ARGALEA : 02

134 25 37
                                    

“Kalau Mama berpesan sama Lea, Lea harus dengerin Mama. Matiin musiknya. Mama mau bilang.”

Lea mematikan lagu Paradise dari EXO di laptopnya. “Zaman Mam Ale hamil Lea aja suka banget dengerin ini. Meskipun Lea masih embrio, Lea bisa denger tau! Huh, nggak adil!” cibir Lea dan mendapat jitakan legend Ale di bibirnya.

“Serius, Leana. Besok Mama kan udah nggak di rumah, Mama mau pesen sama kamu. Ingetin Argan buat rutin ke Dokter Teraza, buat minum obatnya, dan jangan ngerepotin Argan. Ngerti?”

“Dih, harusnya Mam Ale pesen sama Kak Argan dong! Itu kan urusannya Kak Argan.”

“Lea, jangan lupakan fakta kalau Argan jadi fobia keramaian itu karena—”

Lea menutup mulut Ale dengan cepat cepat, ia berkata lirih, “Oke. Lea janji.”

Lea melepaskan pelukan Argan setelah cukup lama mereka berpelukan. Felix dan Dokter Teraza mendekat, perempuan itu pun membenarkan posisi duduk Argan dan turut duduk di samping kekasihnya. Sementara Lea berdiri di sebelah Dokter Teraza.

“Mungkin, cara ini masih terlalu berat untuk kamu, Arganta. Tidak papa, pelan-pelan saja. Apa yang kamu rasakan sekarang? Jauh lebih tenang?” tanya Dokter Teraza memeriksa Argan, pria berkepala tiga itu juga sempat melirik Lea yang tiba-tiba datang dan memeluk kakaknya itu.

Argan bersembunyi di lengan kanan Felix. Ia mengangguk jujur, membuat semua pandangan menuju ke arahnya, termasuk Felix.

“Ah, tentu saja tenang. Ada Felix di sini. Jangan lupakan undangan untuk saya nanti,” sambung Dokter Teraza bergurau, mengurangi suasana canggung yang terjadi.

“Hehe, bisa saja Dokter. Saya pikir, apa sebaiknya Argan mengonsumsi obat untuk sementara dulu?” tanya Felix, tangannya masih dijadikan pelukan oleh Argan.

Dokter Teraza terkekeh. “Bukan sementara lagi, Felix. Dia sudah lama mengonsumsi obat itu. Tapi ini bisa membaik dengan perlahan seperti yang saya bilang. Saya akan buatkan resepnya, namun, ini mungkin memiliki efek yang lebih. Jadi, hati-hati dalam meminumnya. Oh, ya. Argan setelah pulang harus beristirahat, jangan banyak keluar dan melihat keramaian.”

Felix mengangguk, Argan memintanya untuk ke mobil bersama dan meminta Lea untuk menerima obatnya. Sekarang, hanya Lea dan Dokter Teraza yang berada di ruangan dominan gelap itu. Sebelum benar-benar memberikan resep kepada Lea, Dokter Teraza berbicara beberapa kalimat.

“Saya ini mengenal ayah kalian lebih dari lima belas tahun. Dan mohon maaf, Arganta itu ... apakah bukan kakak kandung kamu? Saya menemukan sedikit titik terang, Leana.”

Lea mengangguk. “Kita memang bukan saudara kandung, Dokter. Tapi udah lama kita melupakan fakta itu karena terlalu sering bersama. Apalagi Mama dan Papa sedang berada di Macau. Meskipun begitu, Kak Argan menjaga Lea dengan sangat baik. Kak Argan itu—”

“Benar-benar seperti yang saya duga. Titik terangnya ada di kamu. Jadi,—”

Ucapan Dokter Teraza terpotong saat Felix tiba-tiba datang. “Maaf, Dokter! Lea, ayo pulang sekarang! Argan minta kamu turun sekarang,” lapor Felix sambil menarik Lea. Mau tak mau Lea pun meninggalkan Dokter Teraza dan melewatkan kalimat dokter itu.

Dokter Teraza menghela napasnya. Ia di ambang keraguan.

🎨

Argan menatap Lea lama. Adiknya itu sebenarnya gadis atau bukan? Makan bersuara, berkali-kali sendawa, bahkan tak segan-segan menambah porsi. Ia sudah tidak heran, hanya saja yang selalu menjadi pertanyaannya adalah; Lea tidak pernah gendut dengan porsi makan kuli setiap hari.

ARGALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang