Part 2: Bunda

3.1K 278 8
                                    

Malam itu makan malam terasa begitu berbeda, hanya tiga kursi yang terisi dengan beberapa lauk pauk yang dibeli melalui pesanan online. Maklum saja karena biasanya, walaupun mereka mempunyai kegiatan masing-masing di waktu yang cerah, namun setiap anggota Keluarga Vihokratana itu selalu berusaha untuk tidak melewatkan jamuan makan malam yang selalu dibuat khusus oleh New.

Ngomong-ngomong tentang New, sejak kejadian Sore tadi, ia masih mengurung di kamar; entah benar-benar tertidur ataukah hanya berpura-pura, yang pasti Tay tahu jika Suaminya itu tak ingin diganggu dulu, ia mungkin masih sedikit terkejut dengan penolakan yang diberikan anak-anak mereka.

Mengetuk pelan pintu kamar kedua Putranya, Tay mengajak mereka dengan senyuman untuk makan bersama walaupun canggung masih bisa terasa; pikirnya ini akan menjadi waktu yang pas untuk melanjutkan obrolan mereka tadi. Toh, ia telah memberikan ruang selama beberapa saat bagi Pluem juga Frank untuk berpikir.

"Bunda nggak makan?" tanya Pluem pelan, namun tersirat kekhawatiran yang besar dari suaranya

"Bunda lagi tidur" Tay menjawab singkat, ia bisa merasakan Frank yang mengamati obrolan mereka dalam diam. "Maaf ya, Ayah sama Bunda nggak ngomong dulu ke kalian kalau pengen nambah anak lagi"

"Pengen? Berarti bukan karena 'kecelakaan'?"

Pria tampan yang akan segera menjadi Ayah dari tiga anak itu, tersenyum ke arah anak yang mempunyai wajah paling mirip dengannya; Frank. "Kok Adek bisa tau istilah itu?"

"Denger dari cerita Phuwin aja. Katanya dia anak yang nggak diminta-minta, alias ada karena 'kecelakaan'. Tiba-tiba langsung aja ada di perut Mama nya"

"Ha ha ha, yaaaaaa, nggak tiba-tiba juga sih, dek. Kan melewati 'proses pembuatan' juga"

"Iya tauuuu, tapi kalau dipakein kondom atau lagi KB kan adeknya nggak bakal jadi" ujar Frank santai dengan mengunyah cumi bakar dari piringnya, ia lalu mendengus ketika ditatap aneh oleh Kakak juga Ayahnya. "Nggak usah kaget, deh! Orang udah diajarin di Sekolah juga"

Pluem terkekeh kemudian mengalihkan pandangannya pada Tay. "Jadi beneran karena direncanain, Yah?"

"Ngobrolnya sambil makan es krim aja, yuk? Biar nggak tegang-tegang amat, gitu!. Rapat anggota DPR juga kalah ini mah"

"Emang boleh?" Frank berseru semangat mengingat New tak memperbolehkan mereka untuk makan es krim di malam hari

"Asal jangan banyak-banyak dan jangan bilang Bunda aja, sih" dan langsung disetujui anggukan oleh keduanya. "Ya udah, ambil sana es krimnya"

"Siapa?"

"Ya kamu lah!!" kata Pluem, lalu melangkah mengikuti Tay ke ruang keluarga

"Lah? Kok aku?"

"Kan kamu Adek! Yang paling muda, masa Kakak atau Ayah yang ambilin? Nggak sopan!"

"Alah alibi doang bilang nggak sopan! Padahal emang akunya aja yang suka dibabuin!!" omel remaja berusia lima belas tahun itu, namun tetap melaksanakan perintah sang Kakak.

Setelah meletakkan es krim rasa coklat dan vanilla berukuran sedang di atas meja, Frank lalu duduk di atas karpet, sedangkan Pluem beserta Tay duduk di kursi panjang yang ada di sana.

"Ayah buruan jelasin! Malah asyik makan!!!"

Tay tertawa akan protes yang dilayakan si anak tengah, sembari menyandarkan tubuhnya ia pun mulai membuka mulut. "Jadi awalnya yang ngusulin pengen nambah anak tuh Bunda"

"Hah? Masa sih?!" Pluem berseru kaget, tadinya ia pikir sang Ayah yang selalu kelebihan hormon ini lah yang memaksa New agar menambah anak

"Kenapa? Bunda udah capek yah ngurusin kita?"

The VihokratanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang