Part 8: Perfect

2.3K 261 28
                                    

DUG

"Ih nendang lagi!"

"Mana-mana???" Frank berseru heboh sembari duduk di sebelah Pluem, lalu ikut meletakkan tangannya di atas perut besar New. "Manaa??? Kok nggak nendang??"

"Tadi nendang, kok!. Iya kan Bun?"

"He'um" jawabnya sembari mengangguk singkat

Wajah tampan anak ke dua itu lalu tertekuk sebal. "Males ah sama Adek! Pilih kasih! Dideketin Abang aja dia bereaksi, ama Kakak kok nggak?!!!!"

"Ha ha ha. Mungkin kamu dipikir Ayah kali, mukamu kan mirip Ayah!"

"Apa hubungannya coba?!!" Frank memutar mata sebal, membalas ledekan Pluem tadi, ia menggenggam tangan New yang sedang sibuk mengunyah apel di piring. "Bundaaa, suruh Adeknya nendang dongggg".

New terkekeh mendengar rengekan si tengah, sebelum mengiyakan, Pluem sudah lebih dulu membawa tangan adiknya itu untuk menyentuh permukaan perutnya yang sudah membulat sempurna.

"Sini Abang ajarin. Kamu ngelusnya yang lembut, terus ajak ngomong pelan-pelan, bilang 'Halo Adek, ini Kakak' gituuuu".

Walaupun ekspresinya seperti tak yakin, namun Frank menurut dengan wajahnya yang didekatkan di sebelah perut sang Bunda. Ia berucap sama persis seperti apa yang dikatakan Kakak nya tadi, dan tak lama kemudian tendangan kecil dari dalam sana menghasilkan senyum bahagia bagi mereka bertiga.

"Agh! Udah-udah, Adeknya jangan diajak main lagi, nendangnya makin keras ini" keluh New dengan kening yang berkerut menahan sakit

"He he he, maaf Bun. Adek jangan nendang keras-keras, dong. Bunda jadi kesakitan, tuh"

"Adek kayaknya bakal nurut banget nih sama Abang, langsung gerak pelan-pelan Adeknya"

"Iya dong! Abang gitu loh!".

Pluem membalas bangga ucapan New tadi sementara Frank menimpali dengan geraman tak suka, hingga menimbulkan tawa bagi ke dua anggota Keluarganya tersebut.

Di bawah sinar matahari yang mulai menghangat, mereka kini menghabiskan waktu Sore hari dengan saling bertukar cerita. New selalu menjadi pendengar yang baik bagi anak-anak dan Suaminya; ia adalah tempat ternyaman yang bisa mereka percayai untuk membagi kisah dan memori yang telah mereka lalui.

Rasanya penat seperti dibawa angin, hilang begitu saja dan berganti dengan perasaan yang lebih tenang; kurang lebih seperti itu lah Tay, Pluem dan Frank menggambarkan suasana hati mereka setiap kali selesai berbincang dengan New. Dan Pria yang tengah hamil lima bulan itu tak pernah merasa keberatan, ia menikmati setiap waktu yang ia lalui bersama Keluarga Kecilnya.

"Mas Thi maaf ganggu, ini lotion pesanan Mas Thi" Mbak Ana menyerahkan bungkusan kecil pada New. "Saya juga sekalian mau nanya, dessert malam ini mau dibuatin apa?"

Sebelum pertanyaan itu dijawab oleh New yang masih berpikir. Pluem menyahut. "Aku mau pudding coklat dong Mbak"

"Aku juga Mbak" seru Frank semangat. "Yang dingin ya, Mbak"

"Macaroon aja deh Mbak. Masih ada kan?"

"Nggak! Nggak boleh! Apaan makan macaroon! Inget! Bunda nggak boleh kebanyakan makan yang manis-manis! Ayah udah sering ingetin, kan?. Breakfast tadi juga udah makan brownies loh".

New dan Mbak Ana tertawa kecil mendengar penolakan Pluem, sementara Frank hanya mengangguk mengiyakan. Jika sudah seperti ini, anak Sulung Keluarga Vihokratana itu terlihat sangat persis dengan sang Ayah.

The VihokratanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang