Khusus chapter ini aku pake sudut pandang Keigo (Renjun)
Enjoy!
.
.
Kota Iresctia, bagian selatan Ibukota Kerajaan Logassen.
Sinar matahari merangsek masuk melalui celah jendela yang masih tertutup gorden, menyorot kelopak si empunya kamar dengan tega. Mengerang, sang pemilik kamar menaikkan kembali selimutnya hingga menutupi kepala.
Sebelum pelayan sempat mengetuk pintu kayu besar penghubung lorong dan kamarnya tersebut, pemuda bersurai coklat kemerahan itu bangkit dari rebahannya diatas ranjang.
Paginya ia awali dengan hela nafas panjang dan berat. Meski tidurnya lama, ia sama sdkali tak bisa tenang. Terlihat jelas kantung matanya menggantung hitam merusak pemandangan wajah rupawan miliknya.
Aku sama sekali tak bisa tidur dalam damai. Pikirnya miris. Ia menatap lemari di depan ranjang mewahnya, disana tergantung apik seragam yang biasa ia pakai untuk bekerja.
Tapi sudah satu tahun ini, seragam itu terabaikan dan tak pernah bisa ia pakai sesuai dengan pekerjaannya.
Rudolf Keigo Terencce. Pemuda 21 tahun itu menghela nafasnya gusar lalu beranjak dari pembaringan, ia membuka pintu dan mempersilahkan masuk dua orang maid yang senantiasa membawa air untuknya menyegarkan diri.
"Tuan muda, anda ditunggu Tuan Baron untuk sarapan bersama" ujar salah satu pelayan yang membawakannya handuk, begitu sopan.
Keigo kembali menghela nafasnya, ia tidak tahu untuk yang keberapa kali, hanya saja perasannya tidak pernah tenang.
Kehilangan sahabat sekaligus tuannya bukanlah kabar baik yang patut dirayakan.
"Zita, apa ada perkembangan dari guild tentang pencarian Zagan?" tanya Keigo pelan, tangannya mengacingkan baju sehari-hari yang biasa ia pakai tersebut dengan sorot sendu. Ada harapan disana tapi juga keputus-asaan.
Pelayan berambut pendek bernama Zita itu menatap tuannya, sendu. Ia tahu betul bagaimana frustasinya Keigo ketika tahu bahwa Zaganno Altair Winterknight menghilang tanpa jejak tepat setelah perang penaklukan wilayah Vercas mencapai kemenangan mutlak.
"Maafkan saya, Tuan. Tapi guild sama sekali tidak memberi kabar tentang Tuan Winterknight muda"
Keigo mengulum senyum, "Tak apa, Zita. Aku hanya bertanya.." Keigo menatap dirinya didepan cermin, ".. dan berharap."
Satu tahun telah berlalu, Keigo sudah menginjak angka 21 untuk umurnya sekarang, banyak yang berubah di ibukota selama 1 tahun penuh. Selama itu pula, Zagan tidak pernah ditemukan. Entah dimana keberadaannya, apakah ia masih hidup atau tidak, tidak ada yang tahu. Bahkan sahabat terdekatnya sendiri.
Keigo banyak berandai, bagaimana keadaan Zagan di usianya yang juga menginjak 21 tahun. Apa yang sedang ia lakukan sekarang dan banyak lagi.
"Zagan, sebenarnya dimana kau berada saat ini?" lirihnya seraya menatap keluar jendela.
..
"Nanti malam, kita akan kedatangan tamu istimewa. Ayah harap kau bisa mempersiapkan diri" ujar Baron Terencce tenang seraya menyantap sarapan yang terhidang diatas meja.
Keigo menerutkan dahinya, tapi tetap lanjut mengunyah sebelum akhirnya bertanya, "Siapa? Apakah kita kedatangan tamu dari guild lagi?"
Baron Terencce menatap putra keduanya sulit, peralatan makan yang ada dalam genggamannya ikut terhenti. Beliau menghela nafasnya lalu beralih menatap sang putra sulung yang sama sekali tak tertarik.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNAL [ON HOLD]
Fantasy[Romance-Fantasy] [Slow-plot] [BXB] Dewa senang sekali bermain-main dengan takdir keduanya. Memutar-mutar skenario dan membuat salah satunya putus asa. Penuh liku dan luka. "Aku akan melakukan apapun, kumohon. Kembalikan dia dalam pelukku" ©2021