Sneak Peek: Escaped

209 22 1
                                    

Rumah Keluarga Rodriguez, Miami, Florida, Amerika Serikat
22 Juni 2051

Aku tidak bisa tidur. Pikiranku selalu melayang ke kejadian tadi sore, saat seorang perampok mencoba merampok mobil ibuku. Itu akan jadi pengalaman yang tidak bisa kulupakan seumur hidupku.

Ini masih terlalu awal untuk tidur, tetapi ibu menyuruhku beristirahat. Tadi siang sebelum perampokan terjadi, aku pingsan saat bermain bola bersama teman-temanku.

Anak lemah sepertiku ingin main bola? Untuk ke sekian kalinya aku merepotkan ibuku lagi.

Sayup-sayup aku mendengar percakapan ibu dan ayah di ruang tengah. Nada bicara mereka seperti sedang berdebat. Rasa bersalah dalam hatiku jadi semakin besar.

"Hari ini Aidyn pingsan," ucap ibu pada ayah.

"Bagaimana kondisinya?"

Sesaat, tidak ada sahutan dari ibu.

"Asmanya bertambah sedikit parah, tapi jantungnya baik-baik saja. Namun tetap saja harus diwaspadai, dadanya terbentur bola dengan keras."

"Lalu apa yang terjadi tadi sore? Perampokan?"

"Aku meninggalkan Aidyn di mobil saat aku pergi ke apotik. Perampok mencoba merampoknya."

"Apa Aidyn terluka?"

"Tangannya kena tusuk pisau, tapi untunglah hanya luka kecil. Tapi ...." Suara ibu terhenti.

"Tapi apa?" desak ayah.

"Aidyn membunuh perampok itu."

Aku membelalakkan mata, terkejut dengan perkataan ibu barusan. Bukankah perampok itu hanya mati mendadak? Polisi bahkan tidak mencurigai apa-apa padaku.

"Aidyn membunuhnya? Dengan apa? Dia merebut pisau dari perampok?" Nada bicara ayah sedikit meninggi, tapi masih terdengar cukup pelan agar tidak "membangunkanku."

"Dia ... menyerap energi kehidupannya," jawab ibu.

"Itu mustahil, sayang. Mr. Thornley sudah menghapus semua kekuatan penduduk pulau itu, tak terkecuali kamu!"

"Bagaimana jika Isolator dikecualikan?"

Ayah berdecak. "Berhenti membahas semua ini. Lupakan saja."

Aku mendengar ibu terisak sebelum kemudian berseru. "Aku sudah memastikannya!"

Ruangan hening sesaat, tapi kemudian ibu melanjutkan dengan nada yang kembali rendah. "Aku sudah memastikannya. Sebelum kamu pulang, aku pergi ke halaman dan menyentuh salah satu tanamanku. Saat itu emosiku masih tidak stabil. Tanaman itu langsung layu dan mati setelah beberapa menit kusentuh. Kekuatanku juga kembali, Hugo!"

Ini pertama kalinya aku mendengar ibu memanggil ayah dengan namanya, bukan dengan panggilan "sayang."

"Aku takut Aidyn mewarisi kekuatanku dan mengalami hal yang sama sepertiku dulu."

Ruang tengah kembali sepi. Hanya terdengar sayup-sayup suara isak tangis ibu.

"Lalu kenapa kekuatan itu bisa kembali? Dan juga, kenapa Aidyn bisa mewarisi kekuatanmu? Dia bahkan tidak mewarisi mallen streak."

"Dia punya."

Mallen streak? Apa itu?

"Di mana? Bukannya rambutnya keperakan sepertiku?" tanya ayah.

"Di belakang kepalanya. Aku sudah lama mengetahuinya sejak ... sejak rambutnya mulai lebat waktu dia kecil dulu. Aku menemukan beberapa helai rambut putih seperti yang kupunya."

Hening sesaat.

"Baik, silakan anggap dia punya kekuatan. Tapi, berjanjilah padaku kalau kau takkan pernah membahas itu lagi. Ayahmu merahasiakan kekuatanmu selama 15 tahun dan kamu baik-baik saja selama itu, kan? Lakukanlah hal yang serupa pada anak kita."

Terdengar suara langkah kaki mendekati kamarku. Aku segera membalikkan badan menghadap ke dinding dan pura-pura tidur.

Pintu kamarku dibuka. Dari suara langkah kaki yang terdengar berat itu, aku tahu itu ayah. Ayah mencium keningku dan berbisik, "Maafkan ayah yang sudah mewariskan tubuh lemah padamu."

Aku bergeming, tetap menutup mata dan pura-pura tidur.

Tiba-tiba terdengar suara dering ponsel ibu. Ibu langsung mengangkatnya dan bicara dengan orang yang ada di seberang telepon. Aku tidak terlalu paham, tetapi aku bisa mendengar suara ibu yang nampak terkejut.

Ayah lalu keluar kamar. Sebelum ayah menutup pintu kamarku, aku bisa mendengar dengan jelas apa yang ibu katakan pada ayah setelahnya.

"Barusan, Sha menelepon." Suara ibu terdengar bergetar. "Kekuatan miliknya juga kembali."

***
.
.
.
.
.

Udah lebih dari setahun sejak aku bilang kalau aku bakal membuat sekuel dari Isolated.

Nyatanya ....

Sebenarnya belum selesai kutulis hingga sekarang! :"

Kuliah itu ternyata sibuk banget nget nget. Sebenarnya juga ada banyak waktu luang yang bisa kuisi dengan nulis cerita, tapi yang kulakukan hanyalah main game dan nonton anime :)
Ada beberapa cerita lain selain Escaped yang sedang kutulis, tapi ya begitulah, aku mager :D

Aku sangat meminta maaf pada pembaca setia Isolated yang mungkin masih nungguin sekuelnya rilis. Namun, sepertinya kalian masih harus menunggu setahun lagi atau malah lebih :(
Kecuali aku bisa ngilangin sifat magerku :D

Sebagai gantinya, kupublikasikan chapter sneak peek ini dengan niatan untuk membuat kalian ingat kembali bahwa kalian pernah membaca Isolated.

Selanjutnya aku bakal rilis chapter apa lagi ya? Mungkin membahas mengapa Isolated ada sekuelnya?

Sekian, terima kasih udah pernah membaca Isolated!!!

17 Desember 2023
Izask

IsolatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang