Gyeoul

56 3 1
                                    

April 2019.

Hampir setahun sejak pertama gue menginjakkan kaki di Korea Selatan buat menempuh program magister. Sungguh negeri yang indah memang. Tapi kalo boleh jujur, hidup di lingkungan dengan budaya yang benar-benar baru nyatanya ngga pernah mudah. Di Indonesia mungkin gue cuma sesekali nyapa tetangga sebelah, pun palingan gue cuma senyum. Di sini, gue harus senyum terus nunduk cepet atau sedikit membungkukkan badan tiap kali gue nyapa ahjumma (bibi) dan atau ahjussi (paman) tetangga sebelah.

Ah iya. By the way, gue dapet beasiswa S2 untuk program Sports Management di Universitas Yonsei. Mmm sedikit cerita aja sih, kalo sebenernya salah satu faktor yang ngedorong gue buat ambil program di 'kampus biru' Yonsei adalah: beberapa atlet liga profesional di Korea Basketball League (KBL) ternyata adalah lulusan Yonsei. Seketika gue ngerasa 'Damn, I think I have a crush on it and I have to catch it up for sure'. Hingga kemudian gue berkomitmen dengan diri gue sendiri kalo gue harus jadi salah satu bagian dari 'itu'. Pertengahan 2017, gue memulai perburuan untuk program S2 tersebut dan nempelin secarik kertas di meja rias dengan tulisan: 'Let's achieve your master degree'. And yes, today here I am.

Oh, hi! I'm from Indonesia, anyway. Nice to know you all^^ Sejak tinggal di negara empat musim, agaknya gue seringkali ngerasa bahwa gue masih terlalu naif dan amat sangat awam serta bodoh dalam mengatur keuangan. Hidup sebatang kara dengan pegangan uang 'secukupnya' di dalam tabungan, rupanya cukup ngebuat gue ngerasa tertampar dan bikin gue gelisah. Terlebih bentar lagi udah masuk musim gugur dan musim dingin setelahnya, gue harus nyisihin uang lebih buat beli beberapa keperluan kaya boot, coat, padding, atau lainnya sebagai 'winter starter pack' yang ngga lain ngga bukan adalah buat ngelindungin diri gue yang ringkih ini selama musim dingin. Huft..

Lately, gue ngerasa kalo tabungan gue mulaí meraung-raung dua bulan terakhir ini. OMG! It is absolutely true bahwa gue harus segera nyari pekerjaan sambilan (arbait) lain. Sejauh ini, gue merangkap sebagai seorang arbait di salah satu convenient store ngga jauh dari kos. Selain itu gue juga iseng ambil bagian jadi internship yang menurut perhitungan gue cukup fleksibel. Jadi di samping melajarin materi dan tugas dari profesor yang cukup bikin engap, gue juga nyempatin buat ngasistenin tim basket Yonsei tiap kali gue dibutuhin. Ada match gue syukur, engga juga ngga papa. Disuruh gantiin asisten tim utama alhamdulillah, engga ya yaudah numpang belajar aja hihi. Capek? Tentu. Tapi hal baru yang satu ini rasanya lebih dari nyenengin buat gue. Karena hoobae (junior) gue di tim basket adalah yang modelan begini contohnya..

Junghyun: "Gyeoul noona! Ini kopi buat noona!" Kata salah satu anak basket kampus tiap selesai latian.
Junho: "Noona, bab-meokja (makan yuk)!" Ajak yang lain setelah pertandingan.
Seungwan: "Gyeoul noona, weekend besok gowes bareng yok! Yanghwa Park." Ajakan iseng lainnya muncul.
Sunhyung: "Noona, kemaren ada sweater bagus nih. Meskipun cuma beli di Myeongdong sih hehe. Semoga suka." Katanya lewat surat kaleng yang diselipin di loker 'markas' tim basket.

Gue selalu mikir, gimana bisa gue ngga happy kalo hari-hari gue berada di lingkungan yang kaya gini? Kadang berat, tapi gue harus syukurin dan nikmatin. Persenannya? Seenggaknya cukup buat gue beli sedikit fresh meat, sayuran serta sereal lengkap dengan susu sebagai bekal di kos selama seminggu. Ditambah lagi kalo dapet bingkisan dari hoobae-hoobae gue haha. FYI, beberapa bulan terakhir, gue mulai coba untuk menghidupi diri sendiri dengan menghadirkan menu makanan sehat minim minyak dan gula, sekaligus berusaha buat ngereduksi makanan-makanan instan yang pada hakikatnya sungguh lezat dan sayang untuk gue lewatin. Because how come that a sports management student has a bad condition of health? It's a big no! Semoga kedepannya gue makin kebiasa sama pola makan sehat nan minimalis ini. Amin.

------

Beberapa waktu lalu, gue sering banget kepikiran gimana caranya biar duit gue ga ngucur dengan mudah. Sementara, gue menemukan satu cara.
"Dasom-ah, weekend ini kayanya gue ngga bisa jalan bareng lo deh. Tabungan gue buat bulan depan hampir keseret nih." Ujar gue dengan nada memelas.
"Lo abis ngapain emang?"
"Kemaren gue beli kompor portable sama gantungan baju haha. Ngga enak aja kalo malem-malem harus keluar kamar cuma buat masak sayur ato ngerebus telor. Kadang suka males dan ujung-ujungnya gue ngga makan." Jelasku.
"Ya kan lo bisa beli." Sanggahnya.
"Belom lagi besok fall terus winter. Ga cukup nih almari baju gue kan kecil. Kayanya mantel-mantel mau gue gantung aja."
"Yaudah ah terserah lo. Gue main ke kos lo aja kalo sempet. Dah~". Dasom menutup telfon.

Dasom Kim, adalah temen yang gue kenal pas kita sama-sama lagi nyari beasiswa. Di samping kuliah, dia juga ngejalanin job magangnya sebagai 'fashion stylist' di salah satu agensi modelling terkenal, sebut aja 'Bom Modelling Agency'.

------

Seminggu lalu, Dasom nelfon dan ngabarin tentang lowongan arbait.

(190408 10:33 AM)
"Gyeoul-ah!"
"Oh? Kenapa nih pagi-pagi?"
"Temen gue ada yang lagi nyari orang nih. Tapi buat beresin apart gitu deh. Kira-kira lo mau ga?"
"Wah, boleh nih. Tapi di mana deh? Jauh ga?"
"Gue kurang tau sih." Jawab Dasom sambil mainin tuas bolpoin yang suaranya kedengeran jelas. "Tapi kalo lo mau, ntar gue coba bilang ke dia deh. Biar gue kasih kontak lo ke dia. Gimana?"
"Hmm boleh deh. Thank you ya, ntar tolong kabarin gue lagi.
"Oke gue coba dulu ya. Dah~"
"Ooh, gomawo (makasih) Dasom-ah."

-------

-------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cr. pic: googlemaps

(190414 1:15 PM at A Twosome Place, Itaewon)

"Annyeong, Gyeoul-ssi." Sapa orang berbadan tegap dengan kaos hitam polos.
"Ah, ne annyeonghaseyo, ..??" Gue berdirí sambil nunduk cepet. Dan tanpa sadar gue nunjukin raut wajah bingung.
"Hawon. Hawon Jung." Jawabnya sambil senyum.
"Ah, annyeonghaseyo Hawon-ssi."
"Kamu temen Dasom yang dia ceritain kan? Berarti udah tau kan kalo mau kerja sama saya?"
"Ne, matseumnida (iya bener)."
"Kamu ada arbait?"
"Iya, ada kak. Tiap malem aja."
"Ada waktu luang tiap hari apa?"
"Hari Rabu cuma ada kuliah pagi, Hari Jumat libur. Weekend, umm.. Fleksibel."
"Kalo kamu harus ke Hannam, sanggup ngga?"
"Oh, gwaenchanhayo (ngga papa)."

Hawon-ssi menghujani gue dengan banyak pertanyaan. Bahkan sampai yang menurut gue ngga penting kaya "Kamu punya pacar ngga?" atau "Prefer bus kota atau subway?". Dan tentunya pertanyaan krusial seperti, "Kamu bisa dan biasa beres-beres?"
"Oh, sure!" Gue jawab spontan.
"Bisa kamu tunjukin foto kamar kos kamu?"
Gue sedikit membelalakkan mata. "Sebentar ya.." Kemudian gue scrolling galeri foto di HP gue. "Ini." Gue ngasih lihat HP gue ke Hawon-ssi.
"Oke. Besok siang saya kabari kamu lagi."

Hawon-ssi ngerekam interview gue waktu itu. Buat dikasih ke si empunya apartemen katanya. Gue iya-iya aja ketika dia bilang mau kabarin gue besok siang. Lagian orangnya baik, ga keliatan mau nipu juga. Meskipun sebenernya ada sesuatu yang ngeganjel di hati gue. Gue langsung nelpon Dasom dan ngabarin kalo udah kelar interview.

And this is my whole story which I called: 'Survival'.


------

Because It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang