Part 11: When We Were Young

2.1K 254 27
                                    

Frank mengucek matanya dengan pelan, ia baru saja bangun dari tidur Siangnya yang kebablasan setelah pulang Sekolah tadi. Mendapati Ruang Keluarga yang kosong melompong, pemuda itu memutar arah ke dapur.

"Mbak Ana, orang-orang pada ke mana?"

"Bapak, Mas Thi sama Abang lagi di clothes storage, Kak"

"Hah? Ngapain?"

"Katanya mau nyari baju-baju bayi Abang sama Kakak dulu"

"Ohhh. Mbak Ana maaf, boleh minta tolong ambilin anggur, nggak? Makasih".

Dengan menenteng semangkuk penuh anggur moondrop di tangan, Frank melangkah menyusul Keluarganya. Dari pintu yang terbuka lebar, ia bisa melihat ketiganya yang tengah duduk di atas lantai, ditemani dengan beberapa baju dan barang-barang lainnya yang berserakan di ruangan tersebut.

"Pada ngapain, sih?"

"Wihhh, makan apaan tuh? Anggur, ya? Minta dong, Kak?"

"Bagi, Bang" ujar Tay menimpali, pandangannya masih sibuk memilah pakaian-pakian bayi yang masih dalam kondisi bagus itu

"Iya, bagi. Boleh nggak?"

"Boleh" Frank duduk di sebelah Pluem, lalu menyerahkan mangkuk yang dibawanya sejak tadi

"Baru bangun, Kak? Udah makan malem belum?" si tengah menggeleng kecil, melihatnya membuat New membuang nafas panjang "Makan atuh Kak, ntar maag nya kambuh, loh"

Anak lelaki yang sebentar lagi masuk SMA itu menyengir, menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi. "Mau disuapin Ayah aja".

Tay yang tadi sibuk memasukkan pakaian ke dalam box container menoleh memandang Frank dengan tatapan horror; tidak menyangka permintaan itu keluar dari mulut Putranya yang satu ini, sementara New dan Pluem hanya tertawa kecil; rupanya anak kedua dari Keluarga Viho-Paikhun itu sedang merindukan perilaku kasih sang Ayah.

"Ya udah tunggu sini, ya? Ayah ambilin makan malamnya!".

Pria yang sebentar lagi beranakkan tiga itu berlari-lari kecil keluar Ruangan dengan wajah sumringah yang menambah ketampanannya. Seorang Tay Tawan memang paling senang ketika anak-anak atau Suaminya sedang dalam fase ingin bermanja-manjaan padanya, karena setiap detik waktu yang ia lalui bersama mereka adalah moment terpenting yang akan selalu ia simpan dalam memorinya.

Apalagi semenjak Pluem dan Frank beranjak dewasa, mereka sering kali merasa gengsi untuk melakukan hal tersebut lagi, membuatnya selalu merasa rindu ketika kedua anak itu masih kecil.

"Kok tumben minta disuapin Ayah?"

Frank mengangkat bahu atas pertanyaan New yang berbisik jahil di sebelahnya. "Lagi pengen aja, habis tadi Kakak mimpi jelek sih"

"Makanya jangan tidur maghrib-maghrib!" celetuk Pluem dan dibalas juluran lidah oleh Adiknya

"Mimpi apa emang, Kak?"

"Tapi Bunda jangan ketawa, ya? Aku mimpi kalau Adek bayi lahir nanti Ayah jadi sibuk banget ngurusin Adek, terus pas Kakak minta suap Ayah nggak mau, malah lebih milih untuk suapin Adek, makanya sebelum Adek lahir lebih baik Kakak minta disuapin sekarang aja, deh".

Pria yang tengah hamil tua itu menggeleng, ia ingin tertawa namun ditahan karena takut Frank akan malu dan nantinya berakhir tak mau lagi terbuka padanya. Dengan lembut ia mengelus rambut hitam kepanjangan anaknya, lalu memberikan kecupan sayang di dahi.

"Itu cuma bunga tidur aja, walaupun nanti Adek lahir, Bunda yakin kalau Ayah pasti akan dengan senang hati nyuapin kamu, ngabisin waktu sama kamu. Lahirnya Adek nggak bakal mengurangi kasih sayang atau perhatian kami pada kalian, karena Ayah sama Bunda sayang banget banget banget dengan kalian semua"

The VihokratanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang