𝟓. 𝐆𝐨𝐦𝐛𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐑𝐞𝐜𝐞𝐡

66 22 5
                                    

Kalau bisa dua-duanya kenapa harus milih salah satu?

💻💻💻

Suara seruan terdengar sangat jelas di telinga Ubay. Mendengar suara tawa menggelegar, ia tahu siapa si pemilik tawa itu.

Ubay mendekat ke arah dimana teman-temannya berada. “Assalamu'alaikum,” salam Ubay kepada teman-temannya.

Seketika teman-teman Ubay menghentikan tawanya. Mereka menatap Ubay lalu membalas salamnya, “Waalaikumsalam.”

“Habis dari rumah sepupu lo?” tebak Adit, teman Ubay yang sedang sibuk dengan makanannya.

Ubay duduk di samping Daffin yang sedaritadi hanya diam dan terus memperhatikan teman-temannya bercanda tanpa berminat untuk nimbrung.

Ubay mengangguk. “Iya, tadi malem gue nginep di sana,” kata Ubay seraya menyeruput minuman milik Adit dan sang pemilik minuman belum sadar jika susu hangatnya sudah habis tak tersisa oleh Ubay.

Pria yang sedari tadi memainkan ponselnya pun mendongak dan menatap teman-temannya. “Kayaknya warungnya Mang Dadang harus di renovasi, deh.”

“Kenapa emangnya?” tanya Adit santai seraya memasukan satu sendok nasi goreng kemulutnya.

“Soalnya nih warung kurang afdol kalau belum ada kasurnya gitu,” ceplos Bisma yang berhasil mendapat jitakan dari Adit.

“Dasar kang kebo,” ucap Adit.

Tak mau kalah, Bisma pun menyahut, “Dari pada lo? kang Ghosting!”

“Kang kebo kerjaannya cuman tidur kalau enggak main uler-uleran di HP,” ujar Adit kepada Bisma.

Bisma yang masih tak mau kalah pun menyahut lagi, “Dari pada lo? Kerjaannya cuman gantungin perasaan anak orang.”

Adit menatap Bisma sinis. “Ganteng doang tapi nggak pernah mandi.”

“Ganteng doang, giliran di minta kepastian malah diem,” balas Bisma dengan santai seraya bermain game di ponselnya.

Adit yang mendengar itu hanya diam. Lagi-lagi ia telah kalah telak dengan si Bisma.

Ubay yang sudah biasa melihat perdebatan dari sahabatnya itu hanya bisa menggeleng kepala. Seperti suatu rutinitas yang harus dilakukan oleh Adit dan Bisma jika bertemu.

Berbeda dengan Ubay, Daffin malah merasa jengah dengan kelakuan kedua sahabatnya itu. Ia merasa seperti orang waras yang sedang berada di tengah-tengah orang sedeng.

Tiba-tiba ada notif dari ponsel Daffin. Ia melihat isi pesan itu. Daffin menoleh ke arah Ubay yang ada di sampingnya. “Gue cabut dulu,” kata Daffin singkat seraya mengambil kunci motornya di meja.

Bisma melihat Daffin akan pergi pun bertanya, “Mau ke mana? Buru-buru amat.”

“Supermarket,” jawab Daffin singkat.

Mereka semua mengangguk singkat dan membiarkan Daffin pergi dari sana.

“Eh, anjir! Minuman gue mana? Kok gelasnya kosong?” seru Adit dengan wajah paniknya. Ia baru sadar jika minumannya sudah habis tak tersisa.

Ubay Sang pelaku hanya bisa terkekeh geli. “Di minum sama Daffin tadi,” kata Ubay membuat Adit menghela napas pelan. Ubay tahu jika temannya ini tidak berani dengan Daffin Maleakhi.

Halu (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang