Bagian 28

5.5K 294 6
                                    


📍 HARI KETIGA  📍

Sama dengan hari-hari sebelumnya. Kendrick akan mengajak gue untuk selalu bersamanya.

Tapi kalian sadar nggak sih, dia minta gue berada terus disampingnya. Tapi nyatanya, dua hari ini dia sibuk dengan urusannya sendiri.

Di hari pertama, dia sibuk dengan berkas-berkas yang ada dihadapannya. Di hari kedua, dia sibuk dengan mobilnya yang rusak dan mengisi sepanjang harinya di bengkel.

Ntah kalau hari ketiga ini. Apa Kendrick bakal ninggalin gue lagi seperti hari-hari sebelumnya atau tidak?! Hanya Allah yang tau. Byee!!

"Hari ini saya akan mengajak kamu ke tempat yang dulunya ramai tetapi sekarang sepi karena kondisi dunia."

"Ha?! Maksudnya?"

"Sudah ikuti saja." Jawab Kendrick yang berjalan lebih dulu.

Gue mengernyit dan menyamakan posisi jalan gue dengan Kendrick.

"Mall?" Tanya gue yang tidak pernah mengunjungi mall ini sebelumnya. Karena gue tipikal orang yang jarang hangout bareng teman. Gue lebih suka berdiam diri di rumah, cerita dengan bang Ben. Kadang bang Ben main gitar, gue vokalis, ya meskipun suara gue kayak tikus tercepit.

Tetapi kalau teman-teman gue ngajak keluar. Gue ikut. Itu pun palingan duduk di warung biasa atau angkringan yang biaya makanannya cuma sepuluh ribu doang.

Kendrick berdehem. "Boleh saya menggenggam tangan kamu?" Tanya Kendrick setelahnya.

"Ha?! Bo-boleh!"

Lalu Kendrick menyatukan tangan gue dengan tangannya.

Gue menggigit bibir bawah. Grogi.

"Jilbab kamu jangan pernah dilepas yaa. Masker jugaa." Bisik Kendrick setelahnya.

"Ha?! Iy-iyaa."

Kendrick tersenyum kecil. Kami berjalan dengan tangan yang menyatu.

Kami memasukki mall lalu membeli tiket untuk menonton film bioskop.

"Emangnya masih boleh nonton bioskop yaa, Pak?" Tanya gue.

"Boleh, asalkan mematuhi protokol kesehatan."

Gue mengangguk paham.

"Oh iya, saya lupa. Kita harus membawa makanan dan minuman secara pribadi. Tidak boleh beli dari sini."

"Terus bagaimana, Pak? Filmnya dimulai sepuluh menit lagi."

"Tenang!" Lalu Kendrick mengeluarkan ponselnya. Ia melepaskan tangan gue dan dirinya yang terpaut.

"Wa'alaikumussalam, Pak. Bisa tolong saya untuk membeli cemilan dan minuman botol di supermarket lalu antar ke mall ***. Karena saya lagi disana bersama istri saya. Sepuluh menit lagi film-nya akan dimulai."

"....."

"Siap, Pak. Terima kasih, Pak."

Kendrick mematikan sambungan telponnya secara sepihak.

"Boleh saya pegang lagi tangan kamu?"

"Bo-boleh, Pak."

Kendrick menyatukan kembali tangan kami yang sempat terlepas.

Gue tersenyum kecil dibuatnya. Entah mengapa, gue senang banget. Jujur, gue jarang nemuin cowok yang minta izin dulu megang tangan gue. Biasanya teman-teman tongkrongan gue langsung nemplak-nemplok aja, nggak pernah izin.

I LOVE U, YOUNG LECTURER!! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang