Prolog

6.2K 399 11
                                    

Matahari bersinar seolah menyambut hari yang cerah. Seorang remaja lelaki masih meringkuk di atas kasurnya seolah tidak mengindahkan sang surya.

Byurr

Siraman air mengenai sosok remaja yang sekarang telah membangunkannya dari mimpinya yang indah. Remaja tersebut menatap sosok ibu paruh baya yang menyiramnya tadi.

"Bangun dasar anak tidak tahu diuntung!"

Remaja itu hanya menundukkan kepalanya sembari menatap sosok yang didepannya. Tidak ada jawaban dan segera bangkit menuju kamar mandi.

"Jika tahu anak itu tidak berguna aku tidak akan melahirkannya."

Sosok paruh baya tersebut pergi untuk bekerja tanpa memperdulikan sang anak yang sekarang sedang menangis dalam diam.

Disisi lain

Sosok remaja masih bergulat dengan kasurnya tidak memperdulikan sinar matahari telah mengenainya. Tidak ada yang peduli untuk membangunkannya, kecuali satu orang.

"Ren! Bangun ini sudah pagi mau jadi apa kamu!"

Remaja tersebut tetap tidak peduli dan masih saja melanjutkan tidurnya seolah tidak ada yang bisa membangunkannya dari mimpinya yang indah.

"Ren! Bangun ini sudah jam 7 kamu setengah jam lagi masuk sekolah!"

"Apaan sih pa?! Bacot bener nggak tau apa anaknya lagi ngantuk! Coba papa pikir kalo aku bangunin papa pagi-pagi kesel nggak? Ren cuman mau tidur dengan tenang papa seenak jidat bangunin Ren!"

Sosok remaja tersebut yaitu Ren, alasan para pembantu tidak ada yang membangunkannya yaitu karena mereka tidak mau mendengar kicauan Ren yang tidak ada hentinya.

"Kalau kamu nggak bangun sekarang juga papa nggak akan kasih kamu uang jajan sebulan!"

Ancaman sang papa yang tidak main-main membuat sang anak menggerutu.

"Dasar papa durjana bisanya ancam mulu!"

***

Ren menatap sosok didepannya sambil menampilkan senyum menawannya.

"Waw ganteng banget gue."

Ren berpakaian seperti anak sekolahan lainnya tetapi ada yang membedakan dia dengan siswa lain. Ia berpakaian dengan baju yang tidak dimasukkan, kancing baju dibuka yang hanya menampilkan kaos dan dasi diikat ditempat ikat pinggang.

Ren turun menuju meja makan yang sudah ada papanya yang sudah menyajikan makanan di meja.

"Pagi pa!" Seru Ren sambil cengengesan.

Papa Ren menatap anaknya dari atas sampai kebawah lalu geleng-geleng kepala.

"Kamu itu mau sekolah atau tawuran bajunya nggak rapi gitu. Cepat rapikan dengan benar!"

Ren mendengus mendengar ucapan sang papa karena menurutnya orang yang seperti itu terlalu katrok.

"Apaan sih pa! Ini namanya trend pa!"

Papa Ren menatap tajam sang anak lalu melanjutkan makannya yang telah tertunda. Papanya Ren cuman diam karena menurutnya Ren itu sangat susah dinasehati.

Ren dan papanya diam menikmati sarapan pagi tanpa kegaduhan. Sebab itu sudah aturan keluarganya untuk makan dengan diam.

Ren memakan nasi goreng karena menurutnya sarapan pagi itu harus diisi dengan makanan yang berat kalau tidak ia akan lesu saat berada disekolah sebab kelaparan.

Ditempat lain

Sosok remaja menggeledah dapur namun yang didapat hanya berisi kulkas dan lemari yang kosong.

Kenapa ia tidak mencari dimeja makan? Karena sang ibunya tidak sudi untuk memasakkan untuknya, peduli saja tidak apalagi memasak untuknya.

Remaja tersebut menatap nanar meja makannya pagi ini ia terpaksa lagi untuk tidak sarapan.

"Kapan ibu berubah," gumamnya.

Remaja itu memasang tas dipundaknya dan pergi ke sekolah. Selama diperjalanan ia menatap motor yang berlalu lalang dan sebuah keluarga yang dimimpikannya.

***

Mohon dukungannya manteman :v
Ini pertama kalinya aku buat cerita
Moga-moga bagus dan tertarik ya :v

LUKA [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang