02

998 80 5
                                    

Toronto, Kanada

Pemuda bersurai hitam itu turun dari motor sport kesayangannya, dan langsung dihadiahi tatapan memuja dari gadis-gadis yang melihatnya.

Mata sipit, hidung mungil, bibir plum, rahang tegas, dan jangan lupakan tatapan tajam dan dinginnya itu, adalah kombinasi yang pas untuk seorang Park Jimin.

Pria berdarah Asia itu, kini tengah menjadi pusat perhatian semenjak memasuki wilayah kampusnya. Jimin berjalan dengan salah satu tangan yang dimasukkan kedalam saku celana. Sedangkan tangan yang satunya ia gunakan untuk menyibak rambutnya ke belakang.

Begitu sexy, tidak hanya gadis bahkan pria pun yang melihat Jimin selalu terpesona. Seperti ada magnet yang begitu kuat dari dalam diri Park Jimin, sehingga yang melihatnya akan sangat sulit untuk berpaling.

Jimin berhenti tepat di depan perpustakaan kampusnya saat handphonenya berbunyi.

Namjoonie is Calling....

"Hallo".

"Ji kamu dimana, kok di kamar nggak ada?".

"Udah di kampus".

"Lah aku ditinggal, tega kamu Ji aku kan nggak bisa bawa motor kamu. Masa harus pesen taxi".

"Berangkat pake mobil aku aja, hari ini aku bawa motor. Kuncinya aku taruh di atas meja deket TV".

"Ohh, bilang dong dari tadi tumben banget kamu berangkat pagi, kita kan cuma ada kelas siang."

"Mau cari materi di perpustakaan, biar tugasku cepet selesai, aku mau balik cepet ke Korea".

"Oh iya, udah hampir dua tahun aja kita disini, tapi kamu beneran yakin mau balik ke Korea Ji".

"Yakin lah, dan kamu harus ikut".

"Iyaa, dasar sepupu tukang paksa, ya udah aku mau siap-siap dulu".

"Hmm"

Namjoon mematikan teleponnya, dan ketahuilah Jimin bicara banyak seperti ini hanya pada sepupunya itu. Kalau dengan orang lain, jangankan bicara banyak, sekedar menyapa saja tidak mau.

Jimin memang bukan orang yang ramah, dan dia tipe orang yang sangat sulit untuk bergaul. Dan sampai saat ini temannya hanya Kim Namjoon seorang.

🍑🍑🍑

Namjoon berjalan melewati lorong kampus menuju perpustakaan, sesekali pria ber-dimple itu membungkuk menyapa orang yang berpapasan dengannya.

Pemuda Kim itu sangat dihormati di kampus, tidak membedakan senior ataupun junior. Otak jeniusnya selalu bisa membanggakan nama kampusnya. Bahkan dosen disana juga sangat menghormati Namjoon. Dan orang-orang pun tidak segan menyapa balik Namjoon ketika bertemu.

Sangat berbeda dengan Jimin yang merupakan mahasiswa paling populer di kampusnya, bahkan followers akun instagram pria bermarga Park ini mengalahkan selebgram terkenal yang akhir-akhir ini banyak dibicarakan warga Kanada. Padahal Jimin hanya mengunggah satu foto dirinya bersandar di tembok dengan wajah tanpa menghadap kamera. Itupun diunggah tiga tahun lalu, saat Jimin masih di Korea.

Tidak ada yang berani menyapa Jimin karena tatapan tajamnya itu. Lidah mereka seolah kelu hanya untuk sekedar mengatakan 'hai' pada jimin. Tatapan tajam Jimin seolah siap menguliti mereka hidup-hidup. Dan lebih parahnya lagi kenapa mereka begitu mengidolakan sosok Park Jimin yang jelas-jelas jauh dari kata bersahabat itu.

[BL] Everything Can Change (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang