10

491 37 3
                                    

Pemuda bermarga Jeon itu masih berusaha mencerna apa maksud Jimin tadi. Otaknya serasa mau keluar, sudah sejak 2 jam yang lalu ia duduk di sofa apartementnya itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

Taruhan itu, oh tidak bukan taruhan tapi lebih ke-sebuah kesepakatan secara sepihak. Jungkook tidak bodoh sebenarnya, ia tahu maksudnya apa tapi dirinya menolak untuk percaya.

Dan juga Jimin tadi memanggilnya dengan 'Kamu', bagaimana Jungkook tidak gila coba.

"Arrghh."
Teriak Jungkook frustasi sambil mengusak rambutnya secara kasar.

"Jimin kau membuatku gila, kalau taruhannya seperti itu aku rela deh nyerah sebelum bertanding".
Monolog Jungkook sambil melihat layar handphonenya yang menampilkan gambar dari pria bermarga Park tersebut.

Malam itu Jungkook tidak bisa tidur sama sekali. Seluruh kepalanya terisi oleh Jimin, Jimin, dan, Jimin. Ditambah lagi sebuah fakta bahwa Christian adalah Park Jimin total sukses membuat Jungkook semakin mengagumi sosoknya.

🍑🍑🍑

Sudah empat hari semenjak kejadian di cafe itu, Jungkook tidak tau kabar Jimin sama sekali. Mereka tidak pernah berkirim pesan lagi, dan itu membuat Jungkook uring-uringan selama empat hari terakhir ini.

Seokjin, Hoseok, Taehyung sampai heran dengan keadaanya temannya itu. Setiap hari mereka disuguhi dengan wajah lesu Jungkook yang terlihat seperti orang yang tidak pernah tidur.

Dan hari ini hari ke-lima mereka melihat Jungkook masih dalam keadaan yang sama.

"Jeon kamu kenapa sih, kalo ada masalah cerita deh biar kita nggak bingung gini".

"Iya Kook, Seokjin Hyung malah marahin kita tau nggak. Katanya kita jail ke kamu padahal nggak kan Tae".

"Hooh, Seokjin Hyung ngomel-ngomel tiap hari sampe kepalaku rasanya mau meledak. Kamu kalo ada masalah mending cerita deh Jeon, dua hari lagi lho kamu harus tanding, kalau keadaan kamu kaya gini ya gimana mau menang coba".

"Nggak".
Jungkook menyahut dengan sedikit kesal.

"Hah? Nggak apa Kook, jangan setengah-setengah deh kalo ngomong".

"Aku memang nggak akan menang lawan dia".
Jawab Jungkook seraya memalingkan wajahnya ke gedung fakultas yang ada diseberang sana.

"Apa-apaan, jadi kamu nyerah gitu aja Jeon. Aku memang udah mau tobat sih, tapi kamu nggak harus gini juga kali".

"Nggak ada hubungannya Tae".
Saut Hoseok kesal sambil menoyor kepala Taehyung.

"Lah iya juga ya".
Kata Taehyung sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ckckck, back to topic. Kook kamu kenapa sih, ini pertandingan terakhir tau, kamu udah nungguin dia lama banget buat ngalahin dia. Giliran dianya udah balik kamu malah nyerah gitu aja, ini bukan kamu banget Jungkook".

"Bener kata Hoseok Hyung, ini bukan kamu banget Jeon. Jangan-jangan kamu kesambet ya atau nggak... aaahhh".
Taehyung teriak diakhir kata, tiba-tiba dia kepikiran suatu hal.

"Aduh Tae jangan teriak-teriak dong masih di area kampus tau".
Saut Hoseok sambil membekap mulut Taehyung dengan tangannya.

"Kamu diancam Christian ya Jeon?".
Taehyung bertanya kepada Jungkook setelah bersusah payah lepas dari bekapan Hoseok.

"Berisik".
Jungkook mendengus kesal.

"Beneran kamu diancam dia Kook, tapi bukan dia banget kalo mainnya ngancam ya kan? Lagian mana mungkin dia tau Justin siapa, kan biasanya kontekannya lewat Seokjin Hyung".

[BL] Everything Can Change (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang