💻💻💻
Lulu menatap sebal ke arah ponselnya. Mimpi apa ia memiliki sepupu yang tidak ada akhlak seperti Ubay itu.
Tiba-tiba telfon, lalu tiba-tiba di matikan sambungannya begitu saja.
"Gak jelas!"
Lulu melangkah ke arah rak yang berisi makanan. Setelah berbincang sedikit dengan sang Mama, Lulu memang memutuskan untuk pergi ke supermarket guna mencari makanan dan juga inspirasi untuk novelnya.
Setelah selesai dengan barang belanjanya, Lulu pun keluar dari Supermarket tersebut.
Berjalan santai sembari memakan coklat yang tadi ia beli di supermarket. Tidak lupa earphones yang selalu menempel di telinga Lulu.
Jarak rumah Lulu dengan supermarket memang terbilang cukup dekat. Jadi, ia merasa aman-aman saja jika berjalan sendirian di malam hari seperti ini.
Bersenandung kecil seraya mengikuti lirik lagu membuat Lulu merasa lebih rileks.
"Oh, jadi ini ceweknya Daffin. Oke, juga."
Samar-samar Lulu mendengar suara itu. Ia melirik dan menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari di mana sumber suara berasal.
"Kita di sini."
Ternyata suara itu berasal dari belakang tubuh Lulu. Lulu membalikkan tubuhnya. Manatap tiga pria berpakaian serba hitam yang sedang menatapnya itu dengan wajah datar.
"Kalian ngomong sama gue?" tanya Lulu pada ketiga pria itu.
"Iya. Lo kira kita ngomong sama siapa selain lo, hah!"
"Kirain ngomong sama angin." Lulu masih memasang wajah datar. Meski dalam hati ia sudah mulai was-was. Terlebih lagi ia sama sekali tidak pandai bela diri. Pernah ikut ektra silat, namun ia keluar begitu saja ketika baru saja mengikuti satu pertemuan.
Sekarang Lulu menyesal karena sudah keluar dari ekstrakurikuler tersebut. Lalu sekarang bagaimana caranya Lulu melawan tiga pria jelek yang ada di depannya ini!
"Eh, bocah! Berani-beraninya lo sama kita. Gue hajar baru tahu rasa lo." Pria dengan tindik satu di telinga sebelah kirinya itu menatap Lulu dengan tatapan tajam.
"Gue gak takut sama banci jelek kaya kalian. Kalian kira gue cewek apaan yang takut sama cowok cuman modal ngomong doang!" seru Lulu dengan lantang seolah dia benar-benar berani menghadapi ketiga pria asing itu.
Lulu sudah bertekad untuk tetap rileks dan tidak merasa takut dalam kondisi seperti ini.
Diam-diam Lulu melangkahkan kakinya mundur ke belakang. Dia berniat ingin kabur dari orang aneh nan mengerikan ini dengan segera.
"Gak usah banyak omong! Cepat tangkap cewek itu!"
Lulu dengan segera berlari dengan cepat dan meninggalkan orang itu yang masih terdiam di tempat. Sejujurnya ia tidak tahu, mengapa orang-orang itu ingin menangkapnya. Namun yang pasti, Orang-orang itu ada hubungannya dengan Daffin yang tidak lain adalah teman sepupunya, Ubay.
Terus berlari tak kenal arah, membuat napas Lulu tersenggal-senggal. Ia sudah tidak kuat untuk berlari. Meminta tolong pun percuma, karena jalanan yang sedang ia lewati ini sangat sepi.
Tidak! Lulu harus kuat. Ia harus cepat-cepat sampai menuju rumahnya. Namun, hal yang ia inginkan sepertinya hanya semu dan hanya ada di dalam benaknya saja. Karena nyatanya, ia sudah di hadang oleh orang-orang jelek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halu (ON GOING)
أدب المراهقين"Kencannya sama laptop terus, nih? Sama akunya kapan?" Bagaimana reaksi kalian jika orang yang kalian suka secara diam-diam malah mendekati kalian secara tiba-tiba? Apakah kalian merasa senang? Terkejut atau malah bingung? Mungkinkah semua yang te...