Bab 1 | Sarapan Pagi

49 12 0
                                    

"Jangan liat isinya dong, tapi liat perjuangan aku buat ketemu kamunya."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
|°Angga Mahendra°|

Happy reading!!
.
.
.

Hari sabtu ini, anin mendapatkan jadwal liburnya. Ia pun berniat untuk menghabiskan me time di apartemennya.

Pagi pagi sekali, ia sudah bangun dan bersiap untuk jogging di dekat taman yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Ia juga sepertinya akan sekalian sarapan di sana. Semangkuk bubur ayam dengan sate telur puyuh, sudah terbayang dalam kepalanya.

Mengenakan tranning selutut, juga kaos berwarna hitam. Tidak lupa ia menguncir rambutnya menjadi satu. Anin segera turun dari unit apartemennya. Lari dua putaran sepertinya cukup membakar kalorinya.

Asli nya, anin bukan tipikal orang yang menjunjung hidup sehat. Seperti melakukan olahraga, gym, menjaga pola makan dan yang lainnya. Ia bahkan tidak terlalu sering berolahraga. Makan pun ia tidak pernah pilih, pilih selagi enak dan harga sesuai kantong, ia akan membelinya. Apalagi bekerja di televisi, membuat ia terkadang harus liputan mendadak dan tidak bisa di tentukan jangka waktunya. Di masa masa awal, anin bergabung di tv lima, ia sering kali liputan dadakan, bahkan siaran tengah malam. Angga sampai kesal, dan pernah berniat menyuruh anin untuk berhenti dari pekerjaannya. Anin ingat sekali apa yang angga katakan, malam setelah menjemput anin,

"Kamu kalo liputan tengah malem gini gak bisa di ganti emang? Aku ini gak tiap hari bisa anter jemput kamu, hanindya. Jangan buat khawatir seperti malam ini. Kalo sampe kejadian kayak gini keulang lagi, aku beneran nyuruh kamu resign dari kantor kamu itu."

Anin tertunduk dalam diam.

Ia tau, ia telah membuat khawatir kekasihnya. Bagaimana tidak, jika sejak sore ponsel anin mati, dan ketika tengah malam angga mendapatkan kabar, bahwa anin hampir saja jadi korban begal di jalanan.

"Maaf, aku juga gak tau kalo kejadiannya bakalan gini" jawab anin pelan yang tidak di tanggapi oleh angga.

Bahkan dari sorot matanya yang begitu tajam menatap jalanan, anin tau bahwa angga tengah menahan emosinya, agar tidak meledak di hadapan anin.

Sejak saat itu entah kebetulan atau apa, anin sangat jarang mendapatkan jadwal siaran tengah malam lagi. Pernah sekali dua kali, tapi tentu ia lebih berhati-hati saat berkendara pulang.

Drtt... drt...

Anin memberhentikan aktifitasnya. Ia  menepi ke salah satu bangku taman, lalu mengecek ponselnya. Sebuah pesan dari angga ternyata.

Bang angga💕: kamu di mana? Aku di apart kamu bawa sarapan dari ibu

Anin tersenyum.

Ia segera membalas pesan angga, agar pria itu mau menunggunya.

Dan setelahnya anin segera naik ke unit miliknya. Satu hal yang harus anin syukuri, selama berhubungan dengan angga, anin mendapatkan respon yang cukup baik dari keluarganya, terutama ibu. Memang di awal pertemuan mereka, anin merasa ibu memandang anin seperti berbeda, tapi seiring berjalannya waktu, ibu angga justru menerimanya.

LdrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang