“Jangan takut untuk bersedih. Karena kamu harus tahu, kalau kamu masih punya aku"
***
Sabtu sore, saya datang ke kediaman keluarga Wong atas permintaan Hendery, tujuannya untuk melihat kursi gaming barunya. Mengingat cuaca saat ini sedang mendung dengan intensitas hujan ringan, saya pribadi jujur lebih memilih bergelung di bawah selimut dibandingkan harus menyaksikan Hendery yang tidak bisa berhenti memamerkan kursi gamingnya. Meskipun harus meninggalkan kenyamanan, saya tetap pergi kerumah Hendery demi menyenangkan hatinya. Jika tidak, bisa jadi Hendery merajuk dan berakhir bungkam pada saya.
Cukup lama saya berada di sana untuk menjadi seorang fotografer dadakan. Hendery ingin memperbaharui laman sosial medianya dengan beberapa foto dirinya beserta kursi gaming barunya. Alasan, bilang saja ingin pamer dalam skala besar, begitu saja sulit untuk mengakui.
Setelah dirasa puas, barulah Hendery membolehkan saya pulang. Boleh tidak jika saya mengumpat? Karena sungguh meladeni kemauan Hendery sangatlah melelahkan. Tanpa peduli menyuruh saya datang, setelahnya menyuruh saya pergi begitu saja. Namun baru beberapa langkah menjauhi rumah megah milik Hendery, ralat milik papanya. Saya sudah dibuat terkejut saat melihat Damar duduk di teras rumah saya, bersama bunda yang terlihat sedang memegang nampan kecil di pangkuannya. Entah menyuguhkan kopi ataukah teh manis untuk menemani Damar sembari menunggu.
Sudah tahu bukan jika beberapa waktu lalu saya sempat patah hati karena Damar. Hari ini orang yang sama datang menjumpai saya, berharap ia tidak kembali membawa luka.
“Nak Damar, itu Viana pulang. Harusnya tadi kamu susul aja dia ke rumah depan biar nggak kelamaan nunggu. Kenal sama Hendery juga kan?” Bunda seolah menyindir saya yang terlalu lama main di rumah Hendery dan membiarkan Damar menunggu dengan sengaja. Padahal perihal kedatangannya saja tidak saya ketahui. Tapi terserah apa kata bunda saja. Percuma juga jika ingin beradu debat, saya yang akan kalah.
Saya memang sengaja mengabaikan pesan bahkan panggilan masuk darinya selama beberapa hari belakangan. Hendery yang suruh. Salahkan dia juga. Tapi dari lubuk hati, saya sangat menghindari Damar di setiap kesempatan yang ada. Imbasnya hari ini dia mendatangi rumah saya. Mari kita cari tahu ada maksud apa atas kedatangannya yang tidak terduga.“Kenal tante, dia setiap hari bareng Viana terus. Sampai saya kira mereka pacaran.“ Sengaja sekali anak itu menekankan kata pacaran didepan bunda.
“Enggak. Gak ada pacar-pacaran antara Viana sama Dery. Mereka mirip Tom sama Jerry loh. Berantem hari-hari kerjaannya. Bikin pusing. Kalau nak Damar yang jadi pacarnya Viana baru tante setuju.”
“Terimakasih bunda, kalau nggak ingat perkara dosa dan durhaka ingin sekali saya maki-maki" ucap saya dalam hati.“Udah bun, Damarnya jadi gak nyaman tuh. Lagian kalau mau gosipin orang liat situasi dikit dong. Ini Viana udah menjulang gini masih mau dijadiin bahan ghibah?”
Bunda terkikik sendiri, sedangkan Damar tersenyum manis. Manis sekali. Mungkin jika saya belum pernah terluka hatinya saya akan benar-benar memuja senyum milik seorang Damar Priyandika Hutomo. Sekedar informasi bahwa Bapaknya bernama Hutomo.
“Hai Vi" sapanya setelah bunda undur diri masuk kedalam.“Tahu alamatku darimana Dam?” tidak boleh berlama-lama, langsung tanyakan pada point utamanya agar dia segera pulang. Niat awal saya seperti itu. Namun tiba-tiba hujan berubah intensitasnya, dari yang semula gerimis menjadi hujan lebat. Cukup untuk membuat anak pak Hutomo kebasahan jika memaksanya pulang, terlebih Damar datang bersama motornya yang terparkir apik di garasi samping teras. Barangkali semenjak tiba bunda sudah memintanya memasukkan motor tersebut kedalam.
Kami pun pindah untuk ngobrol diruang santai, saya membiarkannya memilih siaran Netflix yang ia inginkan. Karena jujur saja, saya sudah tidak ingin terlibat obrolan dengan Damar lagi, meskipun mengobrol demi memutuskan siaran apa yang akan kami tonton. Maka selebihnya, saya berikan kebebasan memilih padanya seorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Friend || Hendery (Completed)
FanfictionBudayakan vote sebelum membaca. Serius lhoh ya, ini ancaman 🤣 Cerita ini akan membuat kamu merasa seperti menaiki Rollercoaster, nanjak, turunan tajam, putaran maut, lalu mengakibatkan jantung berdebar. Plis, buat yang baca jangan minta pertanggung...