Chapter 18 - Istirahat

502 157 7
                                    

Author's PoV

Cave kembali ke rumahnya untuk mengambil barang-barangnya. Tidak banyak yang ia bawa kecuali lembaran daun-daun ganja dan hewan-hewan reptil peliharaannya.

Sebelum pergi ke gedung tempat tinggal Anak-Anak Bumi, Cave pergi ke perkebunan karet, tempat Eve dan teman-temannya melawan ular berkepala tiga.

Cave berhenti di depan sebuah pohon karet yang mati. Cairan putih kental di batangnya sudah berhenti mengalir. Dedaunan pohonnya pun tidak lagi hijau, melainkan berwarna coklat.

Cave memelototi pohon itu, karena itu satu-satunya pohon karet yang mati tanpa kena dampak dari perkelahian ular berkepala tiga dengan beruang grizzly. Pohon karet mati yang satu itu masih berdiri tegak.

Kemudian, Cave beralih memandangi rerumputan coklat, sudah mati. Rerumputan itu juga sama anehnya, mati di tengah-tengah rerumputan lain yang masih segar.

"Apa ini perbuatanmu, Ran?" gumam Cave. "Kalau iya, di mana kau sekarang?"

Merasa sudah lama berdiri memandangi sebuah pohon karet mati dan rerumputan coklat sambil berbicara sendiri, Cave pun pergi dari situ.

¤¤¤

Evelyn's PoV

Setelah cukup beristirahat, aku turun ke lantai satu dan pergi ke ruang makan untuk makan siang. Semuanya makan terlambat karena sibuk mengobati teman-teman yang terluka.

Penghuni tempat ini bertambah satu orang, yaitu Cave. Dia bersikeras ingin tinggal di sini karena sudah tidak mau tidur di gubuk reyotnya lagi. Dia bahkan kembali ke rumah untuk membawa hewan-hewan peliharaannya ke sini. Gara-gara itu kami hampir mengusirnya.

Di ruang makan, hampir seluruh anggota kelas 12 Akselerasi duduk dan menyantap makanan mereka. Aku menyadari ada dua orang yang tidak hadir di sini.

"Mana Devin dan Quilla?"

"Devin belum siuman. Quilla sedang menemaninya di kamar," jawab Marcia yang sedang menyendok kuah. Bercak-bercak hijau tidak lagi nampak di jemari tangannya.

"Apa yang terjadi padanya? Seingatku dia masih baik-baik saja sebelum aku pingsan."

"Dia tiba-tiba pingsan setelah sampai menggendongmu ke sini. Kurasa dia sangat kelelahan."

"Tapi waktu itu dia bersikeras untuk menggendongmu karena hanya dia yang minim luka di antara kita. Helen dan Emily ingin membawamu, tapi mereka terluka cukup parah. Marcia juga kena bisa ular." Bert menyahut.

"Nampaknya Devin menyembunyikan kondisinya yang sebenarnya."

"Devin tidak membawaku saat aku masih berlumur darah, 'kan?"

"Hei, bocah alis aneh, teman-temanmu sedang makan, jangan banyak tanya," sela Cave sambil melahap makanannya. "Tentu saja tubuhmu dibersihkan dulu. Bocah itu yang membersihkannya." Cave menunjuk Emily dengan sendok kayu.

"Thanks, Emily."

Emily mengacungkan jempol. Mulutnya terlalu penuh untuk menjawab ucapanku.

¤¤¤

7 Desember 2025

Seminggu setelah peristiwa yang hampir merenggut nyawa sepuluh orang di antara kami, akhirnya seluruh teka-teki di bagian timur pulau sudah habis. Kami memutuskan untuk beristirahat lagi seminggu untuk mempersiapkan perjalanan ke bagian barat pulau sekaligus mengajari Cave membuat petasan.

Siang ini begitu cerah, seperti biasa. Teman-teman sedang tidur dan ada juga yang beraktifitas.

Aku tidak bisa tidur. Tidur siang bukan kebiasaanku. Di Bumi, biasanya aku masih berada di sekolah pada jam segini atau melakukan aktifitas fisik dan menjahili Hugo.

IsolatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang