Chapter 9 - Imajinasi

651 204 16
                                    

Kedatanganku dan Hugo yang baru saja berlari dengan kecepatan penuh dari atap, sukses membuat teman-teman di lantai satu kebingungan.

"Cepat beritahu para warga! Ada beberapa ekor ular raksasa mendekat!" seruku. Hal itu membuat semuanya panik, bahkan yang sedang memasak di dapur menghentikan kegiatannya.

Kami semua berlari ke luar gedung menuju pemukiman penduduk. Rumah-rumah mereka lebih rapuh dari gedung tempat tinggal kami, walaupun mereka punya kesempatan menang lebih besar untuk membunuh ular raksasa karena mereka punya kekuatan aneh.

"Semuanya! Cepat pergi mengungsi ke tempat kami! Ada ular raksasa!" teriakku.

Semua pintu rumah tertutup, aku dan teman-teman lain pun terpaksa menggedor-gedor pintu rumah warga.

"Hei! Cepat pergi dari sini!" teriakku sambil menggedor pintu. Tapi tidak ada jawaban.

Aku memutar ke belakang rumah, mengintip lewat jendela. Aku melihat pasangan suami istri bersama anak mereka sedang tidur. Tidur bersama di sore hari begini?

"Pak! Bu! Bangun! Rumah kalian bisa hancur!" Aku berteriak melalui jendela. Tapi sia-sia saja, mereka tidak mau bangun.

"Eve! Bagaimana disana?" tanya Quilla dari rumah seberang.

"Mereka sedang tidur dan tidak bisa bangun!"

"Disini juga!"

"Orang di rumah ini juga tidur!"

Apa yang terjadi? Masa iya para penduduk tidur bersamaan? Kenapa tidak ada yang bangun?

"Evelyn!"

Helen memanggilku. Dia berlari dari kejauhan dan menghampiriku. Di tangannya ada perangkat buku yang menyala dan menunjukkan layarnya padaku. Selain itu, Helen juga mengajak teman-teman yang lain untuk mendekat melihatnya.

Akan datang hari dimana semua penduduk biasa akan tertidur lelap. Hari itu akan ada ular-ular yang keluar dari sarangnya, mencari makanan untuk persiapan musim dingin dan untuk anak-anak mereka yang baru menetas.

Tugas sebagai seorang Isolator yang tidak akan tertidur hari itu adalah melindungi pemukiman penduduk. Cari dan bunuh ular yang punya cahaya biru di tengah-tengah kedua matanya sebelum malam tiba atau dia akan keluar dari sarangnya dan memakan penduduk pulau. Jika cahaya di kepalanya belum meredup, maka dia belum mati.

Ah, sial. Apa ini lelucon? Mungkin saja itu tradisi Halloween pulau ini. Berdasarkan tanggal yang kami buat dan hitung di dinding gedung, hari ini tanggal 31 Oktober. Eh, tapi penduduk pulau tidak memiliki sistem penanggalan hari.

"Kita bukan Isolator, kenapa kita tidak tertidur?" tanya Quilla.

"Mungkin karena kita ini bukan penduduk asli pulau ini?" sahut yang lain.

"Ya, kita cuma pendatang."

"Dan itu artinya kita harus melawan semua ular itu? Yang benar saja."

"Mungkin kita hanya perlu membunuh ular dengan kepala bercahaya itu," sahut Hugo. "Lihatlah, ular-ular raksasa itu sudah mencapai pemukiman, tapi mereka tidak menyerang rumah penduduk. Mereka hanya mencari makanan, melestarikan ekosistem."

Aku mengacak-acak rambutku yang tidak gatal. Ah, ada apa denganku hari ini? Aku jadi benar-benar merasa lelah setelah Hugo membicarakannya.

"Kita—"

"Ayo ambil senjata." Hugo memotong kata-kataku. "Apapun yang bisa dijadikan senjata. Abaikan ular-ular raksasa lain. Kita hanya perlu mencari ular bercahaya. Berpencarlah, tapi jangan sampai sendirian, minimal dua orang berkelompok."

IsolatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang