(190619 11:11 AM at Hyosung Village)
Tiap musim panas, biasanya gue liburan bareng Sehun ke Jeju. But hey, ini udah mau masuk akhir Juni dan dia masih sibuk. Plus sejak awal bulan sampe weekend kemaren, gue sibuk ngurus segala macem buat single baru gue. Minggu ini, gue akhirnya bisa full ngistirahatin badan di rumah. Bisa males- malesan tiap pagi, dan tentunya bisa ketemu Gyeoul lagi setelah kurang lebih tiga minggu ga ketemu.
"Hey!" Sapa gue ketika denger pintu apartemen kebuka. Gue segera berdiri dan seneng banget waktu ngeliat sosok Gyeoul.
"Oh, hai Suho-ssi." Dia menjawab singkat. Dia cenderung terlihat ngga antusias. Kemudian gue bergegas melangkahkan kaki ke arah Gyeoul. "Are you okay?" Gue nyoba buat ngamatin raut wajah dia. Agak pucat.
"Mmm, iya aku gapapa. Kamu apa kabar?"
"Aku baik kok. Dan kalo kamu ga enak badan ga papa, santai aja hari ini. Sambil duduk-duduk di sofa juga boleh. Anyway bawa apa?" Gue nunjuk paper bag yang dirangkulnya.
"Mmm, ini tadi aku beli jajangmyeon. Kata Hawon-ssi biar buat kamu sarapan." Dia jalan ke arah meja makan lalu ngeluarin dua pack jajangmyeon. "Sehun masih tidur?" Tanyanya kemudian.
"Dia ada acara di Gangwon, kayanya ntar malem baru pulang. Kayanya Hawon hyung sengaja nyuruh kamu beli dua supaya kamu bisa ikut makan deh. Udah duduk aja dulu, makan bareng aku." Terang gue sambil nunjuk kursi di seberang.
"Ah.. Okay.." Jawabnya lirih.
"Kamu kalo ada masalah cerita aja, bebas. Lagian kamu sering banget bantu aku tapi aku kayanya belum pernah bantu kamu."
Dia cuma gelengin kepala dua kali. "Mood aku lagi kurang bagus aja, tapi gapapa aku ga sakit kok."
Gue bisa liat jelas kalo dia lagi ga nyaman sama posisinya. Kaya lagi nahan sakit.
"Tapi kamu makin pucet? Kamu minum dulu deh ya." Gue ambilin dia segelas air putih.
BRAKK!! Gyeoul jatuh dari kursinya. Dia pingsan. Gue langsung panik. Karna kalo boleh jujur, gue ga pernah ngadepin situasi kaya gini sebelumnya. Tapi pada akhirnya gue berinisiatif untuk ngecek denyut nadinya, yang untungnya masih ada. Gue memberanikan diri buat ngebopong badannya dan mindahin ke sofa."Hyung!" Sapa gue begitu nada sambung hilang.
"Suho? Lo kenapa kok kaya keburu-buru gitu?" Tanya Hawon hyung dari ujung telfon.
"Gyeoul-ssi. Dia pingsan. Dan gue ga tau harus gimana. Apa gue telfon dokter aja?"
"Mending lo bawa dia ke Suncheonhyang deh. Udah buruan, minta tolong security buat bantu lo. Terus ntar gue nyusul sama temennya ya." Hawon hyung langsung matiin telfon.
Gue nyoba tenang dengan beberapa kali tarik nafas dan membuangnya perlahan. Gue lantas nelfon security buat bantu gue.------
(12:05 PM Suncheonhyang Hospital)
"Sepertinya dia belum makan. Saya ngga bisa pastiin dari kapan, tapi dia jelas banget ngga punya energi dan irama jantungnya ga beraturan." Terang dokter. "Saya akan bantukan buat dia diinfus cairan gula ya."
Ngga lama setelah perawat mulai masangin infus ke Gyeoul, tiba-tiba Gyeoul manggil gue lirih. "Suho-ssi.."
"Gyeoul-ssi.. Kamu udah sadar?"
"Halo, Gyeoul-ssi. Eoddaeyo (gimana)? Ada keluhan lain yang dirasain?"
"Ngga ada, dok."
"Kamu telat makan ya? Suasana hati kamu lagi ga baik?"
"Sedikit dok.."
"Nanti sore kalo udah ga ada keluhan lain, kamu boleh pulang. Tapi hindari dulu yang pedas, bersoda, juga kopi dan teh. Oke?" Tutur dokter dengan nama Park Eunsong di snelli-nya (sebutan untuk jas dokter).
Gyeoul mengangguk.
"Terima kasih banyak, dok." Kata gue kemudian.
"Oke, saya tinggal dulu ya. Semoga lekas membaik." Dokter Eunsong tersenyum lebar sambil mencubit tipis pipi Gyeoul."Kamu beneran telat makan?" Tanya gue.
"Maaf, aku jadi ngerepotin ya?"
"Nggak, nggak papa. Gimana? Udah baikan?"
Gyeoul cuma ngangguk.
"Gyeoul-ah!" Seseorang manggil Gyeoul dengan nada khawatir. Ia berlari kecil ke arah kami. Hawon hyung ada di belakangnya. "Lo kenapa ih gue takut tau!" Katanya sambil menggenggam tangan Gyeoul.
"Gimana keadaannya?" Tanya Hawon hyung ke gue.
"Karna telat makan gitu sih, lagi diinfus cairan gula."
"Tapi kamu udah baikan?" Hawon hyung mengalihkan pandangannya ke Gyeoul, mastiin sekali lagi kalo dia udah membaik.
Gyeoul mengangguk.
"Oh?" Temen Gyeoul sedikit terkejut. "Kim Suho?" Sambil nunjuk ke arah gue. "Kok?" Ia memandangi Gyeoul bingung.
"Nanti ya gue cerita kalo udah di rumah." Kata Gyeoul pelan.
"Iya, dia kerja di tempat gue." Pungkas gue cepat.
Ia menutup mulutnya yang sedikit terbuka karna terkejut sambil memandangi Hawon hyung.
"Gyeoul ngga cerita?" Tanya Hawon hyung. "Dasom-ssi, ini Suho. Suho-ssi, ini Dasom temen Gyeoul dari Indonesia juga."
Dasom menundukkan kepalanya cepat. "Wah, daebak!" Ia mengacungkan jempolnya ke arah Gyeoul.
"Dasom-ssi, kamu temenin Gyeoul dulu ya. Saya sama Suho nunggu di luar sambil cari angin. Telfon aja kalo ada apa-apa. Oke?" Kata Hawon hyung sambil ngasih gue isyarat buat segera beranjak.
"Gyeoul-ssi, aku tinggal dulu." Pamit gue."Gila lo asli. Bisa gitu selama ini ga bilang apa-apa ke gue." Protes Dasom.
"Apaan sih, udah ya ntar aja bahasnya." Pungkas gue lirih.
"Terus ini kenapa pula lo sampe kaya gini?"
"Dasom-ah. Gue capek."
"Gue heran sama lo. Untung gue baik. Awas aja kalo sampe lain kali lo ada apa-apa tapi ga cerita ke gue. Nih lo mau puddingnya ga?" Dasom nawarin gue pudding yang udah disiapin dari rumah sakit.
Gue lantas ngebenerin posisi gue buat duduk. Agak pusing, tapi gue rasa gue baik-baik aja.
"Bisa ga, pelan-pelan aja." Dasom megangin gue.
"Dasom-ah." Panggil gue pelan. "Weekend lalu gue ngobrol banyak sama Junghyun. Dia nembak gue lagi."
"Lo terima aja sih?"
"Gue ga bisa."------
190617 9:35 PM at Seven Eleven
(Gyeoul's POV)Ketika menyantap semangkuk ramen, dua gulung kimbap, dan beberapa kaleng bir, tiba-tiba di luar hujan deres. Kami saling berpandangan.
"Bi (hujan)!" Ujar kami bersamaan, lalu tertawa.
"Ga bawa payung ih." Kata gue.
"Abisin aja dulu." Junghyun nyuapin sepotong kimbap ke mulut gue.
Gue ngunyah kimbap sambil senyum-senyum.
"Udah?" Tanya Junghyun beberapa saat kemudian.
Gue mengangguk. "Kaja (ayo)!"
Junghyun lantas menghampiri kasir. "Boleh kami pinjam payung? Nanti saya lewat sini lagi kok, saya kembalikan."
Lagi-lagi gue cuma bisa cengar-cengir ngeliat kelakuan dia.
"Dapet nih." Katanya bangga.
"Malu-maluin tau." Gue nahan ketawa."Gyeoul-ah." Panggilnya tiba-tiba.
"Ya (hey)! Mentang-mentang ga ada orang nih kebiasaan." Gue pura-pura masang tampang galak.
"Eh marah? Gatau ya kalo justru itu bikin makin suka?"
Gue berdecak. "Ga usah mgerayu ya, capek tau. Mending buruan, udah deket juga. Tuh." Kata gue sambil nunjuk rumah kos gue di ujung jalan.
"Ada orang yang kamu suka?" Tanyanya.
"Please ya, ngga ada." Jawab gue sambil terus jalan.
Junghyun cuma diem. Hingga kamu tiba di depan kos.
"Gyeoul noona. Kalo aku aja, boleh ga? Kalo belom bisa gapapa aku tunggu."
Gue ngediemin dia beberapa saat. Lalu gue meluk dia. "Junghyun-ah, justru ini yang bikin aku takut. Kamu baik banget, dan aku ga bisa sama orang baik. Jadi kita kaya gini aja ya." Kata gue sambil nepuk-nepuk punggungnya kemudian ngelepasin pelukan gue. "Thanks ya, sori kamu jadi keujanan. Cepet pulang gih. Aku masuk dulu."He just looked at me silently at that time. But then he took me in a flash by his right hand and pulled me into his arms. And he brushed his cold lips into mine immediately. Slowly, until it feels warm. Then I stopped and pushed him carefully.
"Junghyun-ah.."
"Can you just believe in me, noona? For once?"
"Junghyun-ah. Mian."Then I left him with no words. I closed the door and sat behind it. Until I just can hear the voice of rain and my own crying.
------
"Asli gue sama sekali ga salah waktu gue nganggep kalo gue ini pinter. Lo tuh keliatan banget tau ga, kenapa masih boong sih?" Cecar Dasom.
"Jangan keras-keras ih."
"Terus sekarang lo nyesel ga?"
Gue cuma diem. Hingga gue denger suara Hawon-ssi manggil gue.
"Gyeoul-ssi. Gimana? Udah baikan?"
"Puddingnya ga suka ya, kok ga dimakan? Mau aku cariin aja deket sini yang kamu suka?" Sambung Suho.
"Nggak, nggak usah. Cuma belom pengen aja tadi." Jawab gue. "Pengen pulang aja."
"Heh, makan dulu nih puddingnya." Sela Dasom sambil ngebukain pudding yang sedari tadi dia pegang sambil dengerin gue cerita.
"Mau pulang aja. Boleh?" Tanya gue ke Suho.
"Saya panggil dokternya dulu deh ya." Sahut Hawon-ssi berinisiatif.------
KAMU SEDANG MEMBACA
Because It's You
RomanceWhen you meet an unpredictable person whom you adored much, universe will let those miracles happen. But knowing that both of you are deeply hiding something from the past and originally in the middle or surviving, it was never been easy but still...