dalam melakukan sihir, biar kau saja!" Tolak Nike masih mempertahankan senyumannya.

Bastah menggeleng, pun ikut tersenyum. "Aku hanya bisa melakukan sesuatu yang berhubungan dengan tanah, kalau menyebar benih, aku tidak bisa!"

"Lalu? Apa aku harus melakukannya dengan cara manual?" Tanya Nike tidak percaya.

Bastah mengangguk semangat. Ia mendorong tubuh Nike untuk melakukan permintaannya. Walau secara terpaksa, Nike tentu saja tetap melakukan keinginan Bastah. Ia tidak mau di usir gara-gara tidak menurut.

Sedangkan Bastah duduk di gundukan tanah, tempat Nike duduk tadi. Lelaki berambut kuning cerah itu menyingsing lengan tunik miliknya, ia menatap sebuah tanda berwarna coklat tua dengan bentuk menyerupai akar yang tidak sempurna.

"Tanda apa itu?" Tanya Seth yang datang secara tiba-tiba. Dia membawa dua karung pupuk. Lantas meletakkannya dekat Bastah.

Seth menyeka keringatnya sembari mengipasi wajahnya yang nampak memerah.

"Ini tanda turun-temurun jika seseorang memiliki darah seorang penyihir dalam silsilah keluarganya," jelas Bastah singkat.

Seth mengangguk mengerti dan duduk di sebelah Bastah. "Lalu, kenapa di sekitar tanda itu berwana kemerahan? Tidak mungkin kau menyakiti dirimu dengan mencubitnya, kan?"

Sejenak Bastah dibuat tertawa kecil oleh pertanyaan Seth. Tidak ada yang lucu, tapi ekspresi Seth berhasil menghiburnya.

"Tentu bukan, ini adalah risiko jika menggunakan sihir. Akan muncul bercak kemerahan di sekitar tanda ini, jika terus dipaksakan, maka bercak merah ini nantinya berubah menjadi biru keunguan," jawab Bastah.

"Bagaimana jika dipaksakan lebih lagi? Apa akan timbul risiko yang lebih serius atau hanya sebatas memar?"

"Tentu saja akan menjadi lebih serius. Becak biru keunguan ini nantinya akan berubah menjadi luka menganga dan berakhir merusak tanda ini. Setelah tanda ini rusak, maka aku tidak akan bisa melakukan sihir lagi. Itu juga berlaku bagi siapapun pengendali sihir," jelasnya.

SCHOOL SECRET | RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang