Musuh itu berbagai macam jenisnya. Jadi berhati-hatilah. Karena hanya diri kita sendiri yang dapat kita percaya.
💻💻💻
Pandangan Lulu lurus ke depan. Menatap orang-orang yang sedang berlalu lalang di parkiran sekolah.Ia sedang memikirkan sesuatu. Begitu banyak yang janggal untuk hari ini. Hanya perasaan Lulu saja atau memang ada sesuatu hal yang tidak Lulu ketahui.
Pikirannya menerawang pada kejadian tadi pagi yang di mana semua murid memandangnya penuh arti yang Lulu artikan sebagai pandangan benci. Hingga di susul dengan Indah yang menyebutnya sebagai jalang dan berakhir Gilsha yang datang ke kelas Lulu bersama teman-temannya.
“Lo ngapain ngelamun gitu?” Suara milik Jay membuat Lulu kembali tersadar dari lamunannya.
“Nggak.” Lulu menggeleng tegas dan menyangkal pernyataan yang Jay lontarkan. Ia tidak ingin Jay tahu bahwa dirinya sedang memikirkan kejadian hari ini.
“Lo ada masalah? Atau lo lagi mikirin kejadian hari ini di sekolah? Kalau memang Iya lo mikirin itu, gue harap lo cuekin aja. Mereka cuman iri sama lo,” ucap Jay.
Lulu tidak menanggapi ucapan Jay. Ia sedang sibuk menatap ke sembarang arah guna mencari sosok yang ia cari.
“Buang waktu,” desis Lulu yang sudah mulai kesal karena Syifa yang belum juga datang.
“Hah? Lo ngomong apa, Lu?” tanya Jay. Ia sama sekali tidak mendengar apa yang barusan Lulu katakan.
Lulu menatap jam tangan bewarna coklatnya. Ia menghembuskan napasnya pelan. “Mau sampai kapan kita harus nunggu di sini?”
Jay terdiam. Lalu ia menatap jam tangannya. “Kita tunggu lima menit. Kalau tuh nenek cempreng gak nongol-nongol juga, kita pulang.”
Lulu mengangguk. Ia akan lebih bersabar lagi untuk menunggu Syifa. Hingga suara milik seseorang menginterupsi mereka berdua.
“Hai. Belum pulang?”
Nendar mendekat ke arah Lulu. Lulu menggeleng guna menjawab ucapan Nendar. Sedangkan Jay sudah mencibir dan menatap Nendar sinis.
“Ngapain lo ke sini? Jauh-jauh sanah!” sinis Jay yang sudah memasang wajah sebal.
Nendar tidak menggubris. Orang itu malah menatap Lulu dengan intens.
Lulu yang sedang ditatap seperti itu ia hanya cuek saja dan malah mendengarkan lagu melalui earphone miliknya seraya menatap sekitar tempat parkir sekolah.
“Lo lebih baik pergi dari sini. Gak ada hal penting, kan?” Jay mengusir Nendar dengan gamblang. Bukannya apa. Jay hanya tidak ingin sahabatnya—Lulu ini mendapat masalah lagi jika harus berurusan dengan pria berhodie putih yang ada di depannya ini.
“Ada.” Nendar berucap singkat tanpa mau mengalihkan pandangannya ke arah Jay dan masih menatap Lulu dengan intens.
Jay mencibir dalam hati. Tidak tahukah pria yang ada di depannya ini jika sedari tadi pandangan para murid yang sedang berada di parkiran sekolah sedang menatap ke mereka.
Jika Lulu sadar dirinya sedang menjadi pusat perhatian. Sudah dipastikan Lulu akan menarik tangan Jay dan memintanya untuk segera pergi dari sana agar tidak menjadi pusat perhatian.
Namun, sepertinya Lulu sedang tidak ngeh. Jay membuka ponselnya. Ada pesan masuk dari Syifa.
Nenek Cempreng🐒
|Jay, lo sama Lulu duluan aja dulu ke cafe. Nanti gue nyusul.
|Gue masih lama soalnya.
|Sorry 🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Halu (ON GOING)
Teen Fiction"Kencannya sama laptop terus, nih? Sama akunya kapan?" Bagaimana reaksi kalian jika orang yang kalian suka secara diam-diam malah mendekati kalian secara tiba-tiba? Apakah kalian merasa senang? Terkejut atau malah bingung? Mungkinkah semua yang te...