Jangan merasa paling tinggi. Karna di atas langit masih ada langit.
💻💻💻Lulu merasa bingung dengan tatapan para siswi SMK Raja ini kepadanya. Mengapa mereka semua menatapnya seolah-olah dirinya adalah buronan? Ada apa ini?
Meskipun Lulu di tatap seperti itu, ia masih setia memasang wajah andalannya, datar tanpa ekspresi apapun.
Berjalan dengan langkah santai dan tatapan yang begitu tajam menyorot ke depan seraya melewati koridor sekolah. Sampai suara lirih namun menusuk ke dalam telinga Lulu dengan lancar membuat langkah kakinya terhenti.
"Cih, dasar JALANG. Sekali jalang tetap jalang. Gak nyangka gue."
Ia menoleh ke arah sumber suara berasal. Orang yang di tatap pun menunduk takut dan merutuki mulut yang berbalut lipstik menornya dengan kesal.
Lulu mendekat ke arah orang itu. Semua orang yang berada di koridor pun merasakan aura menusuk dan dingin secara bersamaan dari Lukita Hanasta hingga membuat semua orang bergidik ngeri.
"Kak, maafin temen aku, ya. Emang kadang-kadang mulutnya suka nggak di filter dulu." Suara lembut menginterupsi Lulu.
Lulu memandang perempuan berambut panjang lurus itu sekilas. Lalu ia kembali memandang perempuan berbibir menor itu kembali.
Perempuan yang sedang ia tatap masih menunduk takut. Lulu terkekeh pelan. Ternyata orang yang telah mengatainya jalang ini mempunyai mental kerupuk. Hanya berani di belakang.
"Dasar mental krupuk," sindir Lulu membuat perempuan itu menggeram kesal.
"MAKSUD LO APA HAH!" teriak perempuan itu saat mendengar perkataan Lulu yang sedikit menyentil hatinya.
"Ndah, udah yuk. Mendingan kita ke kelas aja," kata temannya yang sudah mulai khawatir.
"Pengecut. Itu lo!" sahut Lulu dengan tatapan tajam.
"LO YANG JALANG! SEMUA ORANG JUGA TAHU, KALAU LO, JALANG!" pekik Indah tidak terima.
Raut wajah Lulu tidak mengekspresikan apapun. Lalu tatapannya beralih ke salah satu siswi yang sedang membenarkan letak jilbabnya dengan mengandalkan cermin kecil di tangannya.
Ia memanggil orang itu dengan nada biasa saja. "Mel."
Orang yang dipanggil pun menoleh ke arah Lulu. Ia mengerutkan dahinya. Tumben-tumbenan tetangga judesnya itu memanggilnya. "Apa?" tanya Melin dengan malas.
Lulu mengkode Melin untuk mendekat ke arahnya dan ia hanya bisa mengiyakan saja.
"Pinjem," ucap Lulu ketika Melin sudah ada di hadapannya. Otak Melin mendadak ngelag. Ia masih belum konek dengan ucapan Lulu.
Sedangkan kedua adik kelas Lulu yang tadi berbicara dengannya hanya bisa menyaksikan pembicaraan Lulu dengan Melin.
Semua orang yang ada di sana pun bingung. Mereka heran, mengapa tidak ada adegan jambak-jambakan sih? Kan, jadi tidak seru pagi ini jadinya.
Lulu menghela napas pelan. Ia menatap cermin berukuran kecil yang ada di tangan Melin. "Kaca," tunjuk Lulu. Lalu detik selanjutnya Melin paham maksud kakak kelas sekaligus tetangga judesnya ini.
Melin menyerahkan cerminnya ke tangan Lulu. Lalu Lulu meraih tangan adik kelasnya yang bernama Indah dan meletakkan cermin itu kepadanya.
Indah tampak bingung. Rasa kesalnya menguap entah kemana. Semua memandang ke arah Lulu. Tercetak jelas di wajah mereka bahwa sekarang sedang menahan rasa penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halu (ON GOING)
Подростковая литература"Kencannya sama laptop terus, nih? Sama akunya kapan?" Bagaimana reaksi kalian jika orang yang kalian suka secara diam-diam malah mendekati kalian secara tiba-tiba? Apakah kalian merasa senang? Terkejut atau malah bingung? Mungkinkah semua yang te...