(190503 11:55 AM at 7 Eleven Hannam)
Sengaja gue ngga makan salad buah yang ada di kulkas. Udah tiga hari ini gue sendirian di rumah karna Sehun lagi ada pemotretan di Jeju. Sesekali gue coba hubungin Chanyeol sama Baekhyun buat jadi temen ngobrol, tapi ngga lama juga udah bosen lagi. Gue iseng ambil masker sama topi, berinisiatif buat jalan kaki ke 7 Eleven depan komplek karna lagi pengen banget beli es krim.
Di 7 Eleven, gue selalu nyoba ngehindar biar ga kesenggol orang lain daripada gue harus takut sendiri. Gue lantas bergegas ngambil lima bungkus es krim dan beberapa botol yoghurt buat ngademin hari yang cukup terik ini. Setelah ngucapin terima kasih ke kasir, gue langsung keluar. Dan tanpa gue sangka-sangka, dari sisi kanan ada orang yang tiba-tiba nyenggol gue secara ga sengaja karna dia mau masuk toko. Sontak gue ketakutan dan nyoba buat ngelindungin tubuh gue biar ga kesentuh lebih banyak orang lagi. Dalam hitungan detik gue udah terjongkok ketakutan.
"Omo, gwaenchanhayo?" Samar-samar gue denger pertanyaan orang itu.
Tapi jantung gue masih berdegup kencang dan gue ngalamin kepanikan hebat sampai seseorang nyoba buat nolong gue tapi gue makin histeris. "Andwae! Andwae!" Teriak gue sambil masih terus ketakutan.Beberapa orang mulai berkerumun ngeliatin gue. Gue makin takut dan manggil-manggil Sehun.
"Sehun-ah, jebal (please). Dowajuseyo, dowajuseyo (tolong gue)." Gue mulai merintih. Lama. Hingga akhirnya dateng seseorang yang nyelimutin jaketnya ke gue.
"Suho-ssi waeyo (kenapa)? Gwaenchanhayo?" Katanya dengan nada khawatir.
Gue spontan nyengkeram lengan dia sambil terus mohon, "Dowajuseyo, dowajuseyo."
"Suho-ssi ini aku. Gyeoul."
Gue yang samar-samar bisa denger dia nyebut nama gue, perlahan mulai numbuhin rasa percaya meskipun masih dalam keadaan panik hebat dan terus gemeteran.
"Andwae.. Dowajuseyo.." Kata gue lagi.
"Bentar aku panggil taksi." Dia mau beranjak ketika akhirnya gue narik lengen dia lagi.
"No. Don't go. No.." Badan gue mulai dingin.
"Seseorang tolong panggilkan taksi! Jebal." Kata dia minta tolong sembari meluk gue hangat.Ngga lama kemudian, dia yang megang kendali atas tubuh gue langsung nuntun gue buat berdiri.
"Gwaenchanhayo, Suho-ssi. You have me." Ujarnya lembut.
Gue yang masih ketakutan terus nggenggam pergelangan tangannya dan ikut dia masuk taksi. Lantas gue ngeliat sekeliling, mastiin kalo sekarang cuma ada gue dan gadis itu.
"Na museowo (aku takut)." Ujar gue dari balik jaket birunya.
"Bentar aku telfon Hawon-ssi dulu." Dia berinisiatif.
"Jangan!" Cegah gue.
"Suho-ssi." Ketika dia nyebut nama gue, gue seperti sedang ada di balik tembok berlindung yang tepat. Gue masih terus mejamin mata dan megang tangan dia erat.cr. google maps
------
(12:37 PM at Hyosung Village)
"Suho-ssi. Kita udah di rumah." Katanya ngasih tau gue. "Suho-ssi ga papa?"
Gue yang udah bisa liat ruang TV lantas lari ke kamar sambil tertatih. Di samping tempat tidur, gue dengan tergesa langsung nyari wadah putih bertuliskan 'benzodiazepine' buat ngeredain panik gue. Setelah gue minum obat, gue bisa liat gadis itu udah berdiri di deket gue. Dia lalu terduduk bertumpu pada lututnya dan nanyain,
"Suho-ssi, what's going on?"
Gue narik napas panjang sembari narik pergelangan dia cepat dan meluk dia. "Don't go.." Gue memercayakan tubuh gue buat bersandar di gadis itu.Gue bisa nebak kalo dia bingung tujuh keliling atas apa yang barusan terjadi sama gue. Gue yang masih nyoba ngembaliin kesadaran diri dari kepanikan, bisa ngerasain degup jantungnya. "Don't go.." Gue kembali ngulang kata-kata itu. Sembari dia ngebenerin posisi duduknya sambil meluk gue balik. Dia ngusap dan nepuk punggung gue pelan. Aroma lotus dari tubuhnya cukup menenangkan dan bikin gue ngerasa nyaman. Dia masih ngusap-ngusap punggung gue. Ngga lama kemudian, gue terlelap dalam pelukannya yang hangat.
------
(1:15 PM)
"Gyeoul-ssi. Suho kenapa?" Tanya Hawon hyung ke gadis itu.
"Mmm.. Aku ga tau pasti but dia terus nyoba ngehindarin orang sambil ketakutan dan terus minta tolong."
"Terus?"
"Dia langsung megang lenganku erat banget, just like.. He needs a guardian?" Jelasnya lagi.
"Gyeoul-ssi, please keep it as secret. Orang-orang terdekat Suho, hampir semua tau dan kaget ketika tau kalo sebenernya Suho punya fobia ini. Dia takut banget kalo harus tiba-tiba deket sama orang lain." Ujar Hawon hyung.
"Oh really?" Gadis itu membelalakkan matanya. "Fobia orang lain? Animyeon.. Sentuhan?"
"Begitulah. Sebenernya udah ga terlalu parah kalo sama saya sama Sehun. Meskipun kalo kaget reaksinya tetep bisa kaya yang kamu liat tadi." Tutur Hawon hyung pada Gyeoul.Gue, Suho Oh. 29 tahun. Berusaha ngelawan 'haphephobia' selama kurang lebih tiga belas tahun. Gue langsung takut dan panik ketika ngga sengaja tersentuk sama orang lain. Gue bisa histeris kalo gue ngerasa makin terancam. Bahkan inilah alasan di balik Sehun tidur di sofa tiap malem. 'Tidur sama Suho hyung', adalah kalimat dari Sehun yang paling gue sesalkan karena ngga pernah bisa gue kabulin.
Hawon hyung jadi salah satu orang yang paling gue percaya, setelah Sehun, buat ngelindungin gue. Dan dia jadi orang yang paling ngerti timestamp gue -kapan aja gue butuh dokter buat nerima hipnoterapi-. Setiap sebelum gue naik ke stage, ato dateng ke acara talkshow, dia selalu jadi yang terdepan yang menuhin semua kebutuhan gue. Termasuk hari ini, ketika gue tau kalo dia ga bilang ke gadis itu bahwa gue dan Sehun adalah si empunya apartemen ini.
"Hyung.." Panggil gue pelan. "Gomawo."
Hawon hyung yang masih berhadapan sama gadis itu langsung nengok begitu denger suara gue. "Suho-ya! Lega banget setelah tau lo ga papa."
Gue senyum lalu jalan sofa tempat mereka duduk. "Sori.." Sambil pejamin mata, gue ngingat-ngingat nama dia. "Gyeoul-ssi.."
"Ne?" jawabnya singkat.
"Makasih banyak kamu udah bantu aku tadi. Pasti kamu bingung banget. But yes, this is me."
"Ga papa Suho-ssi. Seneng bisa bantu." Katanya lembut.
"Kenapa lo ga bilang gue aja kalo lo mau sesuatu? Biar gue yang sampein ke Gyeoul-ssi dan dia yang beliin. Kan lo tau hari ini dia ke sini." Hawon hyung mulai ngomel.
"Lagi pengen keluar aja. Cuacanya kayanya juga lagi bagus. Sehun lagi ga ada juga." Bantah gue.
"S.. Sehun? Sehun Oh?" Gyeoul nyela dengan terbata-bata.
"Ah.. Gyeoul-ssi mian. Jadi sebenernya, saya emang sengaja ga bilang ke kamu kalo ini rumah mereka. Sehun yang minta ke saya buat ga kasih tau kamu."
"Nee???!?" Nampak jelas raut wajah ngga percaya yang lagi ditunjukin sama Gyeoul.
"Annyeong, Gyeoul-ssi." Gue berdiri dan ngebungkukin badan di depan Gyeoul. Bukan cuma sebagai Suho, tapi juga sebagai pemilik rumah yang sebenernya.
"Jadi.. Hawon-ssi.." Gyeoul menggerakkan telunjuknya dari Hawon hyung ke gue.
"Iya, saya ga tinggal di sini, tapi Suho sama Sehun. Are you okay with it?" Tanya Hawon hyung sekali lagi. "Sekalian saya nitip Suho ke kamu."Gyeoul cuma diam. Tapi gue baru sadar kalo ekspresi itu adalah ekspresi dari orang yang tanpa gue sangka-sangka, sedari tadi gue percaya buat handle rasa takut dan ngeredain kepanikan gue. And I'm laying myself on her until I'm falling into a deep sleep.
I don't know why, but I trust her...
------
KAMU SEDANG MEMBACA
Because It's You
RomanceWhen you meet an unpredictable person whom you adored much, universe will let those miracles happen. But knowing that both of you are deeply hiding something from the past and originally in the middle or surviving, it was never been easy but still...