Bab 5 | Seberapa Yakin (2)

26 3 0
                                    

"Menikah itu mudah, yang sulit adalah mempertahankannya"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
|°hanii1217°|

Happy reading!!
.
.
.

Suasana sunyi menjadi hal pertama yang aku dapati, saat terbangun di pagi hari ini. Aku melirik sekitar dan aku baru sadar bahwa ada sasa yang tidur tidak jauh dariku.

Perempuan itu terbaring dengan nyeyak di lantai berkarpet bulu yang ada di ruang tamu ini.

Anin duduk sejenak di sisi sofa, lalu bangkit menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Sepertinya Anin juga butuh sarapan untuk mengisi perutnya yang terasa lapar. Ia ingat bahwa semalam ia belum sempat makan malam.

Selesai mencuci wajahnya, ia segera berlalu menuju dapur untuk membuat sarapan. Biarkan saja Sasa, mungkin perempuan itu masih mengantuk, lagipula masih jam 6 pagi.

Membuka kulkas, ia mengambil beberapa bahan yang ia perlukan untuk membuat sarapan bagi dirinya dan juga Sasa saat perempuan itu terbangun dari tidurnya. Anin memilih memasak nasi goreng pedas dengan telur ceplok yang sangat praktis untuk membuatnya. Beruntung kemarin ia sempat menyetok beberapa bumbu yang sudah ia olah dan menyimpannya di kulkas, jadi ia tidak terlalu repot.

Sebagai seorang wanita karier, ia memang banyak menghabiskan waktu di luar daripada berdiam diri di rumah tentunya. Tapi itu semua tidak lantas membuat Anin menjadi manja dan tidak bisa melakukan pekerjaan rumah seorang diri. Justru ia sengaja tidak membayar Art untuk menemani dan membantunya di Apartemen, sekalipun ia kerepotan. Bahkan jika ia sedang sibuk dan lebih sering lembur, apartemennya lebih seperti kapal pecah yang amat sangat berantakan sekali.

"Buat apa?"

Suara serak Sasa yang sepertinya baru saja bangun tidur terdengar. Tidak heran sih, Sasa ini kalo soal makanan idungnya emang gak bisa di raguin lagi. Cepet banget pekanya.

"Oh nasi goreng"

Anin mengangguk.

"Telur dadar ya, nin"

Anin mematikan kompor lalu membalikkan badan menatap Sasa yang masih setia dengan muka bangun tidurnya.

"Gue udah buat telur ceplok ya jadi kalo lo mau makan telur dadar, buat sendiri" emang tidak sopan sekali sahabatnya ini, syukur syukur di buatkan nasi goreng juga oleh Anin.

"Males ah, yaudah gapapa itu aja"

"Yeah"

Anin meletakkan nasi goreng di piring sedangkan Sasa segera membasuh muka nya. Setelahnya kedua perempuan itu segera memakan sarapan mereka di meja pantry.

Nasi goreng buatan Anin memang tidak ada tandingannya, menurut Sasa. Anin boleh di kenal sebagai wanita dengan karier bersinar, tetapi ketika di rumah Anin tetap seorang wanita yang wajib bisa melaksanakan segala pekerjaan rumah. Sekalipun sejak kecil Anin begitu di manjakan oleh keluarganya.

Sepuluh menit kemudian keduanya telah selesai memakan sarapan mereka. Anin mengambil ponselnya, ia mengecek sosial media miliknya seperti biasa.

LdrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang