Bagian 4

335 206 106
                                    

KABUR


Saya dan Hendery sudah terbiasa bersama sedari kecil. Rasanya tidak akan habis cerita saya tentang dirinya. Berbagai macam peristiwa sudah saya lewati bersamanya, dari musim yang berganti, hingga cuaca yang berubah juga saya saksikan bersama Hendery. Kami mengetahui sifat satu sama lain dengan baik.

Sudah saya katakan bahwa Hendery adalah remaja keras kepala bukan?
Pada saat libur semester, Hendery yang masa itu sedang gemar bermain game komputer menjadi betah dirumah katakan saja dia anak rumahan baru menetas. Semenjak keinginannya memiliki sebuah PC Game dikabulkan oleh papa Wong, Hendery benar-benar berubah menjadi maniak game. Membeli berbagai macam keperluan gaming seperti speaker khusus dan lain sebagainya ternyata belum memuaskan dahaga Hendery dari hobi barunya.

Berbekal sering melihat siaran youtube seputar game beserta teknik memainkannya, Hendery yang saya tahu memiliki pemikiran out of the box atau katakanlah berbeda dengan pemikiran orang pada umumnya itu bukannya fokus pada apa yang dijelaskan sang youtuber, yang ia perhatikan adalah kursi gaming yang menurutnya sangat keren karena bisa berputar.

Sudah bisa kita tebak bersama kelanjutannya, tentu saja Hendery akan meminta papa Wong untuk menuruti permintaannya -lagi dan lagi- karena baginya papa Wong adalah sosok Ayah yang akan mengabulkan apapun yang ia inginkan.

Tapi saya juga sedikit mengalami serangan kejut saat ternyata papa Wong menolak membelikan apa yang Hendery inginkan, entah apa alasannya yang pasti bukan perihal harga. Saya percaya, uang mereka tidak akan habis hanya untuk sebuah kursi gaming.

Hendery yang merajuk, kemudian memutuskan untuk pergi dari rumah. Tentu saja itu sangat mengejutkan bagi saya yang saat itu bersantai dikamar, sembari mendengarkan list lagu-lagu kesukaan. Saya dibuat tersedak ludah saya sendiri ketika membaca bubble chat yang dikirim oleh oknum bernama Hendery.

Aheng
Sis, posisi?

Lagaknya seperti owner online shop yang menagih janji temu dengan pembeli.

Me
Alamat yang biasa sis, saya tunggu paketannya.

Aheng
Paket kepalamu! Pliss bantuin gue packing Vi, cuma lo yang gue punya. Urgent, gue diusir dari rumah. Sekarang kesini Vi!!!!!!!!!!

Saya langsung saja lari tunggang langgang, panik gak? Paniklah, masa enggak. Saya tidak pernah menyangka juga meragukan perkataan Hendery perihal keluarga Wong yang mengusir Hendery. Meskipun anak tidak tahu diri itu memang pantas dikeluarkan dari daftar kartu keluarga. Sudah terlalu lama menjadi beban keluarga.

Saya berlari menuruni tangga menuju pintu utama dengan tergesa, beruntung sekali saya tidak terjatuh karenanya. Tidak peduli meskipun tanpa alas kaki, saya berlari menuju rumah Hendery yang berdiri megah di seberang rumah saya. Membuka gerbang besi bercat hitam itu dengan tidak sabar, kemudian mendorong pintu utama keluarga Wong tanpa permisi. Saya hampir saja menginjak ekor Leon -nama kucing peliharaan keluarga Wong- syukurlah Leon lebih gesit bergerak menghindar, saya bisa di babat habis oleh Kak Cecil jika sampai menyakiti Leonnya. Maafkan saya, sejenak saya melupakan apa itu sopan santun ketika memasuki rumah orang tanpa permisi, meskipun sudah diajarkan sejak dini oleh orang tua, tapi jika sedang panik seperti sekarang jangankan ingat sopan santun, barangkali jika ditanya 1 + 1 saya akan menjawab 10.

Anggota keluarga Wong sedang berkumpul di ruang tengah saat saya tiba.

"Viana, hati-hati gak perlu lari nak. Hendery di atas lagi ngurung diri, coba kamu lihat dia" ujar Papa Wong dengan jari telunjuknya mengarah pada pintu coklat berhias tulisan 'Awas Anjing Galak'. Kamar milik Hendery.

Best Friend || Hendery (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang