Chapter 20 - Nama yang Ada di Pojok Kamar

430 156 7
                                    

Pergi ke bagian barat pulau akan memakan waktu kurang lebih dua jam jika kami berjalan tanpa henti dan tidak ada masalah apapun selama perjalanan. Tapi kami tahu perjalanan kami takkan berjalan lancar seperti yang diharapkan. Kami selalu menyiagakan senjata kami, menyerang berbagai hewan serta serangga yang berbahaya.

Musim panas masih berlangsung. Suara serangga terdengar lebih nyaring dan mengganggu. Nyamuk-nyamuk bawel juga semakin banyak, menghiasi perjalanan kami. Devin yang paling cerewet di antara kami.

"Bisakah kau diam, bocah rewel? Mereka takkan menggigitmu," ujar Cave yang sudah risih dengan kerewelan Devin. "Bocah petasan itu sudah membuatkan minyak oles buat kita semua."

Aku tertawa pelan mendengar Cave yang memanggil Alec dengan sebutan "bocah petasan". Dia juga menyebut losion nyamuk buatan Alec dengan sebutan "minyak oles".

"Tapi suaranya mengganggu! Badannya juga besar-besar. Bisakah kau bicara dengan mereka agar tidak mengganggu kita?"

"Aku hanya bicara dengan reptil, bocah. Nyamuk itu serangga. Kau tidak bisa membedakannya? Bukankah Anak-Anak Bumi itu cerdas?"

Tiba-tiba aku tersadar akan sesuatu.

"Oh iya, Cave. Di pulau ini, yang bisa belajar dan mendapatkan ilmu pengetahuan selain baca tulis dan menghitung hanyalah Isolator, 'kan?" tanyaku.

"Ya, itu benar."

"Tapi kenapa kau bisa membedakan mana yang hewan reptil dan mana yang tidak?"

Semuanya kontan menoleh, tertarik dengan pertanyaan yang kulontarkan barusan. Kami semua menatap Cave, menunggu jawaban darinya.

Aku melanjutkan. "Aku pernah bertanya pada tetua dan penduduk desa, mereka hanya mengenal nama-nama hewan tanpa mengetahui jenis apa hewan-hewan yang mereka kenal. Apa karena kemampuanmu, jadi kau tahu yang mana reptil dan mana yang tidak?

"Selain itu, saat aku bertanya-tanya mengenai efek bisa ular, kau merincikan penjelasanmu dengan detail. Kau bahkan tahu kira-kira berapa menit aku pingsan tempo hari.

"Sejak aku bangun dari tidur panjang, aku tidak pernah melihat jam dinding atau penanda waktu lainnya di pulau ini maupun di perangkat canggihnya, kecuali jam tangan yang kami bawa dari Bumi. Bahkan tetua dan penduduk tidak tahu apa itu jam. Mereka mengandalkan alam sebagai penanda waktu.

"Dari mana kau mendapatkan pengetahuan seperti itu?"

Cave menatapku dan teman-teman bergantian, lalu dia membuka mulut.

"Aku-"

"Ssstt!" Hugo yang berjalan paling depan menghentikan langkah lalu mendesis, meminta kami semua diam dan juga berhenti.

Semuanya berhenti, termasuk Devin yang tadinya cerewet. Quilla menutup mulut Devin agar tidak menjerit tiba-tiba saat nyamuk terbang melintasi telinganya.

Sekitar seratus meter di depan kami, beberapa tumbuhan venus flytrap tumbuh dan bergerak-gerak memakan serangga dan hewan-hewan yang lewat di depannya. Tumbuhan karnivora itu jauh lebih besar daripada ukuran aslinya di Bumi.

Berdasarkan Buku Pengetahuan, venus flytrap versi pulau ini akan menangkap dan memakan apapun yang bersuara dalam radius lima puluh meter dari tempat dia tumbuh. Kepalanya dapat memanjang dan merayap sejauh lima puluh meter untuk memangsa sesuatu yang bersuara.

"Cave, apa masih ada ular-ular berkepala dua dan tiga di hutan bagian utara?" bisikku.

"Banyak," jawab Cave. "Tapi kalau ular berkepala tiga, mungkin tidak ada. Dia sudah mati. Ular raksasa berkepala tiga yang baru akan muncul di musim panas yang berikutnya."

IsolatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang