Suho

22 2 0
                                    

(190424 10:55 PM at Hyosung Village)

"Hyung, ini kenapa di kulkas jadi banyak banget kotak salad?" Tanya Sehun sambil nimbang salad sayur di tangan kiri serta salad buah di tangan kanan.
"Jangan dimakan itu punya gue." Tegas gue.
"Satu doang ih."
"Gak."
"Yang buah." Sehun masih merayu.
"Kalo lo mau ambil yang sayur aja." Jawab gue sambil masih nge-switch channel TV.
"Ya kan gue ga suka."
"Ya udah ga usah."
"Astaga lo pelit banget sama adek sendiri."
"Saladnya langka. Lo mau nyari di mana-mana juga ga mungkin ada."
"Lah terus?"
Gue mutusin buat diem aja. Akhirnya Sehun terpaksa ngalah dan lantas meraih sebungkus ramyeon instan dari lemari dapur.
"Hun." Panggil gue singkat.
"Mmm?"
"Lo yang panggil orang baru ya?"
"Maksudnya?"
"Yaudah lah lupain." Gue lantas matiin TV. "Kalo gitu gue duluan."
"Lah yang nemenin gue makan siapa dong?" Tanya Sehun ke gue yang terus ngacir masuk kamar.

------

(190426 10:33 AM at Hyosung Village)

Hari ini, gue mendapati cuaca lagi terik-teriknya sehingga ngebuat gue enggan buat dateng ke pemotretan Sehun. Sesekali Sehun emang suka ngajakin gue ke studio. Ada staffnya yang ngefans banget sama gue, katanya. Tapi entah kenapa, hal itu kadang kaya ngeganggu gue karna pada satu waktu, mereka pernah dengan sengaja ngelakuin skinship -and I totally can't handle it-. Jadi hari ini, mumpung lagi rehat latian, gue milih buat di rumah aja sekalian ngabisin salad.

Gue berdiri di depan kulkas sambil milih salad lalu ngembaliin yang buah. Ini adalah kotak salad sayur terakhir yang tersisa. Selanjutnya gue nuang sedikit kecap asin, biji wijen, mayonaise, dan terakhir naburin katsuobushi (suwiran cakalang asap; biasa untuk topping takoyaki). Oh iya, gue juga nambahin telor rebus setengah mateng buat tambahan protein.

Ketika gue pindah ke meja makan, gue denger pintu apartemen kebuka. Seseorang masuk.

"Oh, wasseo (kamu udah dateng)?" Gue nemuin ekspresi kaget di wajah dia.
"...Annyeonghaseyo." Dia nyapa gue lirih.
"Masuk aja. Ga usah takut, gue ga jahat kok."
"Ah, ne," Jawabnya singkat.
Gue ngamatin dia ngeluarin isi kantong belanjaan di meja dapur. Dan gue ngerasa terdorong buat nanya sesuatu. "Perasaan lo minggu lalu udah beli susu sama sereal. Kenapa beli lagi?"
"Mm.. Hawon-ssi."
"Lagi?" Gue bergegas ngecek isi kulkas. Kotak susu yang kemarin masih bisa gue liat, sekarang udah lenyap. "Emang dia bilang apa?" Tanya gue lagi.
"Kata dia susu di kulkas udah abis."
"Wait.. Sekali lagi gue nanya. Lo yakin lo kerja buat Hawon hyung?"
"As he said.."
"Oke. Karna gue masih ga paham, kita obrolin ini lain kali." Gue balik lagi ke kotak salad dan ngelanjutin makan.
Gue bisa liat dengan jelas gerak-gerik dia selama lagi kerja. Sesekali dia nyibakin poninya yang terus jatuh.

"Lo emang ga capek ya?" Tanya gue penasaran.
"Oh, aniya (engga). Udah biasa kok." Jawabnya lalu tersenyum.
"Abis beres-beres lo duduk sini aja dulu. Lo boleh makan saladnya kok kalo mau. Ato lo bisa bikin pasta ga? Kayanya gue masih laper. Hari ini gue lagi libur, ga ke studio."
Dia keliatan bingung tapi kemudian senyum lagi.

Ngeliat dia beres-beres, gue jadi ngga enak sendiri.
"Lo santai aja ya. Kamar gue, biar gue yang beresin." Kata gue berinisiatif. Gue masuk kamar, tapi spontan gue langsung balik arah. "Ntar lo tinggal nge-vacuum aja gapapa kan?"
Lagi-lagi dia ngangguk sambil senyum.

------

Sesuai permintaan gue, usai beres-beres dia langsung nyiapin spaghetti sama ngumpulin jar-jar bumbu. Sementara gue lagi nonton TV.

"Mm, Suho-ssi." Panggilnya.
"Ya?"
"Oily pasta animyeon (atau) creamy pasta?"
"Oily pasta aja. Bisa kan? Tolong lo bikin dua ya." Jawab gue sambil kemudian berdiri dan pindah duduk di kursi meja makan. Dari situ gue ngamatin dia ngerebus spaghetti, nyiapin bahan, sampe mau platting.
"Oregano?" Tanyanya sambil menunjukkan jar oregano bubuk.
"Boleh. Terus ntar lo duduk sini aja temenin gue makan. Oke?" Tutur gue sembari ambil piring-piring pasta yang udah dia siapin.
Dia nunjukin ekspresi lain. Bibirnya sedikit terbuka ngebentuk huruf O.
"Udah gapapa, lo pasti capek. Dan belum makan kan?"
"Thank you, Suho-ssi."
"Lo kuliah di Yonsei ambil jurusan apa?"
"Oh.. Itu.. Sports Management. Tapi Suho-ssi.."
"Gue liat jaket lo kemaren." Gue udah bisa nebak arah pertanyaannya.
"Tahun keberapa?"
"Mau selesai semester dua, tahun pertama."
"Lo boleh panggil gue Suho."
"Ne? Mm.. Suho-ssi aja ya?"
"Oh, gwaenchanha." Gue ngangguk tanda setuju. "Lo sering masak?"
"Lumayan."
"Tiap masak selalu seenak ini?"
Uhuk. Tiba-tiba dia tersedak.
"Lo pelan-pelan makannya." Gue mau nuangin dia minum ketika dia melambaikan tangannya pelan sambil ngeraih tasnya pake tangan kiri. Dia ngeluarin botol minum warna krem.
"Biasa aja kak. Cuma suka bikin clean food."
"Terus lo ke sini naik apa?"
"Seoul metro."
Dia makan pastanya pelan. Sejenak gue ngerasa lega karna hari ini ada temen makan siang. Meskipun gue punya Sehun, tapi dia sering pergi sampe sore.

Jam satu siang. Gue perhatiin dia lagi kemasin barang bawaannya.
"Lo udah mau pulang?"
"Ada lagi kah? Suho-ssi mau dibikinin apa?"
"Ngg.. Ga ada kok. Nanti closet kamar gue biar gue rapihin sendiri."
"Ne. Suho-ssi aku pamit dulu."
Gue nganterin dia ke pintu. "Jal ga~ (ati-ati ya)."

------

(10:44 PM Pillowtalk Suho-Sehun)

"Hun. Lo malem ini tidur ama gue ato tidur sendiri?"
"Sama lo lah gila. Takut gue."
"Kalo gitu, lo jangan pura-pura ga tau."
"Astaga, gue salah apa lagi hyung?"
"Orang itu. Lo yang minta ke Hawon hyung kan?"
"Lah lo udah ketemu dia hyung?"
Gue ninggalin Sehun ke kamar.
"Yah yah, jangan ditinggalin." Sehun ngekor gue ke kamar. "Iya lah gue yang minta, daripada apart kita berantakan mulu tiap hari." Tambahnya.
Gue langsung naik kasur dan narik selimut.
Sehun duduk di bawah di samping kasur. "Cantik ga hyung?" Tanyanya iseng.
"Gak." Jawab gue singkat.
"Yah nyesel dong gue udah acc dia." Sehun nampakin raut wajah nyesel sambil garuk-garuk kepalanya yang ngga gatel.
Gue pura-pura ngga hirauin Sehun dan nyoba mejamin mata meski belum ngantuk.
"Ganti orang aja kali ya?"
"GAK!" Gue langsung bangun lagi.
"Anjir kaget." Sehun mengelus dadanya. "Kenapa nih.. Wah, cantik nih pasti.." Sehun ngacungin telunjuknya ke gue sambil nebak-nebak.
"Ga ah, apaan sih." Elak gue sambil nyaut HP di meja lampu.
"Udah ketemu berapa kali lo hyung?"
"Dua."
"Gue mau ketemu juga ah. Dia yang belanjain gue sereal sama bikinin lo salad kan?"
"Hun, lo diem ato gue usir."
"Ih, lo mah gitu." Sehun kemudian beranjak dan merebahkan dirinya di sofa. "Hyung, kalo cantik boleh gue pacarin ga?"
Gue narik bantal yang gue tidurin lalu gue lemparin ke Sehun. "Jangan ngada-ngada lo. Kerja aja yang bener."
"Yeu, jahat. Boro-boro pacaran. Temen cewe gue aja cuma satu itu pun sukanya sama temen kita." Sehun mendengus kesal.
Sementara itu, ngga lama kemudian gue amatin Sehun ngetik pesan singkat dan ngirim ke seseorang. "Boong lo. Kali bukan pacar tapi lo senyum-senyum."
"Dih kepo lo hyung. Udah ah mau tidur aja. Daripada ngobrol sama abang gue, orangnya rese." Jawabnya sambil ngebenerin posisi buat tidur.

------

Akhir-akhir ini rumah kerasa beda dengan kehadiran orang baru meski ngga tiap hari. Personality-nya yang polite dan gampang banget senyum, lebih dari cukup buat ngisi kekosongan ruang yang luas nan sepi ini. Bukan karna orang baru itu rajin bikinin gue makanan, tapi kehambaran di ruang TV mulai mengalami transisi jadi 'ada rasanya' tiap kali gue liat ada kehidupan lain selain gue dan Sehun. Dan dia, tanpa gue sadari udah jadi satu dari sekian ribu outsider yang bisa duduk bahkan makan bareng gue tanpa numbuhin kecemasan dalam diri gue.

Sejenak gue ngerasa kalo gue harus banget berterimakasih sama Sehun dan Hawon hyung. They also are precious.

------

Because It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang