Part 6: Abang, Kakak, Adek

2.7K 273 24
                                    

Tay mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja, ia berpikir sebentar lalu berseru. "Akang Pluem!"

"Nggak!"

"Akang Frank?"

"NO!!!".

Suara penolakan si tengah menghasilkan tawa renyah dari New yang hanya memandangi anak-anak dan Suaminya yang tengah berdiskusi mengenai pergantian 'nama panggilan' di ruang Keluarga mereka, sembari menikmati lezatnya popcorn asin yang tadi dibuatkan oleh Tay.

"Kalau Aa Frank?"

"Hmmm kedengerannya sih ok, but no thank you"

"Aa Pluem?" dan dibalas gelengen kecil oleh yang mempunyai nama. "Ya udah! Teteh aja lah kalau gitu!!!"

"Nggak!"

Tay mendengus ketika dilempari bantal sofa oleh New, ia lalu menarik rambutnya frustasi. "Abis Mas bingung bocil-bocil ini mau dipanggil apa lagi!. Semuanya ditolak sama mereka"

"Lagian kenapa harus ganti, sih?. Udah lah manggilnya sama-sama Kakak aja biar nggak ribet"

Alis Frank berkerut menyatu, pertanda ia tak setuju dengan usulan Pluem. "Jangan deh, ntar bingung sendiri lagi. Yang dipanggil siapa yang nyahut siapa"

"Gimana kalau Adek diganti Kakak, terus Kakak diganti Mas?"

"NGGAK...NGGAK!!! Enak aja dipanggil Mas!! Pokoknya nggak, ya! NGGAK.BOLEH.TITIK!!." Tay berteriak heboh akan saran yang diberikan sang Suami, tubuhnya bahkan sampai berdiri dengan melipat tangan di depan dada, tak memperdulikan pandangan kesal ke dua Putranya

"Apaan sih Ayah! Dipanggil Mas bagus tahu! Udah cocok banget tuh sama kalemnya Kak Pluem. Si Chimontok juga pasti seneng, jadi cita-cita dia buat nyahut 'Dalem, Mas' tiap dipanggil Kakak bisa terealisasi ha ha ha. Iya kan, Kak?".

Pluem yang digoda hanya mengangguk dengan wajahnya yang berubah memerah malu, tetapi Tay tak terlihat senang dengan omongan Frank. Tubuhnya ia dudukkan di bawah New yang berada di atas sofa, ia memeluk pinggang itu tak terlalu erat, takut menyakiti calon anak mereka yang tengah tumbuh sehat di dalam perut.

"Jangan panggil Kakak atau Adek dengan Mas ya, dek? Mas nggak mau!. Pokoknya satu-satunya orang yang boleh kamu panggil Mas itu cuma Mas!! Bukan orang lain!. Aku nggak setuju pokoknya!!!" Tay mulai merajuk seperti anak kecil, ia cukup terbiasa melakukan hal ini hingga tak membuat ke dua Putranya terkejut

"Ya ampun, Maaassss!!! Masa sama anak sendiri cemburu, sih?"

"Biarin!"

"Wahhhh parah Ayah lu Kak, ganti Ayah ajalah ayok kita"

"Iya sana kamu ganti Ayah!! Biar Ayah juga ganti kamu sama anak anjing!!!"

"Ih omongannya jelek!!!" Frank mencubit lengan Tay tak terima, lalu ikut memeluk New dari samping kanan. "Bundaaaaa, Ayah nya nih nakal".

Si Sulung tertawa melihat kelakuan Ayah dan Adiknya yang kini mulai saling dorong-mendorong kecil agar bisa lebih leluasa memeluk sang Bunda; ke dua anggota Keluarganya itu bukan hanya berwajah mirip, namun sifatnya juga hampir identik sama.

Tak mau membuat Bunda nya kerepotan, Pluem biasanya akan bermanja-manjaan jika dilihatnya New tengah senggang atau biasanya Pria berkulit putih itu lah yang 'menggapainya' lebih dulu, seperti sekarang.

"Berisik! Bunda mau sama Kakak aja" New berdiri hingga pelukan Tay dan Frank terlepas, ia lalu menghampiri Pluem yang duduk di atas karpet tebal sembari memeluk lengannya manja

The VihokratanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang