“Turun.”
Dahi Lulu mengkerut dalam. Menatap sekelilingnya yang tampak familiar di matanya.
“Kenapa diem? Cepet turun dari motor gue,” sentak pria bermata sipit yang ada di depannya ini.
Dengan ragu Lulu turun dari motor ninja bewarna hitam itu. Menatap orang itu heran. Lalu tanpa adanya sopan santun. Pria itu pergi begitu saja dari hadapan Lulu bersama motornya.
Lulu menatap orang itu yang kini mulai menjauh dan menghilang tertelan oleh jarak. “Orang aneh,” gumam Lulu lalu masuk ke dalam rumahnya.
Disisi lain, beberapa anak remaja yang masih mengenakan pakaian seragam yang terdapat logo singa dan tulisan SMA Lion School ini sedang berkumpul.
“Daffin mana?” tanya Adit seraya memakan nasi goreng kesukaannya itu.
Ubay yang sedang memainkan ponsel milik Nugraha pun menyahut, “Jemput sepupu gue.”
“Kenapa bukan, lo?” Bisma menatap Ubay bingung.
Nugraha yang baru saja kembali dari toilet, tiba-tiba saja menyahut, “Tadi siang anak-anak futsal disuruh kumpul dulu buat bahas lomba minggu depan yang bakal di selenggarakan di sekolah sebelah. Jadi, si Ubay nyuruh si Daffin buat jemput sepupunya.”
Adit dan Bisma mengangguk paham. Meletakan ponselnya di atas meja, Bisma kini menatap para sahabatnya serius.
“Gue mau ngomong sesuatu ke kalian.”
Semua mata kini tertuju ke arah Bisma yang sedang menatap mereka dengan serius.
“Mau ngomong apa?” tanya Nugraha, mewakili para sahabatnya yang sudah mulai penasaran.
“Keliatannya serius.” Ubay menimpali. Sepertinya ada hal serius yang akan dikatakan oleh Bisma.
“Tunggu Daffin ke sini,” balas Bisma.
💻💻💻
Kini sudah terjawab semua atas pertanyaan yang besarang di pikiran Lulu mengenai kejanggalan yang akhir-akhir ini ia alami.
Tentang mengapa orang-orang menatapnya penuh benci dan tentang mengapa beberapa dari mereka yang menyebut Lulu sebagai perempuan yang tidak benar.
Sekarang Lulu tahu alasannya. Namun yang Lulu sekarang tidak mengerti adalah apa alasan kedua sahabatnya itu menyembunyikan gosip sampah itu dari Lulu?
Jika Melin tidak memberitahu gosip itu kepadanya tadi pagi di perpustakaan, mungkin saja selamanya Lulu tidak tahu.
Menatap layar laptop yang menampilkan sederet tulisan dengan tatapan kosong.
Menghela napas pelan. Lalu ia memasukan kembali coklat ke dalam mulutnya.
“Assalamualaikum,” salam seorang wanita paruh baya.
Lulu menoleh ke arah pintu kamarnya yang sudah terbuka dan menampilkan sosok wanita yang paling ia sayang.
“Mama.”
Denita tersenyum tipis saat mendengar gumaman putri satu-satunya itu. Sudah lama sekali ia tidak mendengar kata itu dari mulut anaknya.
Terlalu sibuk bekerja membuat Denita kehilangan banyak waktu bersama dengan anaknya.
Berjalan ke arah ranjang sang putri lalu duduk di tepi ranjang. Menatap sang putri dengan tatapan rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halu (ON GOING)
Novela Juvenil"Kencannya sama laptop terus, nih? Sama akunya kapan?" Bagaimana reaksi kalian jika orang yang kalian suka secara diam-diam malah mendekati kalian secara tiba-tiba? Apakah kalian merasa senang? Terkejut atau malah bingung? Mungkinkah semua yang te...