New memandang ke luar jendela dengan jari-jarinya yang ia mainkan kasar. Rasa gugup seolah menggerogoti hatinya hingga bernafas pun membuat ia hampir kesulitan, namun tak bisa dipungkiri jika ada secerca perasaan bahagia yang membuat jantungnya juga berdebar kencang.
Terhitung sudah hampir lima bulan yang lalu ketika mulutnya pertama kali berucap bahwa ia menginginkan anak, lagi. Dan Tay tak masalah, pikirnya itu adalah usulan yang bagus, dia hanya merasa sedikit khawatir dengan kesehatan sang Suami, mengingat usia New tak lagi muda untuk mengandung.
Setelah ke duanya sepakat, mereka lalu melakukan konsultasi dengan Dokter James, beliau juga telah menangani New sejak kehamilan pertama. Sang Dokter berkata.
"Tidak apa-apa jika kalian memang ingin mencoba, namun jangan kecewa jika tak berhasil, karena di usia lebih dari tiga puluh lima tahun, kualitas dan kuantitas sel telur akan menurun, maka akan membuat lebih sulit hamil. Jikalau pun berhasil, akan ada kemungkinan terjadi diabetes gestational juga risiko keguguran yang lebih tinggi, pun dengan bayi yang kemungkinan akan lahir prematur atau lahir dengan berat badan rendah".
Mendengarnya membuat Tay sempat ingin merubah keputusan, namun melihat New yang memandanginya dengan penuh harap dan Dokter James yang berjanji akan selalu mengawasi kehamilan nanti, ia lalu mengangguk menyetujui walaupun rasa waswas memenuhi dadanya.
Hingga sore kemarin hari, dengan tangan dan suara yang bergetar New menelfon sang Suami. "Mas—
— positif" lalu senyumnya melebar mendengar suara teriakan penuh bahagia dari seberang sana.
Dan untuk memastikan bahwa benda kecil bergaris dua itu tak salah, mereka lalu bergegas pergi menemui Dokter James untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. "Selamat, New hamil, janinnya sudah berumur dua minggu dan sangat sehat sejauh ini".
Lalu di sini lah mereka sekarang, masih berada di dalam mobil yang terparkir tepat di depan rumah megah mereka, setelah Siang tadi keduanya pergi ke salah satu Pusat perbelanjaan untuk membeli sesuatu. Melemparkan senyum yang tak dapat menutupi rasa gugupnya, New balas menggenggam tangan Tay yang terasa hangat di dalam genggamannya.
"Hey, everything will be alright. Our boys will be happy with this news" ujar Tay penuh keyakinan sambil mengecup lembut bibir tebal New
"Yeah, i hope so".
Tay tersenyum, sebelum menyusul New turun dari mobil, ia lebih dulu mengambil sebuah paper bag yang tadi diletakkan di kursi belakang. Dengan langkah kaki yang gembira, ia melangkah memasuki rumah dan mendapati ke dua anak laki-lakinya sedang duduk bersama di meja pantry yang berada di dapur.
"Kami pulaaanggg"
Mendengar suara New dari arah belakang, Frank segera meletakkan ponselnya dan menghampiri Pria berkulit putih itu. "Bundaaaa. Bunda kok pergi nggak ngajak-ngajak?. Eh? Apaan tuh, Yah?"
New mengacak gemas rambut hitam tebal Frank, anaknya yang satu ini walaupun punya sifat yang galak terhadap orang lain, namun bawaannya akan selalu berubah jadi manja jika berhadapan dengan seseorang yang telah melahirkannya. Ah. Ia jadi tak mau membayangkan bagaimana reaksi anak keduanya ini jika tahu ada anggota baru yang akan segera lahir dalam waktu delapan bulan ke depan.
"Dari mana, Bun?" pertanyaan singkat dari vokal yang terdengar lembut itu mengalihkan perhatian New, ia melemparkan senyum pada anak sulungnya.
Jika diibaratkan mungkin akan seperti ini; Frank adalah api dan Pluem adalah air. Sifat anak pertama mereka itu tak banyak bicara namun ramah pada orang lain. Tetapi walaupun mempunyai kepribadian yang bertolak belakang, ke duanya tumbuh menjadi saudara yang akur dan hampir sama sekali tidak pernah bertengkar.
![](https://img.wattpad.com/cover/268018733-288-k754914.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Vihokratana
ContoNew yang pengen nambah anak, Tay yang iya-iya aja, Pluem yang udah pasrah, Frank yang menolak keras dan Nanon yang telah bersiap menempati 'rumahnya'. Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya?. Yuk, intip kisah kasih Keluarga Vihokratana dalam menyam...