Bab 7 | Trauma Anin

5 1 0
                                    

"Aku mengetahui semua hal yang selama ini kamu sembunyikan, sekalipun aku tidak menanyakannya."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
|°Angga mahendra°|

Happy reading!!
.
.
.

Menjadi orang super sibuk dengan segudang pekerjaan bukanlah angan semua orang, termasuk anin. Apalagi jika kita yang sejak awal terbiasa akan family time mendadak menghilang tanpa kita sadari. Satu persatu anggota keluarga mulai sibuk dengan segala macam hal di luar rumah. Membuat jarak yang memang sejak awal sudah hadir, justru semakin memberi jarak yang jauh, terlampau jauh sampai kita terbiasa tanpa mereka.

Anin merasa beryukur karena masa kecil-nya cukup bahagia dengan segala hal hal sederhana yang ia lakukan. Semua berjalan normal selayak keluarga harmonis yang begitu bahagia, hingga satu saat dimana ia mulai terbiasa mandiri dan tanpa keluarganya.

Hari yang begitu membekas di ingatan anin, yang merubah segala hal dalam dirinya hingga ia bisa berdiri hari ini.

Divorce.

Ya, anin di masa kecil memang memiliki keluarga bahagia nan harnomis, tapi semua itu menghilang sejak bertahun tahun lalu.

Anin memang terlahir dari keluarga yang utuh tapi pada kenyataannya, ia besar dan beranjak dewasa diantara perceraian kedua orangtua-nya.

Awalnya, anin memang menyalahkan kedua orangtuanya, begitu banyak pertanyaan yang timbul di kepalanya yang sampai hari ini masih ia simpan dengan begitu apik. Tapi seiring berjalannya waktu ia berusaha untuk menerima keadaan yang menimpanya.

Lagipula, terus terusan terpuruk dengan masa lalu bukanlah hal yang baik.

Meskipun pada kenyataannya, sampai hari ini ia tidak bisa melepas semua ingatan itu. Tanpa orang lain tau, ia masih terbayang bayang perceraian kedua orangtuanya, sampai hari ini. Dan itu, menjadi salah satu alasan anin masih enggan untuk melangkah lebih jauh ke jenjang pernikahan yang begitu di dambakan semua orang.

Karena sampai detik ini, anin masih belum bisa melepaskan bayang-bayang itu semua, sekalipun kini kedua orangtuanya terlihat baik baik saja dan menikmati pilihannya masing-masing.

Anin menatap angga yang baru saja duduk di sampingnya, meletakkan segelas hot chocolate juga camilan ringan kesukkaan anin soes isi coklat. Malam ini anin menghabiskan waktunya bersama angga selepas berbuka puasa tadi.

"Kamu nginep aja ya, kepala aku pusing jadi gak bisa anter kamu"

"Loh tadi gapapa? Istirahat gih, nanti aku pulang sendiri aja" jawab ku sedikit cemas.

Anin sebenarnya khawatir untuk meninggalkan angga. Kekasihnya ini jarang sekali sakit tidak seperti dirinya, tetapi jika laki laki ini sakit maka akan sangat runyam bagi anin.

"yaudah aku antar, ayo" angga berdiri dari duduknya, mengambil kunci mobil lalu bersiap siap.

"Gausa bang, aku pesen taksi aja nanti"

"Sudah malam, Hanindya Amelia"

Anin tersenyum, berusaha meyakinkan angga yang masih kekeuh ingin mengantar dirinya.

"Ba..."

"Aku antar atau tidak sama sekali"

Anin memaki dalam hati. Ia tau sekali jika angga sudah menatapnya tajam seperti itu, laki laki itu tidak ingin di bantah.

Untuk pertama kalinya anin menyesali dirinya sendiri yang tidak begitu pandai mengendarai mobil. Apalagi setelah kejadian waktu itu.

Dan mau tak mau, ia memilih untuk menginap disini daripada nanti angga tidak sampai di rumah dengan selamat.

LdrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang