Shortcut

10 0 0
                                    

(Gyeoul's POV)

"Suho-ssi, mianhae." Gue masih berusaha nenangin dia sembari menepuk-nepuk punggungnya. "You need any of your medicine?"
Suho-ssi nggak memberi jawaban.
"Jangan.. Gue takut.." Ia masih seperti mengigau sambil terus gemetar.
"It's okay, I'm here." Ini adalah kedua kalinya gue ngadepin situasi yang sama. Tapi kali ini, gue merasa sedikit bersalah yang mana karna rasa penasaran gue, akhirnya gue lancang masuk kamar Suho-ssi. Terlebih ketika gue ngira kalo di rumah tengah ngga ada orang.
"Gyeoul-ah." Sehun mengoper segelas air putih dan sebutir benzodiazepine.
Gue membetulkan posisi agar wajah Suho-ssi bisa terlihat lebih jelas dan kemudian memberikan minum beserta obatnya. Ia meneguk tegukan terakhirnya.
"Suho-ssi, bisa dengar aku?"
"Gyeoul-ah. Kajima (jangan pergi).."
"I'm here. I'm so sorry to make you like this."
"Gyeoul-ah, semua baik aja kan?"
"Sure, kamu hebat. Sehun juga tau itu." Kata gue berusaha memberi apresiasi.
"Hyung, semua baik-baik aja. Ini gue." Kata Sehun meyakinkan kakaknya.
"Suho-ssi, you are safe. Aku sama Sehun akan selalu ada buat kamu."

~~

(Suho's POV)

"Aku sama Sehun akan selalu ada buat kamu." Satu kalimat dari Gyeoul yang bikin gue lebih berani untuk ngelepasin sedikit demi sedikit rasa takut gue. Gue melirik Sehun.
"Sehun-ah," Panggil gue lirih. "You there?"
"Oh, gue selalu di sini hyung." Jawabnya.
Kemudian gue mandang wajah Gyeoul yang ternyata deket banget.
"Gyeoul-ah."
"Hm?" Sahutnya singkat.
"I'm also sorry." Kata gue.
"Sssshh." Dia mengisyaratkan gue buat nggak ngelanjutin dan masih ngusap-ngusap punggung gue. Suddenly I feel like a crybaby who's seeking for a shoulder to lean myself on. Lucky me, I have Gyeoul.

Kemudian dia keluar kamar bareng Sehun setelah merebahkan dan menidurkan gue di kasur.

------

(Gyeoul's POV)

"Sehun-ah. Maafin gue udah lancang." Kata gue sambil menggosok-gosokkan telapak tangan gue.
"Hei, udah ga papa," Sehun nurunin tangan gue. "Yang penting gue tau kakak gue ada di tangan orang yang tepat."
"Gue kira tadi lo juga ga ada." Gue ngelipet kedua tangan gue di atas meja makan dan membenamkan muka gue di atasnya.
"Gue juga salah sih, udah ninggalin kamar Suho hyung dalam keadaan kebuka. Gue buru-buru tadi mau mandi." Terang Sehun.
"Gue nyari pencetan lampu tapi ngga ada. Sampe akhirnya gue denger Suho-ssi manggil-manggil nama lo dan berniat keluar kamar."
"Dia ga suka pake lampu yang terang. Dia ga suka kalo dia bisa liat orang lain dengan jelas di kamar tidur dia. Bahkan selama tidur sama gue, dia selalu membelakangi gue dan kita juga ga pernah tidur di satu ranjang yang sama."
"Ne?" Gue sedikit terkejut.
"Gue tidur di sofa." Kata Sehun singkat.
"Terus lo...?"
"As you can see, I'm totally fine. Karna sepertinya gue belum pernah bisa jadi pelindung yang baik buat dia, yang kaya Hawon hyung atau lo."
"Kalian sama Hawon-ssi saudaraan?"
"Mmm, engga. Tapi ntar deh, gue yakin akan ada waktu di mana lo denger sendiri semuanya dari Suho hyung. Gue kenal kakak gue, dan dia ke lo.." Sehun diam sejenak. "Dia beda."
"Ih jangan bikin gue takut. Beda gimana?"
"Nanti juga lo bakal tau." Sehun lantas tersenyum. "Oh?" Sehun meraih kantong plastik di sebelahnya yang setengah terbuka.
"Kenapa, Hun?"
"Ini mandu yang tadi dia beli. Dia bilang dia udah di jalan pulang dan beliin gue mandu pas gue bilang kalo gue laper." Sehun mengeluarkan lima kotak mandu yang ternyata isinya sudah dingin.
"Eh?" Gue sedikit bergumam karna ngerasa kenal sama kemasannya.
"Eh kenapa juga lo?"
"Nggak, nggak papa." Gue menangkis pikiran gue sendiri.
"Bisa minta tolong lo panasin? Kali-kali bentar lagi dia nongol keluar kamar." Sehun nyodorin mandu-mandu itu ke gue.
"Sini," Jawab gue sambil berdiri dan meraih kotak-kotak mandu itu.
"Eh, icip dulu deh satu." Sehun cengengesan sambil melahap satu buah mandu besar dalam satu gigitan. Dia ketawa ringan.

Because It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang