Bab 6 | Yogyakarta

7 3 0
                                    

"Terkadang seseorang itu harus pergi terlebih dahulu agar kita menyadari seberapa penting posisi-nya dalam hidup kita."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
|°Haninda Amelia°|

Happy reading!!
.
.
.
Jarum jam menunjukkan hampir pukul 11 malam saat Anin tiba di salah satu rumah sakit besar di Jogja. Melangkah masuk dengan tergesa gesa mencari keberadaan seseorang.

"Hanindya"

Anin menghentikan langkahnya di salah satu lorong rumah sakit, ia membalikkan badan menatap seseorang yang tadi memanggilnya.

"Irza, mana mas angga, aku mau liat keadaan dia"

Laki laki bernama Irza itu menatap Anin sama putus asa-nya. Ia mengantar perempuan yang berstatus sebagai pasangan sahabatnya itu menuju tempat yang di maksud.

Anin mengikuti pria bernama irza dalam diam, bahkan matanya sudah bengkak karena sepanjang perjalanan ia menangisi angga. Beruntunglah ia mendapatkan penerbangan ke Jogja malam ini.

Keduanya berhenti tepat di depan sebuah ruang rawat inap, tempat Angga di rawat. Irza memperailahkan Anin untuk masuk dan ia mengikutinya. Anin berlari mendekati brankar rs tempat angga terbaring dengan lemah.

Sebuah perban di kepala juga luka di pipi kanan pria itu, membuat air mata Anin kembali turun tanpa diminta. Hatinya hancur melihat kondisi Angga yang sebelumnya baik baik saja, tetapi malam ini malah terbaring lemah di rumah sakit. Sungguh ia tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi, sebelumnya.

"Bang Angga, bangun bang.. aku udah di sini bang" Anin terisak sambil mencium telapak tangan Angga yang terbebas dari selang infus.

"Bang, maafin Anin"

Sakit sekali.

Tangisan Anin terlalu pilu untuk di dengarkan, bahkan bagi Irza sekalipun. Dari sikap Anin yang irza lihat, pria itu bisa menilai bahwa perempuan di hadapannya ini begitu mencintai sahabatnya. 'Angga memang tidak salah pilih' batin Irza.

"Kamu mending pulang aja dulu Han, kebetulan di dekat sini ada hotel tempat kami menginap semalam" Ucap Irza, ia yakin sekali jika Angga sadar sekalipun pasti akan melakukan hal yang sama.

"Engga, aku mau nemenin Angga di sini" Jawab Anin pelan, membuat Irza sesikit kesal.

"Hanindya please, gue gak mau habis Angga siuman nanti malah lo yang harus di rawat dan gue yang di marahin sama Angga, understand" tekan Irza pada kata terakhirnya.

Rasa nyeri di kepala irza saja belom hilang, masa besok pagi harus denger omelan Angga lagi. Tolonglah.

Namun bukan Anin jika ia menyetujui kemauan Irza, yang mampu membuat sahabat kekasihnya itu menyerah untuk menyuruh dirinya angkat kaki dari sini. Meskipun kesal setengah mati Irza harus memendamnya, percuma ngomong sama perempuan kepala batu kayak Anin, gak akan berguna dan gak akan berpengaruh.

"yauda terserah, tapi gue udah nyuruh lo nginep di hotel. Gue pamit dulu mau jenguk Dion di ruangan lain" Ucap Irza akhirnya.

Dan laki laki itu benar benar pergi meninggalkan ruangan Angga menuju ruangan Dion. Kata nya saat kecelakaan itu terjadi memang Angga yang tengah menyetir, Dion yang duduk di kursi depan dan Irza di kursi belakang. Maka dari itu Irza hanya mendapatkan luka di dahi yang harus di perban, sedangkan Angga dan Dion harus mendapatkan perawatan yang intensif.

Anin merasa bersyukur, setidaknya ia masih bisa melihat Angga sekalipun harus berada di rumah sakit seperti sekarang. Ia bahkan nekat terbang dari Jakarta-Yogyakarta hanya demi Angga. Ia merasa ini tidak sebanding dengan apa yang Angga lakukan selama ini padanya. Ia masih ingat dengan betul bahwa kekasihnya itu sering kali terbang menyusul dirinya ke luar kota, tapi di sisi lain anin merasa ia tidak pernah melakukan apapun untuk angga.

LdrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang