Bagian 7

294 184 73
                                    

"Hari Tanpa Hendery"

_____

Bisa sambil play mulmed diatas, bayangin aja sedekat apa Hendery sama Viviana. Bayangin dulu, nyeseknya belakangan. Ini bukan cerita sedih.

_____

"Vi .... besok gue mau jalan sama Aruna," Hendery menjeda ucapannya. "Lo gapapa kan kalau gue tinggal?" lanjutnya kemudian.

Akhirnya, sahabat saya berani berbicara perihal Aruna.
Saya tersenyum, senang sekali jika Hendery hendak pergi bersama Aruna, karena dari yang saya dengar gadis berambut sebahu itu sangat manis dan baik perangainya.

"Gue?" tunjuk saya pada diri sendiri. Hendery mengangguk ragu.

"Pergi aja Dery, gue gak masalah kalau lo mau kencan. Asal lo tahu, gue udah nunggu moment di mana lo naksir seseorang. Dan kalaupun itu Aruna, puji Tuhan gue seneng banget. Kak Jeremy udah cerita ke gue tentang lo yang naksir Aruna. And I want to say sorry, karena kedekatan kita bikin Aruna membatasi diri sama lo" saya meraih kedua tangan Hendery, berusaha terlihat tegar. Bukan cemburu pada Aruna yang mendapatkan hati sahabat saya, namun lebih seperti akan bagaimana diri saya tanpa sosok Hendery. Itu adalah pertanyaan yang menghantui saya ketika tiba hari Hendery menemukan pilihannya.

Setelah berkata demikian, Hendery bergegas pulang. Saat saya tanya kenapa buru-buru sekali, dia sudah memiliki janji akan menelepon Aruna. Baiklah, saya tidak apa-apa. Lagipula dirumah masih ada kak Jeremy.

Saya mendapati kak Jeremy berkutat dengan tugas-tugasnya. Tidak sampai hati jika saya egois menginginkannya untuk menemani saya. Sebagai gantinya saya membuatkan jus melon susu untuk menemaninya mengerjakan tugas.

Saya meletakkan nampan berisi jus dan setoples cookies coklat diatas meja, sedikit mengamati betapa sibuknya kak Jeremy sebagai mahasiswa tingkat akhir.

"Loh adek, kirain tadi bunda yang bawain cemilan. Hendery kemana dek, kok sendiri?" kakak menghentikan sejenak kegiatannya kemudian memberikan perhatiannya pada saya.

"Hendery pulang kak, dia cuma mau bilang besok bakal pergi sama Aruna," suara saya terdengar sedih. Tidak tahu kenapa, tapi memang selirih itu.

Kak Jeremy menatap saya, entah apa yang dipikirkannya.
"Dek, sini denger apa yang mau kakak omong ke kamu." Saya mengangkat kepala yang semula tertunduk kemudian menatap mata kak Jeremy.

"Kamu sedih ya karena mulai saat ini Hendery bakal lebih menghabiskan waktu sama pacarnya. Eh mereka udah official belum sih? Kemarin cerita baru deket." Saya mengangkat bahu, sejujurnya saya juga tidak tahu lebih perihal sejauh apa Hendery membina hubungan bersama Aruna.

"Sedih boleh aja sih, mengingat kalian dari jaman pakai popok sampai sekarang sebesar ini barengan terus. Tapi dek, kamu beneran nggak ada perasaan sama Dery?" Saya menggeleng sebagai jawaban untuk kak Jeremy.

"Tapi ikhlas kan kalau Hendery punya pacar? Yang artinya kamu bukan lagi prioritasnya. Kakak tahu kalian saling peduli satu sama lain. Tapi kalau masanya tiba, kamu tahu kan caranya menghargai Aruna?" Saya mengangguk setuju. Saya sadar betul setelah ini harus bagaimana bersikap.

"Maaf ya, kakak sibuk urusan kuliah sampai gak sadar kalau adek kakak udah besar, pinter, cantik, pengertian sama sahabatnya, lagipula sebentar lagi ujian kelulusan buat kamu. Gunain waktunya buat fokus persiapan masuk perguruan tinggi aja, ok?" Lalu kak Jeremy memeluk pundak saya. Tidak ingin lebih menganggu waktu belajarnya, saya pun beralasan akan istirahat, padahal jika dibiarkan lama-lama saya pasti berderai air mata.

Best Friend || Hendery (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang