07

690 58 3
                                    

Tepat ketika jam dinding menunjukkan pukul 12 malam, sosok pemuda bernetra gelap itu melangkah masuk ke rumah besar miliknya.

Netranya menangkap siluet seseorang yang terlihat duduk di teras samping rumah, menikmati udara malam dengan sedikit rintik hujan yang belum reda, sedang aroma petrichor menguar diantara daun-daun yang bergoyang tertiup angin.

"Lah Joon, kamu ngapain disini kok nggak tidur?."

"Eh udah pulang Ji, nggak bisa tidur lagi, kamu sih Ji pake bangunin segala tadi."

"Kok nyalahin aku, kan yang nggak bisa tidur kamu."

"Lha iya emang aku yang nggak bisa tidur, gimana sih."

"Gimana sih Joon."

"Gimana apanya Jiji, jangan bikin mikir tengah malem deh."

"Apasih Joon bercanda doang kok, kamu kalo dikasih soal, soalnya belum selesai dibaca aja udah bisa jawab, giliran bercandaan kaya gini aja nggak paham, heran."

"Ya kan beda konsepnya Jiji, mana tau kalo itu tadi bercandaan."

"Kamu sih Joon, hidup itu jangan dibuat terlalu serius."

"Lah yang hidupnya terlalu serius siapa coba, ngaca dong tuan park jimin yang terhormat."

"Iya deh iya, eh Yoongi Hyung belum pulang kan?."

"Belum Jiji, mobilnya belum ada kan, kalau belum ada berarti belum pulang."

"Udah tau kali, nggak usah dijelasin juga."

"Lagian kamu nanya kan Ji, ya udah aku jawab."

"Itu namanya basa-basi Namjoon, biar sedikit menambah bahan obrolan."

"Lah sejak kapan Ji kamu suka basa-basi, biasanya serius mulu, lagian muka kamu itu sama aja."

"Muka aku kenapa, sama aja apanya?."

"Sama aja, nggak ada bedanya, mau lagi marah kek, seneng kek, serius atau apalah, ya kaya gitu aja, mau tau nggak Ji muka kamu tuh kaya apa?."

"Apaan?."

"Tuh tembok di kamar kamu, putih, mulus, lempeng banget lagi, persis kaya kamu."

"Apasih Namjoon masa aku disamain sama tembok."

"Lha emang kenyataannya, btw gimana di cafe tadi, nyesel aku nggak ikut."

"Yeehh tadi sih sok-sok an nggak mau ikut, nyesel kan mampus. Masih sama aja seperti dulu, nggak ada yang berubah."

"Ya kan aku nggak tau Ji, besok kesana yuk, malem tapi soalnya aku ada kelas sampe sore."

"Kesana tinggal kesana aja, ngapain ngajak aku coba, itu juga cafe kamu Namjoon, kan dulu kita yang ngurus berdua."

"Aku kan cuma membantu bukan pemilik Jiji, malu lah kesana kalo nggak sama kamu."

"Apasih, pelayan disana juga pada tau kali sama kamu, kan aku udah bilang tadi nggak ada yang berubah, pelayannya pun masih sama kaya yang dulu."

"Ya tetep aja, kan aku kesana selalu sama kamu Ji."

"Ya ampun Namjoon, ya udah besok kesana."

"Nah gitu dong Ji, udah malem nih dingin lagi disini, masuk gih tidur, besok ngampus berangkat pagi, jangan ngaret males banget aku ngebangunin kamu Ji."

"Ya udah kamu juga tidur, eh Joon tadi aku ketemu orang masa."
Ujar Jimin sambil melangkah masuk menuju kamar tidurnya.

"Ya jelas lah ketemu orang, kan kamu ke cafe tadi."

"Bukan gitu, tadi di cafe aku ketemu orang pas di toilet, dia kayanya nggak sengaja nabrak aku."

"Kok kayanya?."

"Mukanya shok gitu tadi, kaya udah pernah liat aku."

"Oohh, kan semua orang juga shok Ji pas pertama kali liat kamu."

"Masa?."

"Lah pake nanya lagi, tsk tsk."

"Tapi dia beda, matanya bulet banget, giginya mirip kelinci, lucu."
Kata Jimin sembari menutup pintu kamarnya.

"......"

Namjoon yang ditinggal Jimin masuk ke dalam kamar hanya bisa mencoba mencerna apa arti dari kalimat yang diucapkan sepupunya barusan.

🍑🍑🍑

Seorang Jeon Jungkook tidak pernah menyangka jika dirinya telah bertemu dia, secepat ini. Baru kemarin Taehyung menceritakan sosoknya, yang digambarkan begitu menyeramkan.

Tapi Taehyung tidak salah kok, memang betul itulah keadaanya, tatapan matanya benar-benar menusuk layaknya jarum yang menembus kulit Jungkook saat itu juga.

Seseorang itu yang telah mengambil hati Jeon Jungkook dengan tanpa permisi, mustahil memang jatuh hanya dengan melihat fotonya saja, bahkan cuma sekali.

Jungkook tidak pernah seperti ini sebelumnya, seperti orang gila, tidak pernah berhenti tersenyum sejak meninggalkan cafe tadi, dipikirannya cuma ada dia, dia, dan dia.

Dan hingga saat ini pun, di apartement mewahnya ini, seorang Jungkook tak henti-hentinya menatap ponsel itu, yang menampilkan gambar seorang pemuda manis dengan senyum seperti bulan sabit.

Tuhan itu tidak berwujud, dan juga tidak punya hati seperti layaknya manusia, tidak punya nafsu dan juga tidak punya perasaan. Tapi Jungkook yakin, Tuhan menciptakan sosok itu dikala hatinya benar-benar bahagia, menciptakan sosok yang menurutnya begitu sempurna, tanpa cela.

Sudah sekian lama Jungkook tidak pernah sebahagia seperti sekarang ini, hari-harinya yang lalu terasa begitu sangat monoton, tidak pernah berubah, dan ya biasa-biasa saja.

Hingga sosok itu datang tanpa diundang. Sosok yang menurut Jungkook segalanya, dia cantik, tidak ramah, terkesan angkuh tapi berwibawa, dan jangan lupakan tatapannya yang membuat Jungkook jatuh untuk kesekian kalinya.

Ya pemuda manis itu, Park Jimin.

Ya benar Park Jimin yang telah mengobrak-abrik hati seorang Jeon Jungkook.

Jeon Jungkook pemuda berandalan yang ditakuti semua orang.

Jeon Jungkook yang dengan sangat lancang telah mencintai sosoknya yang bahkan baru bertemu satu kali, itupun tidak disengaja.

Ya Jeon Jungkook yang tidak tau malu, dan semakin tidak tau malu.




























Hallo Mina,
I'm back,
Maaf banget ya aku updatenya lama banget,
Selamat membaca, semoga suka, dan jangan lupa kritik dan sarannya.

021020

[BL] Everything Can Change (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang