Seorang Dokter keluar dari ruang rawat VVIP tersebut diikuti oleh Tay yang menutup pintu dengan pelan, sedetik kemudian tubuhnya terduduk lemas dengan kepala yang menunduk, disusul dengan suara isak tangis yang pelan, namun masih mampu mengisi sepinya koridor Rumah Sakit ini.
Penampilan Pria itu sangat berantakan, ia hanya menggunakan kaos oblong berwarna hitam dengan celana boxer merah pendek; benar-benar tidak terlihat seperti Tay Tawan yang selalu menggunakan pakaian rapi yang membalut tubuh atletisnya.
Maklumi saja, tadinya ia sudah berencana untuk tinggal di Rumah demi menemani New dengan pelukannya yang hangat, namun semuanya berantakan ketika sang anak Sulung berteriak histeris memanggil namanya.
Dengan wajah yang masih membengkak dan rambut acak-acakkan khas bangun tidur, Tay segera melompat turun dari tempat tidur, lalu berlari menuju dapur, di mana ia mendapati sang Suami dalam keadaan sudah tak sadarkan diri dalam dekapan Frank, ditemani bercak darah yang masih mengalir segar dari kaki New. Tanpa menunggu apapun, ia segera membawa Pria yang dicintainya menuju ke tempat mereka berada sekarang.
"A–Ayah?" ini adalah yang pertama kalinya Pluem bersuara, sedari tadi ia hanya berdiam diri sembari berusaha menenangkan sang Adik yang menangis di sebelahnya, ia jadi ingin ikut melakukannya setelah melihat keadaan Tay saat ini.
Tay mendongak, memandangi wajah pucat kedua putranya yang ketakutan, menyadarkan ia bahwa dirinya tak sendiri. Dengan senyum yang lembut ia memanggil Pluem juga Frank, lalu memeluk mereka erat.
"Bunda is okay" ujarnya sembari menyeka air mata Frank, lalu terdengar isakan Pluem yang akhirnya pecah juga
"A–adik bayi?"
Sang kepala Keluarga itu terkekeh mendengar pertanyaan Putra tengahnya; ia lega pada akhirnya mereka bisa menerima si jabang bayi. "Adik juga okay. Masuk yuk lihat Bunda?".
Mereka mengangguk lalu berlari berhamburan ke arah New yang sedang berbaring di atas ranjang sembari memandang ke luar jendela, namun senyumnya mengembang mendengar suara anak-anaknya.
"Bundaaaa"
New menerima pelukan Frank dan Pluem dengan tangan terbuka, ia mengelus lembut rambut sehitam arang kedua anak itu. "Maaf ya udah buat kalian khawatir"
"Nggak. Bunda sakit kan karena kita" Frank bersuara dengan vokalnya yang serak
"Maafin kita ya, Bun?. Kita egois, nggak bisa ngertiin perasaan Bunda selama ini. Kakak sama Adek udah nerima Adik bayi, kok. Tuh, lihat aja si Adek nangis ampe ingusnya meleber ke mana-mana"
"Biarin ih orang lagi sedih juga, hiks. Bunda tenang aja, pokoknya singgasana Adek sebagai anak bontot di Keluarga ini akan Adek serahin ke Adik bayi, asal Bunda jangan sakit lagi yaaaaaa, apalagi sampai berdarah kayak tadi, haduduh nggak kuat Adek liatnya, mleyot Bun Adek dibuatnya" Tay dan New terkekeh akan ucapan Frank.
Fakta bahwa sang jabang bayi pada akhirnya selamat walaupun New telah mengalami pendarahan, mungkin memang sebuah takdir yang telah digariskan Tuhan bahwa anak itu adalah rejeki mereka, dan mereka bersyukur akan itu.
"Thank you. I love you both so muchhh" ujar New sembari mengeratkan pelukannya. "Bunda sayang sama kalian, banget.banget.banget dan nggak bakal pernah berkurang rasa itu"
"We love you too, Bun" Pluem mengecup pipi halus New dengan Frank yang tersenyum ke arahnya
"Waktunya berpelukaaaannnn~" seru Tay semangat, ia bahagia melihat Keluarganya yang seperti ini; seperti seharusnya
"Ayah berat banget ih kayak dugong! Aduh, jangan nindihin Adekkkk!!!!"
"Tangannya nggak usah ke mana-mana, Yahhhhh"
![](https://img.wattpad.com/cover/268018733-288-k754914.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Vihokratana
Short StoryNew yang pengen nambah anak, Tay yang iya-iya aja, Pluem yang udah pasrah, Frank yang menolak keras dan Nanon yang telah bersiap menempati 'rumahnya'. Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya?. Yuk, intip kisah kasih Keluarga Vihokratana dalam menyam...