Bab 2 | Seberapa Yakin

54 11 2
                                    

"Lama nya suatu hubungan, bukan ukuran mutlak bisa berakhir di kursi pelaminan"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
|°Nvmbrhlb°|

Happy reading!!
.
.
.

Anin melepas sunglasses yang sejak tadi ia kenakan.

Hari ini ia bersama anggota timnya, -putri, rendra, reno juga dio tengah melakukan proses syutting di daerah sumatra. Kelok Sembilan, lebih tepatnya.

Sebenarnya, anin merasa cukup senang, karena bisa bergabung bersama tim ini. Sejak beberapa minggu terakhir, anin memang cukup di sibukkan dengan kegiatannya hilir mudik keluar kota demi syutting. Anin mendapatkan tawaran untuk menjadi jurnalis di salah satu program acara dokumenter yang tujuan utamanya, adalah mengexplore dan juga memperkenalkan alam indonesia melalui sebuah acara yang dikemas secara apik, agar di harapkan bisa menarik minat para penonton, yang di sajikan dalam durasi kurang lebih 45menit, setiap minggunya.

Dan ini adalah lokasi terakhir mereka untuk mengambil view sebagai pembukaan program acara dokumenter tersebut.

Hari sudah semakin sore, dan mereka memilih untuk menikmati beberapa jam terakhir di sini, sebelum malam nanti mereka harus kembali ke jakarta. Anin bahkan sudah sangat merindukan angga, bahkan pria itu memaksa agar menjemput anin malam nanti.

Bang Angga💕: kabarin aku kalo kamu mau flight nanti

Bang Angga💕: Take care sayang💓

Aku tersenyum membaca dua pesan yang di kirim secara bersamaan oleh angga. Dan itu semua tidak luput dari perhatian rekan kerja anin yang tengah berdiri bersisian di dekatnya.

"Mba, kalo seandainya doi ngajak serius lu mau gak?"

Aku menatap putri yang ikut duduk di hadapanku, "ya bagus dong, tandanya dia serius sama kamu" ungkap anin bahagia.

"Kamu di lamar, put?" Lanjut anin yang langsung di angguki putri.

"Iya"

"Alhamdulillah. Selamat yaa" anin memeluk putri.

Selama ini anin mengenal sosok putri dengan begitu baik. Perempuan yang berusia terpaut dua tahun di bawah anin, usianya. Dan selama bekerja di tv lima, keduanya cukup dekat dan beberapa kali pernah berada di satu tim produksi yang sama.

"Tapi aku bingung, mba"

Anin merenggakan pelukannya, lalu menatap putri, seolah isyarat matanya mengatakan kenapa?

Bukannya langsung menjawab, putri justru menatap sepatunya, dan anin masih setia menunggu jawaban putri. Ia tau putri ragu, dan itu terlihat jelas di matanya.

"Aku masih gak percaya aja, kalo aku diajak menikah secepatnya ini" jawaban polos putri mampu membuat anin menggelengkan kepala. Ya ampun putri.

Anin memegang kedua telapak tangan putri, lalu meminta putri menatap matanya. Ia tersenyum di hadapan putri, yang masih terlihat begitu ragu untuk mengambil keputusan.

LdrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang